Gastroesophageal reflux disease (GERD) alias penyakit asam lambung menyebabkan sensasi rasa terbakar di dada, nyeri ulu hati, mulut terasa asam, maupun sesak napas.
Jika terjadi terus-menerus dan tidak ditangani secara tepat, kondisi tersebut pada gilirannya bisa memicu komplikasi GERD berupa Barrett’s Esophagus.
Apa itu Barrett’s Esophagus? Bagaimana mekanisme penyakit asam lambung dalam memicu kondisi tersebut? Yuk, cari tahu lewat ulasan berikut.
Artikel Lainnya: Deretan Komplikasi GERD yang Mesti Anda Waspadai
Terjadinya Barrett’s Esophagus Akibat GERD
Dijelaskan dr. Theresia Rina Yunita, Barrett’s Esophagus merupakan kondisi ketika sel-sel yang membentuk esofagus (kerongkongan) terlihat menyerupai sel yang membentuk usus. Kondisi ini terjadi karena lapisan jaringan esofagus mengalami kerusakan.
“Hal tersebut akibat sel kerongkongan terpapar asam lambung terus-menerus,” papar dr. Theresia.
Asam lambung merupakan cairan di dalam lambung. Cairan ini dapat naik (refluks) ketika seseorang mengalami GERD. Hal ini disebabkan adanya kerusakan pada sfingter.
Sfingter merupakan otot berbentuk cincin yang dapat membuka dan menutup. Otot yang terletak di bawah kerongkongan ini bertugas layaknya pintu satu arah.
Sfingter memungkinkan makanan dan minuman masuk menuju lambung dan dicerna. Otot ini juga mencegah isi lambung berupa makanan, minuman, maupun asam lambung naik kembali ke kerongkongan.
Dalam keadaan normal, katup sfingter akan tertutup rapat. Namun, ketika seseorang mengalami penyakit asam lambung, katup ini melemah sehingga sfingter tidak dapat menutup dengan baik.
Kerusakan sfingter lantas menyebabkan isi lambung naik ke kerongkongan dan mencetuskan gejala GERD. Gejala yang dimaksud antara lain rasa terbakar di dada, mulut terasa asam, nyeri ulu hati dan sesak napas, sakit tenggorokan, serta kesulitan menelan.
Kondisi tersebut dikarenakan cairan asam lambung dapat mengiritasi saluran napas, termasuk kerongkongan. Jika iritasi berlangsung bertahun-tahun, jaringan kerongkongan dapat mengalami kerusakan.
Padahal, jaringan ini bertugas menahan gesekan dari makanan yang masuk melalui mulut. Kerusakan jaringan menyebabkan kerongkongan mudah terluka.
Luka tersebut lambat laun membuat sel kerongkongan menebal dan menyerupai sel-sel usus. Kondisi ini dinamakan Barrett’s Esophagus.
“Sehingga, dapat dikatakan bahwa GERD merupakan faktor risiko Barrett’s Esophagus. Artinya, orang yang bertahun-tahun mengalami penyakit asam lambung berisiko mengembangkan Barrett’s Esophagus,” jelas dr. Theresia.
Artikel Lainnya: Mengenal GERD Anxiety yang Mesti Diwaspadai Kaum Milenial
Barrett’s Esophagus menyebabkan pengidapnya mengalami gejala menyerupai GERD. Jika tidak ditangani segera, Barrett’s Esophagus dapat berkembang menjadi kanker kerongkongan.
Menurut ahli bedah toraks asal Amerika Serikat, dr. Wayne Hofstetter, risiko kanker akibat Barrett’s Esophagus kian besar terutama pada pria kulit putih, berusia di atas 60 tahun, dan mengalami obesitas.
Selain itu, peningkatan risiko kanker juga dialami penderita Barrett’s Esophagus yang punya kebiasaan merokok.
Cegah Barrett’s Esophagus dan Komplikasi GERD Lainnya
Terdapat sejumlah cara menghindari Barrett’s Esophagus maupun komplikasi GERD lainnya.
Caranya yaitu menjauhi sederet faktor yang dapat meningkatkan gejala penyakit asam lambung, seperti makanan pedas dan berlemak, gorengan, alkohol, kopi, susu, dan sebagainya.
Selain itu, pertahankan berat badan sehat, konsumsi banyak buah dan sayuran, serta hindari merokok.
Jika kamu punya pertanyaan tentang gerd atau asam lambung? Kamu bisa berkonsultasi langsung dengan dokter melalui Layanan Tanya Dokter dan Temu Dokter.
Kamu juga bisa booking Layanan Kesehatan di aplikasi KlikDokter. Jangan lupa untuk terus #JagaSehatmu, ya!
(FR/AYU)
- Wawancara dr. Theresia Rina Yunita.
- MD Anderson Center. Diakses 2022. Acid reflux, Barrett’s esophagus and esophageal cancer: What’s the link?
- Cleveland Clinic. Diakses 2022. Barrett’s esophagus.