Hot flash adalah perasaan hangat yang datang tiba-tiba dan berlangsung intens di sekujur wajah, leher dan dada. Menurut dr. Nadia Octavia dari KlikDokter, kulit orang yang sedang terkena hot flash cenderung memerah.
Nah, umumnya, ketika bicara soal hot flash, pasti tak akan jauh-jauh dari gejala menopause. Ya, benar adanya bahwa sebagian besar wanita yang memasuki masa menopause akan mengalami hot flash derajat sedang hingga berat.
Namun, dilansir dari Prevention.com, hot flash ternyata juga bisa disebabkan oleh kondisi lainnya. Beberapa kondisi tersebut, antara lain:
-
Konsumsi obat tertentu
Hot flash dapat terjadi sebagai efek samping dari obat yang diresepkan oleh dokter. Beberapa obat tersebut, misalnya opioid, antidepresan dan obat osteoporosis.
Cara mengatasi hot flash akibat hal ini adalah dengan berkonsultasi pada dokter yang telah memberikan resep obat tersebut. Siapa tahu, setelah Anda menjelaskan keluhan, dokter akan memberikan alternatif obat lain yang efek sampingnya tidak “sepanas” itu.
-
Suhu kamar yang terlalu panas
Suhu tubuh akan meningkat secara alami sepanjang malam. Jadi, sudah biasa bagi wanita dan sebagian pria untuk bangun di tengah malam karena berkeringat akibat kepanasan.
Cara mengatasi hal ini adalah dengan menggunakan pakaian yang benar-benar sejuk, ringan dan menyerap keringat. Di luar masalah kamar Anda AC atau tidak, pakaian yang digunakan saat itu lebih menentukan kenyamanan tubuh. Untuk selimut, lebih baik gunakan yang tipis agar sirkulasi udara dari dalam dan luar tubuh tetap optimal.
-
Berat badan terus naik
Kelebihan berat badan dapat mengacaukan metabolisme. Jika sudah begitu, tubuh Anda cenderung akan merasa panas. Bila sudah memasuki masa menopause dan tidak menjaga berat badan tetap ideal, risiko untuk mengalami hot flash yang cukup berat akan semakin tinggi.
Cara mengatasi hal ini adalah dengan mengubah pola makan serta melakukan aktivitas fisik. Saat makan, utamakan kualitas ketimbang kuantitas. Jangan lupa untuk tetap beraktivitas fisik, sekalipun itu hanya berjalan kaki dengan durasi waktu tertentu.
-
Alergi makanan
Mengonsumsi makanan pedas, makanan panas dan minuman seperti kafein atau alkohol dalam jumlah banyak memang dapat menghangatkan tubuh. Begitu pula dengan alergi pada makanan, yang juga dapat menghasilkan efek serupa.
Cara mengatasi kondisi ini adalah dengan mengonsumsi obat antialergi, banyak minum air putih dan menghindari makanan yang dapat memicu reaksi alergi.
-
Gangguan cemas
Gangguan cemas dapat menyebabkan berbagai gejala, seperti jantung berdetak kencang, tubuh tak bisa diam, napas berat serta hot flash.
Untuk mengatasi hal ini, Anda mesti mengikuti latihan pernapasan. Belajar mengatur napas akan membuat Anda tenang sehingga gejala hot flash bisa teratasi.
-
Kondisi medis tertentu
Hampir semua masalah medis yang berkaitan dengan hormon atau sistem endokrin dapat menyebabkan hot flash. Secara khusus, masalah tiroid, terutama tiroid yang terlalu aktif (hipertiroid) dapat memicu seseorang merasakan sensasi panas di tubuhnya.
-
Perawatan dan pengobatan kanker payudara
Menurut National Cancer Institute, hot flash dan berkeringat di malam hari juga bisa menjadi efek samping dari perawatan kanker payudara. Sering kali, radiasi dan kemoterapi memicu menopause dini pada wanita muda sehingga itu memengaruhi kadar hormon di dalam tubuhnya. Nah, ketika hormon estrogen berkurang drastis, maka hot flash akan terjadi.
Jadi, hot flash tak melulu disebabkan oleh menopause. Bisa saja kondisi tersebut terjadi akibat alergi, masalah tiroid, gangguan cemas dan peningkatan berat badan. Bila Anda benar-benar terganggu dengan sensasi panas di tubuh akibat hot flash, jangan ragu untuk berkonsultasi lebih lanjut pada dokter.
(NB/ RVS)