Teknologi dalam dunia medis terus berkembang sejak abad ke-20. Di antara teknologi yang berkembang tersebut adalah teknologi transplantasi, dan cangkok.
Transplantasi adalah suatu kegiatan pemindahan seluruh atau sebagian organ dari satu tubuh ke tubuh lainnya; atau dari suatu bagian ke bagian yang lain di tubuh yang sama.
Salah satu organ yang bisa dilakukan transplantasi adalah Hati. Transplantasi atau cangkok hati adalah operasi besar yang dilakukan oleh tim ahli bedah untuk membuang hati yang telah mengalami gagal fungsi pada pasien dan menggantinya dengan hati yang masih berfungsi dengan baik dari donor. Cangkok hati mungkin diperlukan untuk penyakit hati akut atau kronis, penyakit metabolik tertentu, atau kanker hati.
Hati merupakan kelenjar terbesar tubuh yang terletak di dalam rongga perut sebelah kanan, tepatnya di bawah diafragma. Berdasarkan fungsinya, hati juga termasuk sebagai alat ekskresi. Hal ini dikarenakan hati membantu fungsi ginjal dengan cara memecah beberapa senyawa yang bersifat racun dan menghasilkan amonia, urea, dan asam urat dengan memanfaatkan nitrogen dari asam amino. Proses pemecahan senyawa racun oleh hati tersebut disebut dengan proses detoksifikasi.
Pada keadaan apakah transplantasi hati itu dibutuhkan?
Transplantasi hati disarankan untuk dilakukan ketika hati pada tubuh seseorang tidak lagi memiliki fungsi secara memadai atau gagal hati. Gagal hati dapat terjadi secara tiba-tiba. Kondisi seperti ini disebut dengan gagal hati akut. Gagal hati akut adalah akibat dari infeksi atau komplikasi dari obat tertentu.
Beberapa kondisi yang dapat mengakibatkan gagal hati kronis, yakni:
- hepatitis kronis dengan sirosis.
- primary biliary cirrhosis, atau suatu kondisi di mana sistem kekebalan tubuh menyerang dan menghancurkan saluran-saluran empedu hati
- Sclerosing cholangitis, atau jaringan parut dan penyempitan saluran empedu di dalam dan di luar hati, menyebabkan cadangan empedu di hati
- Atresia bilier, atau penyakit langka hati yang mempengaruhi bayi baru lahir
- Mengonsumsi alkohol
- Penyakit Wilson, atau penyakit warisan langka dengan tingkat abnormal tembaga di seluruh tubuh, termasuk hati
- Hemochromatosis, atau penyakit warisan umum di mana tubuh memiliki terlalu banyak zat besi
- Alpha-1 antitrypsin, atau sebuah penumpukan abnormal protein alpha-1 antitrypsin di hati yang dapat menyebabkan kerusakan jangka panjang pata hati (sirosis).
Operasi transplantasi hati mempunyai risiko komplikasi yang signifikan, antara lain:
- komplikasi pada saluran empedu, termasuk kebocoran saluran empedu
- Perdarahan
- Pembekuan darah
- Infeksi
- Penolakan hati yang disumbangkan
Setelah transplantasi hati, Anda akan mengonsumsi obat selama sisa hidup Anda untuk membantu mencegah tubuh Anda dari penolakan hati yang baru yang disumbangkan oleh pendonor. Obat-obatan ini dapat menyebabkan berbagai efek samping, yakni:
- Osteoporosis
- Diabetes
- Diare
- Sakit kepala
- Tekanan darah tinggi
- Kolesterol tinggi
Namun demikian, jarang sekali donor hati yang didapatkan dari manusia yang masih hidup. Jika Anda memiliki anggota keluarga atau teman yang bersedia menyumbangkan sebagian dari hatinya kepada Anda, konsultasikan dahulu dengan tim transplantasi Anda tentang pilihan ini.
Transplantasi dari pendonor yang hidup memiliki hasil yang baik. Hal ini sama seperti transplantasi menggunakan hati dari pendonor yang sudah meninggal. Tapi, transplantasi oleh pendonor yang masih hidup lebih sedikit dilakukan karena pembatasan usia pendonor, ukuran dan kesehatan pendonor. Selain itu, sangat sulit juga untuk menemukan organ yang cocok antara pendonor dan penerima donor. Operasi ini mempunyai risiko yang besar bagi pendonor. Oleh karena itu, tim ahli transplantasi akan mendiskusikan risikonya dengan Anda.