Hampir setiap orang pernah merasakan sakit perut. Keluhan ini menjadi salah satu yang sering terjadi, dan dapat dialami oleh siapa saja, mulai dari anak hingga mereka yang sudah tua. Sakit perut bisa diakibatkan oleh beragam penyebab, termasuk karena keracunan makanan.
Keracunan makanan (food poisoning) merupakan penyakit yang disebabkan oleh konsumsi air atau makanan yang terkontaminasi oleh bakteri, virus, dan parasit, atau racun yang dilepaskan oleh bakteri. Jenis kuman yang sering menyebabkan keracunan makanan adalah Norovirus, Escherichia coli, Salmonella, Clostridium perfringens, dan Campylobacter.
Kuman-kuman tersebut dapat mengontaminasi proses produksi atau pengolahan makanan, melalui tangan atau peralatan masak yang kurang bersih. Sedangkan kontaminasi ke air biasanya terjadi di sumber air itu sendiri.
Tak sebatas itu, keracunan makanan juga bisa terjadi bila Anda mengonsumsi makanan yang sudah kedaluwarsa. Hal ini terutama bila bahan makanan tersebut telah difermentasi, seperti yoghurt.
Gejala keracunan makanan
Sakit perut akibat keracunan makanan dapat terjadi sesaat setelah mengonsumsi asupan yang terkontaminasi, atau dalam kurun waktu 24 jam setelahnya. Pada kasus tertentu, gejala juga bisa muncul beberapa hari kemudian.
Gejala utama keracunan makanan adalah sakit perut berupa perasaan melilit, kram perut, seperti ditusuk-tusuk, begah, hingga kram. Rasa sakit tersebut tak terbatas di lokasi tertentu, tetapi di seluruh area perut.
Tak jarang, beberapa gejala ini juga ikut hadir menyertai:
- Mual dan muntah terus-menerus
- Buang air besar cair (diare)
- Tinja bercampur darah atau lendir
- Demam
Keracunan makanan biasanya terjadi pada sekelompok orang yang mengonsumsi makanan atau minuman yang sama. Jadi, bila ada sekelompok orang mengalami gejala-gejala di atas dan terdapat riwayat mengonsumsi makanan atau minuman tertentu sebelum muncul keluhan, Anda dapat curiga mereka mengalami keracunan makanan.
Untungnya, kasus keracunan makanan biasanya dapat sembuh dengan sendirinya. Penderitanya hanya perlu beristirahat dan minum air putih dalam jumlah cukup. Namun demikian, tetap ada tanda “bahaya” yang perlu diwaspadai, yaitu:
- Sakit perut yang sangat hebat.
- Diare yang lebih dari tiga hari.
- Muntah atau buang air besar berdarah.
- Terdapat tanda dehidrasi (kekurangan cairan), seperti rasa haus berlebih, buang air kecil kurang, pusing, badan lemas, hingga tidak sadarkan diri.
- Adanya gangguan saraf, seperti pandangan kabur, kelemahan di seluruh anggota tubuh, atau kesemutan.
Apabila terdapat gejala-gejala tersebut, sebaiknya penderitanya segera dibawa ke fasilitas kesehatan untuk segera mendapat pengobatan agar tidak terjadi berbagai komplikasi di kemudian hari.
Mencegah keracunan makanan
Mencegah lebih baik daripada mengobati. Langkah sederhana untuk mencegah sakit perut akibat keracunan makanan adalah menerapkan kebiasaan mencuci tangan.
Cucilah tangan Anda menggunakan sabun dan air mengalir sebelum maupun sesudah makan, sebelum memasak atau menyiapkan makanan, sebelum dan setelah menggunakan toilet, setelah menyentuh hewan peliharaan, serta setelah menyentuh benda yang terlihat kotor.
Selain itu, pastikan pula Anda selalu membersihkan bahan makanan yang akan dikonsumsi. Hindari makan di tempat yang terlihat kotor, untuk mencegah makanan atau minuman Anda terkena kuman.
Meski sakit perut akibat keracunan makanan bisa sembuh dengan sendirinya, Anda tetap harus memperhatikan setiap gejala yang muncul. Jangan hanya gara-gara keracunan makanan, kesehatan Anda menjadi terancam.
[NB/ RVS]