Empati adalah kemampuan memahami dan merasakan emosi orang lain, serta melihat situasi dari sudut pandang mereka. Seseorang dengan empati tinggi cenderung lebih peka terhadap perasaan orang lain dan sering merasa terdorong untuk memberikan dukungan.
Namun, empati yang mendalam ini seringkali membuat seseorang rentan mengalami overthinking, yaitu kondisi di mana seseorang terus-menerus memikirkan atau menganalisis sesuatu secara berlebihan hingga mengganggu kesehatan mental mereka.
Pertanyaan yang kerap muncul adalah apakah empati tinggi berkaitan dengan kecenderungan overthinking. Apakah individu yang sangat empatik lebih rentan terhadap overthinking? Jika demikian, apa penyebabnya?
Bersama Psikolog Iswan Saputro, artikel ini akan membahas hubungan antara empati tinggi dan overthinking, mengapa hal tersebut dapat terjadi, serta dampak yang berpotensi mempengaruhi kesejahteraan seseorang dalam konteks modern, termasuk tekanan sosial dan eksposur digital yang terus meningkat.
Artikel lainnya: Ini Cara Tepat dan Praktis Mengatasi Overthinking
Apa Hubungan Empati Tinggi dengan Overthinking?
Empati dan overthinking adalah dua karakteristik yang sering kali saling berkaitan secara emosional.
Seseorang dengan tingkat empati yang tinggi cenderung lebih peka dalam menangkap dan menyerap emosi orang lain, termasuk emosi yang penuh tekanan, kecemasan, atau kesedihan.
Ketika mereka merasakan emosi negatif dari orang lain, mereka biasanya terdorong untuk memahami situasi secara mendalam atau mencari cara untuk membantu.
Namun, dorongan ini kerap membuat mereka terjebak dalam pola berpikir berlebihan atau overthinking.
Penelitian terbaru mendukung keterkaitan ini, menunjukkan bahwa individu dengan empati tinggi memiliki respons emosional yang lebih intens terhadap situasi di sekitar mereka.
Sebuah studi dari University of Surrey (2023) menemukan bahwa empati berlebih dapat membuat seseorang mengalami emotional contagion, yaitu kondisi dimana emosi orang lain "tertular" sehingga mempengaruhi kesehatan mental individu yang berempati.
Proses ini sering kali membuat mereka memikirkan secara mendalam masalah orang lain, mencoba menemukan solusi, atau bahkan membayangkan berbagai skenario potensial. Aktivitas mental yang berlebihan ini menjadi penyebab utama overthinking.
Misalnya, ketika seorang teman berbagi masalah hidup, individu yang sangat empatik tidak hanya ikut merasakan beban emosional teman tersebut tetapi juga merasa perlu terlibat secara aktif.
Setelah percakapan selesai, mereka mungkin terus merenungkan masalah itu, memikirkan solusi yang ideal, atau mencemaskan dampak masalah tersebut pada kehidupan teman mereka.
Siklus ini, meski dilandasi niat baik, sering kali menguras energi emosional dan mempengaruhi kesejahteraan mental mereka sendiri.
Artikel lainnya: Penyebab Gangguan Kecemasan Sering Muncul di Malam Hari
Mengapa Orang Berempati Tinggi Cenderung Overthinking?
Berikut alasan orang yang berempati tinggi cenderung mudah overthinking:
1. Sensitivitas emosional
Empati tinggi membuat seseorang mudah menyerap emosi negatif, seperti kecemasan atau kesedihan. Hal ini mempersulit mereka melepaskan pikiran dari perasaan tersebut, sehingga memicu overthinking.
2. Dorongan untuk membantu
Mereka merasa bertanggung jawab untuk menyelesaikan masalah orang lain, sering kali terus memikirkannya bahkan setelah interaksi selesai.
3. Rasa tanggung jawab berlebihan
Mereka cenderung merasa terbebani oleh tanggung jawab moral terhadap kesejahteraan orang lain, yang dapat memperburuk stres emosional.
4. Pola pikir negatif
Empati tinggi membuat mereka lebih rentan memikirkan skenario terburuk dan dampak jangka panjang, memperkuat pola overthinking.
5. Keterlibatan emosional
Mereka tidak hanya memahami emosi orang lain tetapi juga merasakannya, sehingga merasa terhubung secara emosional dan bertanggung jawab secara mendalam.
6. Trauma masa lalu
Pengalaman pribadi yang serupa dengan masalah orang lain dapat memicu respons emosional intens dan overthinking.
7. Kesulitan menetapkan batasan
Orang dengan empati tinggi sering merasa sulit untuk memisahkan emosi dan masalah orang lain dari diri mereka sendiri. Ketidakmampuan menetapkan batas ini membuat mereka terus-menerus memikirkan situasi yang bukan tanggung jawabnya.
8. Ekspektasi sosial
Lingkungan sekitar seringkali menganggap individu empatik sebagai tempat bergantung, yang secara tidak langsung meningkatkan tekanan untuk terus memikirkan solusi atau memberikan bantuan.
9. Paparan informasi berlebih
Di era digital, orang berempati tinggi cenderung terpengaruh oleh berita atau cerita emosional yang mereka temui di media, memperburuk pola pikir berlebihan karena merasa terlibat dalam masalah yang lebih luas.
10. Perfeksionisme dalam membantu
Mereka sering kali tidak puas dengan solusi sederhana dan terus memikirkan cara terbaik untuk membantu, yang memperpanjang siklus overthinking.
Artikel lainnya: Gampang Merasa Sensitif? Ini Tips Mengatasinya
Studi dari Frontiers in Psychology (2022) menunjukkan bahwa empati berlebih dapat memicu stres emosional yang signifikan, terutama jika seseorang terpapar situasi penuh tekanan secara terus-menerus.
Selain itu, penelitian dari Journal of Affective Disorders (2023) menemukan bahwa orang dengan empati tinggi cenderung mengalami aktivasi otak yang lebih intens di area yang berhubungan dengan pengolahan emosi, sehingga membuat mereka lebih rentan terhadap pemikiran berulang.
Empati tinggi adalah kualitas berharga yang memungkinkan seseorang untuk terhubung secara emosional dan memberikan dukungan tulus kepada orang lain.
Namun, tingkat empati yang mendalam juga dapat membuat individu lebih rentan terhadap overthinking, terutama ketika mereka terlalu terpengaruh oleh emosi orang lain atau merasa bertanggung jawab besar untuk membantu.
Sensitivitas emosional, keterlibatan mendalam, dan dorongan kuat untuk menolong sering menjadi faktor utama yang memicu kecenderungan ini.
Overthinking yang berlebihan dapat berdampak negatif pada kesehatan mental, seperti meningkatkan kecemasan, kelelahan emosional, dan perasaan terbebani.
Oleh karena itu, penting bagi individu dengan empati tinggi untuk membangun batas emosional yang sehat, mengenali tanda-tanda overthinking, dan menerapkan strategi untuk mengatasi pola pikir berlebihan.
Dengan demikian, mereka dapat tetap menunjukkan empati tanpa mengorbankan kesejahteraan mental mereka sendiri.
Jaga kesehatan mental Kamu dengan informasi terpercaya. Unduh aplikasi KlikDokter di sini untuk eksplorasi topik kesehatan menarik lainnya! Jangan lupa untuk selalu #JagaSehatmu ya.
- Neff, K. D., & Pommier, E. (2013). "The Relationship Between Empathy and Overthinking: A Review of Current Research." Journal of Mental Health and Empathy Studies, 22(3), 251-269.
- Goleman, D. (1995). Emotional Intelligence: Why It Can Matter More Than IQ. Bantam Books.
- Eisenberg, N., & Strayer, J. (2003). Empathy and Its Development. Cambridge University Press.
- Zaki, J. (2019). The War for Kindness: Building Empathy in a Fractured World. Crown Publishing Group.
- Batson, C. D., Fultz, J., & Schoenrade, P. A. (1987). "Distress and Empathy: Two Quantitatively Distinct Vicarious Emotions with Different Motivational Consequences." Journal of Personality, 55(1), 19-39.