Apakah Anda memiliki kesibukan hari kerja yang rutin, hingga akhirnya mengalami kekurangan tidur? Anda lantas memutuskan untuk membayarnya dengan waktu tidur berlebih di akhir pekan. Apakah hal ini tepat untuk dilakukan?
Kalau Anda pernah melakukan hal di atas, Anda tidak sendirian. Namun, menurut salah satu penelitian, mengganti “utang tidur” di akhir pekan tidak selalu dapat mengurangi dampak yang dialami dari kekurangan tidur.
Kaitan kurang tidur dan peningkatan risiko kesehatan
Berbagai sumber ilmiah di bidang kedokteran telah mengemukakan adanya kaitan antara kekurangan tidur dan peningkatan risiko kesehatan. Antara lain, diabetes dan obesitas. Namun, pada awalnya belum diketahui apakah mengganti utang tidur itu di akhir pekan dapat cukup untuk menurunkan kembali risiko tersebut.
Menurut salah satu penelitian, walaupun seseorang tidur lebih lama pada akhir pekan untuk mengganti kekurangan tidur di hari kerja, manfaat yang didapat sangat transien (cepat dan singkat). Diperkirakan, pada tengah minggu berikutnya, metabolisme dari tubuh Anda akan tetap terganggu.
Menurut Prof. Kenneth Wright, peneliti dari University of Colorado Boulder, siklus tidur yang tidak teratur dapat menyebabkan dampak negatif bila dilakukan terus-menerus. Bahkan, menurut Prof. Wright, efeknya dapat melebihi kekurangan tidur secara umum.
Penelitian yang dipublikasikan di dalam jurnal ilmiah Current Biology itu melibatkan 36 subjek yang tidur selama 13 malam di laboratorium. Mereka lalu dibagi ke dalam beberapa kelompok. Yaitu, kelompok yang mendapatkan waktu tidur yang cukup setiap malam, kelompok yang mendapatkan waktu tidur terbatas selama hari kerja, dan kelompok yang mendapatkan waktu tidur terbatas terus-menerus.
Cukup tidur lebih baik
Hasil penelitian menunjukkan, kelompok yang mendapatkan waktu tidur terbatas selama hari kerja umumnya tidur lebih lama pada akhir pekan. Dan, kelompok yang mendapatkan waktu tidur cukup tidak menunjukkan adanya perubahan berat badan dari awal hingga akhir penelitian.
Sementara itu, dua kelompok lainnya mengalami peningkatan berat badan yang serupa, yakni sekitar 1,5 kg dalam periode waktu 13 hari tersebut. Dua kelompok ini juga menunjukkan adanya penurunan sensitivitas terhadap insulin, yakni hormon kunci dalam regulasi kadar gula darah.
Analisis yang lebih mendalam menunjukkan bahwa efek tersebut dapat dikaitkan dengan meningkatnya kebiasaan mengemil pada subjek. Hal ini diamati terutama saat mereka memiliki waktu tidur yang terbatas. Menurut para peneliti, kondisi ini dapat mengganggu metabolisme tubuh melalui berbagai cara.
Penelitian sebelumnya menunjukkan, walaupun terus kekurangan tidur dapat meningkatkan risiko kematian di usia muda, mengganti sebagian utang tidur tersebut dapat menangkal efek tersebut. Namun, menurut Prof. Wright, yang penting untuk dicegah tidak hanya kematian, tetapi juga berbagai dampak kesehatan lainnya.
Dengan meningkatnya kesibukan di era modern, semakin banyak individu yang mengalami kekurangan tidur, terutama di hari kerja. Akan tetapi, mengganti kekurangan tidur tersebut pada akhir pekan tidak selalu dapat menangkal semua dampak negatif yang disebabkan oleh keterbatasan waktu tidur. Karena itu, pastikan untuk selalu mendapatkan waktu tidur yang cukup setiap malam, yakni 7-9 jam untuk orang dewasa.
[HNS/ RVS]