Penyakit difteri termasuk salah satu penyakit menular yang berbahaya. Difteri dianggap membahayakan dan mematikan karena dapat membentuk racun (eksotoksin) yang sangat ganas.
Penyakit ini dapat membuat kerusakan pada jaringan jantung, otak dan saraf di area tenggorokan setelah beberapa jam masuk ke dalam tubuh. Difteri disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae, yang menyerang saluran pernapasan pada umumnya.
5 jenis Penyakit Difteri
Jika selama ini Anda hanya mengenal satu jenis difteri, kini Anda harus membuka mata lebar-lebar. Faktanya, ada lima jenis difteri yang dibedakan dari lokasi infeksinya dan gejalanya. Berikut adalah penjelasannya:
1. Difteri hidung
Sesuai namanya, difteri hidung menginfeksi organ hidung dengan gejala pilek ringan dan adanya lendir ingus yang bewarna. Terdapat membran putih di selaput dalam hidung.
2. Difteri faring
Gejala difteri yang menyerang organ faring, antara lain demam ringan, lemas, dan nyeri menelan. Setelah dua hari terinfeksi kuman bakteri, muncul selaput bewarna putih/kelabu yang menutup amandel dan faring.
Jika tidak segera ditangani, akan timbul gejala bengkaknya kelenjar di area leher (bullneck). Kondisi ini dapat mengganggu saluran pernapasan menjadi sesak, gagal napas, dan berujung kematian.
3. Difteri laring
Jika sudah menderita difteri faring dan tidak segera ditangani, maka akan berlanjut kepada difteri laring. Gejala yang muncul antara lain suara serak, batuk kering, gangguan pernapasan dan kematian mendadak.
4. Difteri kulit
Difteri kulit jarang terjadi dengan gejala adanya luka di area kulit dan terdapat selaput bewarna putih atau kelabu di atas lukanya.
5. Difteri mata
Difteri mata mempunyai gejala mata memerah, bengkak, dan adanya selaput bewarna putih pada area mata.
Sementara itu, penularan bakteri penyebab difteri dapat melalui beberapa cara di bawah ini.
- Langsung dari penderita melalui droplet yang berasal dari batuk penderita
- Kontaminasi benda pribadi penderita yang belum dicuci
- Kontaminasi barang rumah tangga yang sering dipakai bersamaan
Bakteri yang masuk ke dalam tubuh lalu berkembang biak pada permukaan selaput pernapasan. Bakteri lalu mulai memproduksi racun (toksin) yang merambat ke jaringan sekelilingnya. Jika tidak segera ditangani, mereka akan menyebar ke seluruh tubuh melalui darah.
Semakin banyak racun diproduksi maka akan semakin lebar daerah infeksi membentuk suatu jaringan yang namanya pseudomembran berwarna putih keabu-abuan. Jaringan ini mempunyai ciri sulit diangkat dan mudah berdarah jika dipaksa untuk diangkat di area tenggorokan.
Gejala awal difteri dapat terjadi dalam 2-5 lima hari setelah infeksi terjadi, yaitu:
- Demam hingga menggigil
- Kelenjar bengkak di leher (bull neck)
- Batuk
- Sakit tenggorokan
- Suara serak
Selain gejala di atas, ada beberapa gejala penyakit difteri lanjutan yang perlu Anda waspadai, yaitu:
-
Sulit menelan
Jika toksin menyerang bagian saraf, maka saraf bagian tenggorokan yang pertama kali terserang. Penderita akan mengalami gejala sulit menelan pada minggu pertama terserang toksin.
-
Kerusakan otot jantung
Kerusakan pada otot jantung dapat terjadi pada minggu pertama sampai keenam, lalu akan muncul gejala seperti detak jantung cepat dan keluar keringat berlebihan.
Selain vaksin, pencegahan difteri yang dapat Anda lakukan adalah menjaga kebersihan tubuh, pakaian, lingkungan, dan memperhatikan asupan makanan. Lingkungan yang buruk dan tingkat sanitasi yang rendah dapat memudahkan penularan difteri. Untuk makanan, jika terpaksa membeli di luar rumah pastikan makanan tersebut bersih penyajiannya. Mencegah lebih baik daripada mengobati, jadi jagalah kesehatan dengan perlindungan maksimal dari diri sendiri.
[HNS/ RVS]