Pada tanggal 3 November 2016 lalu, Klikdokter berkesempatan untuk menghadiri sebuah seminar internasional yang digelar di Jakarta. Seminar tersebut mengangkat tajuk “New Perspective on Diet, Inflammation and Gut Microbiota in Obesity and Non-Communicable Diseases”.
Seminar ini menghadirkan narasumber dari berbagai negara yang meneliti bagaimana bakteri usus di dalam saluran cerna memengaruhi kesehatan seseorang. Salah satu topik yang sangat menarik adalah bakteri usus ternyata memengaruhi seseorang untuk menjadi gemuk.
Bakteri Usus dan Metabolisme Tubuh
Di dalam saluran cerna manusia, terdapat berjuta bakteri dari berbagai jenis. Selama komposisinya seimbang, ia tidak akan menyebabkan penyakit atau gangguan fungsi dalam tubuh.
Sebaliknya, bila tidak seimbang, bakteri usus dapat memengaruhi perkembangan otak, perilaku, mood, dan daya tahan tubuh. Ia juga meningkatkan risiko terhadap penyakit jantung, diabetes, dan kanker, serta memengaruhi berat badan.
“Makanan ternyata berkontribusi terhadap komposisi bakteri di dalam usus yang selanjutnya memengaruhi metabolisme tubuh manusia,” kata Patrizia Brigidi, seorang Profesor Bioteknologi Fermentasi di Universitas Bologna, Italia.
Studi pada hewan dan manusia menunjukkan bagaimana konsumsi makanan tinggi lemak dan rendah serat mengganggu keseimbangan bakteri usus. Ketidakseimbangan ini selanjutnya dapat meningkatkan berat badan. Bagaimana ini bisa terjadi?
Pertama, perubahan keseimbangan ekosistem bakteri usus membuatnya lebih efisien dalam menyerap kalori dari makanan. Jadi, sekalipun jumlah kalori yang dikonsumsi sama, jumlah kalori yang diserap menjadi lebih banyak.
Selain itu, metabolisme tubuh juga melambat sehingga tubuh cenderung menumpuk lemak. Inilah mengapa sebagian orang tetap mengalami peningkatan berat badan sekalipun hanya makan dalam jumlah yang sedikit.
Kedua, ketidakseimbangan ekosistem bakteri usus ini menyebabkan tubuh mengalami ‘peradangan menyeluruh’ sehingga lebih mudah menjadi gemuk. Pada kegemukan, proses peradangan ini diawali di dalam usus.
Pertahanan usus menjadi terganggu sehingga racun dan sisa metabolisme bakteri usus dapat memasuki aliran darah. Selanjutnya, kerja hormon insulin akan terganggu sehingga memicu penumpukan lemak dan peningkatan berat badan.
Ketiga, bakteri usus diketahui memengaruhi rasa lapar seseorang. Bakteri usus yang baik akan memicu pengeluaran sinyal ‘kenyang’ ke otak.
Jika pengeluaran sinyal ini terganggu, seseorang akan terus-menerus merasa lapar. Akibatnya berat badan meningkat dan terjadi kegemukan.
Bakteri Usus pada Orang Gemuk
Sebuah studi di Denmark yang melibatkan 169 orang gemuk dengan 123 orang yang tidak gemuk. Hasilnya menunjukkan bahwa bakteri usus pada orang gemuk lebih kurang beragam dibandingkan dengan yang tidak gemuk.
Bakteri usus pada orang gemuk juga diketahui memiliki metabolisme yang tidak normal. Pada orang gemuk, semakin sedikit ragam bakteri usus yang dikandungnya, semakin besar peningkatan berat badannya.
Pepatah Inggris yang mengatakan “You are what you eat” itu tidak salah. Apa yang Anda makan akan memengaruhi keberagaman dan keseimbangan ekosistem bakteri usus. Ini merupakan faktor penting dalam mencapai berat badan dan kesehatan yang optimal.
“Selanjutnya perlu diteliti komponen makanan apa yang memengaruhi ekosistem bakteri usus tersebut, sehingga kemudian dapat dikembangkan kandungan makanan yang membantu menjaga keseimbangan ekosistem tersebut,” pungkas Profesor Brigidi.
[RS/RH]