Pada tanggal 18-24 November 2018, diselenggarakan Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) Awareness Week atau Pekan Peduli GERD. Kegiatan ini diselenggarakan dalam rangka meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai tanda dan gejala GERD serta cara mencegah timbulnya keluhan.
GERD merupakan suatu kondisi kesehatan yang dapat terjadi apabila asam lambung sering kali naik kembali ke pipa yang menghubungkan mulut dengan lambung, yang dikenal sebagai esofagus. Refluks atau kembalinya asam lambung tersebut dapat menyebabkan iritasi pada lapisan esofagus.
Artikel Lainnya: Cegah GERD dengan Gaya Hidup Sehat Ini
Kenali Tanda dan Gejalanya
Tanda dan gejala GERD yang sering timbul pada kondisi ini di antaranya adalah sensasi terbakar pada dada, terutama setelah makan yang dapat menjadi lebih buruk pada malam hari.
Selain itu, gejala lainnya adalah nyeri dada, kesulitan menelan, regurgitasi makanan atau cairan yang asam di kerongkongan, dan sensasi adanya sesuatu yang mengganjal di tenggorok. Pada individu yang mengalami refluks asam lambung pada malam hari, beberapa tanda dan gejala lain yang dapat dirasakan adalah batuk dan gangguan tidur.
Terjadinya GERD disebabkan oleh refluks asam lambung yang sering. Saat menelan, umumnya cincin otot atau sfingter di pangkal esofagus mengalami relaksasi untuk membantu masuknya makanan dan minuman ke lambung, lalu kemudian sfingter tersebut menutup kembali. Apabila sfingter mengalami relaksasi yang abnormal, asam lambung dapat naik kembali ke esofagus.
Beberapa kondisi yang dapat meningkatkan risiko seseorang untuk mengalami GERD adalah obesitas, kehamilan, adanya kelainan jaringan konektif tubuh, serta lambatnya pengosongan lambung.
Sedangkan faktor yang dapat memperburuk refluks asam lambung adalah merokok, mengonsumsi makanan dalam porsi yang besar, telat makan pada malam hari, dan mengonsumsi makanan pemicu keluhan seperti makanan berlemak dan gorengan. Selain itu, pemicu lainnya adalah mengonsumsi alkohol atau kopi, dan mengonsumsi obat-obatan jenis tertentu.
Artikel Lainnya: Sakit Punggung setelah Makan? Jangan-jangan Anda Kena GERD!
Bagaimana Diagnosis GERD?
Dokter dapat menentukan diagnosis GERD berdasarkan wawancara medis, pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan penunjang tertentu bila dinilai dibutuhkan. Untuk mengonfirmasi diagnosis dari GERD, dokter dapat melakukan beberapa pemeriksaan penunjang, seperti endoskopi saluran cerna atas, pemeriksaan pH, manometri esofagus, atau pemeriksaan rontgen menggunakan sinar-x untuk saluran cerna atas.
Penanganan GERD dapat bervariasi, tergantung derajat keparahan kondisi yang dialami pasien. Pertama-tama, dokter umumnya akan menganjurkan perubahan gaya hidup seperti menerapkan pola makan yang teratur, menghindari makanan yang dapat memicu peningkatan asam lambung, dan melakukan aktivitas fisik secara rutin.
Selain itu, dokter juga dapat meresepkan obat-obatan untuk menetralkan asam lambung, menurunkan produksi asam lambung, dan sebagainya. Umumnya, kondisi GERD dapat dikendalikan dengan pengobatan. Namun, apabila tidak membaik setelah berobat jangka panjang, dapat dilakukan prosedur tertentu untuk mengatasi keluhan yang dialami.
Beberapa perubahan gaya hidup dapat dilakukan untuk membantu meredakan tanda dan gejala dari GERD. Misalnya, menjaga berat badan agar tetap stabil, menghindari merokok, tidak langsung berbaring setelah makan, makan secara perlahan dan mengunyah dengan baik. Selain itu, pasien harus menghindari makanan dan minuman yang memicu refluks asam lambung, serta menghindari penggunaan pakaian yang ketat.
Ada banyak tanda dan gejala GERD yang bisa saja tidak disadari oleh penderitanya. Dengan diadakannya Pekan Peduli GERD diharapkan masyarakat menjadi lebih memahami tanda dan gejala dari penyakit tersebut, sehingga dapat melakukan pencegahan sejak dini.
[HNS/ RVS]