Mendengkur pada saat tidur sering dianggap sebagai hal yang biasa terjadi, dan bukan merupakan sesuatu yang harus dikhawatirkan. Namun ternyata, mendengkur bisa jadi merupakan salah satu tanda adanya obstructive sleep apnea (OSA) – suatu kondisi medis yang mengganggu kualitas hidup dan dapat berakibat fatal.
Mendengkur terjadi karena udara tidak mengalir dengan optimal melalui saluran pernapasan, atau ketika jaringan lunak/otot di saluran pernapasan bergetar, dan merupakan bentuk ringan dari sleep apnea.
Dalam Bahasa Latin, apnea berarti “tidak bernapas” dan sleep apnea didefinisikan sebagai terhentinya aliran udara menuju paru-paru saat tidur, setidaknya selama 10 detik.
Pada penderita obstructive sleep apnea (OSA), jalan napas bagian atas mengalami obstruksi/terblokir sehingga tidak ada udara yang mencapai paru-paru. Makin sempit saluran napas, makin besar getaran, makin keras suara dengkuran.
Setelah jeda 10-30 detik atau lebih, otak akan memerintahkan penderita untuk terjaga dan mengambil napas secara tiba-tiba. Hal ini dapat terjadi secara terus-menerus sepanjang malam. Pada kondisi obstructive sleep apnea (OSA), setidaknya terjadi 5 kali siklus apnea per jam, sehingga kualitas tidur akan sangat terganggu karena penderita tidak akan dapat tidur dengan nyenyak. Tidak hanya itu, tubuh juga akan kekurangan oksigen, sehingga memicu kerusakan organ-organ yang vital.
Selain dipengaruhi faktor usia, obesitas adalah faktor yang paling sering menyebabkan terjadinya obstructive sleep apnea (OSA). Ketika pasien obesitas yang tidur telentang, banyaknya timbunan lemak di daerah leher akan menyebabkan saluran napas menyempit, serta terjadi relaksasi otot yang menyebabkan dasar lidah menutupi faring dan menghambat aliran udara.
Selain faktor usia dan obesitas, konsumsi alkohol, merokok, pemakaian sedatif, adanya sumbatan pada hidung dan variasi anatomis tertentu juga dapat menjadi faktor penyebab obstructive sleep apnea (OSA).
Perawatan pada kasus sleep apnea bergantung pada berat ringannya kasus, serta sebab yang mendasarinya. Kasus ringan dapat dirawat dengan perubahan kebiasaan, seperti memperbaiki gaya hidup, mengurangi berat badan, menghindari merokok dan menghindari konsumsi alkohol.
Jika obstructive sleep apnea (OSA) masih berlanjut, penderita dapat di terapi dengan penggunaan alat intra oral (yang dipakai di rongga mulut) lepasan, yang dibuat oleh dokter gigi. Alat ini disebut Mandibular Repositioning Devices atau Mandibular Advancement Device (MAD), yang dibuat menggunakan bahan resin akrilik transparan, dan berbentuk mirip seperti pelindung mulut yang dipakai oleh petinju.
Alat lepasan ini dipakai selama tidur malam dan berfungsi untuk mencegah lidah mendekati dinding belakang faring, sehingga saluran pernapasan tetap terbuka dan mengurangi dengkuran.
Beberapa penelitian telah melaporkan keberhasilan penggunaan alat lepasan ini untuk mengurangi dengkuran dan memperbaiki kualitas tidur pada pasien obstructive sleep apnea (OSA). Meskipun demikian, keberhasilan pemakaian alat membutuhkan kerjasama dengan dokter yang terkait, seperti dokter spesialis THT, dokter kesehatan tidur, ahli gizi, ahli saraf dan lain-lain.