Kesehatan Mental

Trauma yang Dialami Korban Penyanderaan di Angkot

dr. Dyah Novita Anggraini, 12 Apr 2017

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Penyanderaan yang terjadi di angkot di Jakarta Timur menimbulkan trauma bagi para korban.

Trauma yang Dialami Korban Penyanderaan  di Angkot

Seorang ibu dan anak menjadi korban penyanderaan di angkot di daerah Buaran, Jakarta Timur, Minggu, 9 April 2017. Pelakunya berinisial H, 27 tahun.

Peristiwa terjadi ketika H menodong seorang penumpang yang membawa balita. Ia memaksa korban menyerahkan ponsel, kalung, dan gelang.

Ketika aksi tersebut diketahui polisi karena teriakan korban, H langsung panik dan menekan sebilah pisau ke leher korban. Pelaku akhirnya lumpuh setelah tembakan polisi menerjang lengan kanannya.

Pada umumnya, kejadian seperti kasus penyanderaan ini dapat menimbulkan trauma fisik maupun psikis. Dunia medis menyebutnya dengan istilah Gangguan Stres Pascatrauma (Post-Traumatic Stress Disorder/PTSD).

PTSD adalah gangguan kecemasan yang timbul setelah seseorang mengalami peristiwa yang mengancam keselamatan fisiknya. Kondisi ini dapat menyerang siapa pun, tidak pandang usia dan jenis kelamin.

Pada penderita PTSD dewasa, terdapat tiga gejala yang sering terjadi di antaranya:

  1. Pengulangan pengalaman trauma. Pada fase ini, penderita akan selalu teringat peristiwa tersebut, terkadang mengalami mimpi buruk.
  2. Penghindaran dan emosional yang datar. Pada fase ini, penderita akan menghindari tempat maupun kegiatan yang berhubungan dengan trauma. Selain itu, penderita akan kehilangan minat terhadap sesuatu serta mempunyai emosi yang datar.
  3. Kesadaran yang meningkat. Pada fase ini, penderita akan menunjukkan gejala mudah marah, susah tidur, dan mengalami gangguan konsentrasi.

Bagaimana dengan penderita PTSD anak-anak? Gejalanya tak jauh berbeda dari orang dewasa. Namun, para peneliti melihat bahwa pada anak-anak, khususnya usia 5-12 tahun, mungkin tidak mengalami trauma seperti orang dewasa.

Sebaliknya, mereka sering kali mengulang kembali pengalaman traumatis melalui permainan. Contohnya, pada anak yang mengalami penyanderaan dengan pisau, mereka biasanya ingin bermain games yang berhubungan dengan kekerasan/ pisau.

Meski demikian, anak-anak tetap bisa mengalami kesulitan tidur dan mimpi buruk di malam hari, merasa takut terhadap lokasi yang mengingatkan mereka akan kejadian, dan gelisah saat harus berpisah dari orang-orang terdekat.

Gejala tersebut wajar dialami dalam minggu pertama setelah kejadian. Jika menetap lebih dari tiga bulan, maka perlu diwaspadai. Penanganan lebih lanjut oleh dokter spesialis anak atau psikiater dapat membantu memulihkan trauma tersebut.

Semoga tidak ada lagi kejadian penyanderaan di angkot, sehingga warga bisa beraktivitas tanpa rasa takut. Namun demikian, tetaplah waspada.

[RS/ RH]

Penyanderaan
trauma
Trauma Anak
Penyanderaan di Angkot