Sampai saat ini, kanker serviks masih menjadi salah satu kanker mematikan yang banyak dialami oleh perempuan di dunia. Di Indonesia, kanker serviks menjadi penyebab kedua tertinggi kasus kanker pada wanita dewasa. Meski demikian, sebenarnya kanker serviks merupakan salah satu jenis kanker yang dapat dicegah. Cari tahu cara mencegahnya di sini.
Bagaimana kanker serviks bisa terjadi?
Sebagian besar kanker belum diketahui jelas penyebabnya. Diduga, bahwa ada mutasi genetik yang menjadi penyebab terjadinya jenis kanker tertentu. Namun, hal tersebut tidak berlaku bagi kanker serviks atau kanker leher rahim.
Berbagai penelitian telah membuktikan, bahwa kanker serviks bukan disebabkan oleh faktor genetik, melainkan karena infeksi virus yang bernama human papillomavirus (HPV), khususnya HPV subtipe 16 dan 18 secara global. Sedangkan di Indonesia, selain subtipe 16 dan 18, ada HPV subtipe 45 dan 52 juga yang sering menjadi penyebab kanker serviks.
Sebagian besar penularan infeksi HPV terjadi melalui hubungan seksual. Infeksi HPV lebih rentan dialami oleh seseorang yang sudah memulai aktivitas seksual pada usia sangat muda, berhubungan seksual dengan lebih dari satu pasangan, atau pernah terkena penyakit menular seksual.
Penting untuk diketahui, bahwa infeksi HPV pada umumnya tidak menimbulkan gejala. Meski tidak terasa sakit apa pun, infeksi virus ini diam-diam akan menyebabkan perubahan pada lapisan sel luar mulut rahim.
Sel-sel abnormal di leher rahim akan berubah bentuk dan berkembang memengaruhi sel di sekitarnya. Jika kelainan di leher rahim tersebut tak terdeteksi, sel-selnya akan berubah menjadi ganas, berkembang menjadi kanker dan menyebar ke rahim atau ke organ tubuh lainnya.
Sejak pertama kali HPV menginfeksi tubuh sampai menjadi kanker serviks, ini membutuhkan waktu cukup lama, bahkan sampai puluhan tahun. Oleh karena itu, banyak cara yang bisa dilakukan untuk dapat mendeteksinya sejak dini.
Meski perubahan di dalam sel tubuh terus berlangsung sejak virus HPV menginfeksi tubuh, biasanya gejala atau keluhan fisik baru akan dialami jika kanker serviks telah memasuki stadium lanjut. Maka, penting untuk mencegah dan melakukan pemeriksaan dini kanker.
Mencegah kanker serviks
Jumlah penderita kanker serviks bisa dicegah dan ditekan dengan cara melakukan deteksi dini dan hidup sehat. Berikut ini beberapa hal penting yang dapat menjauhkan wanita dari kanker serviks:
-
Vaksin HPV
Salah satu tindakan pencegahan kanker serviks yang direkomendasikan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) adalah dengan melakukan vaksinasi HPV.
Usia ideal untuk vaksinasi HPV adalah saat anak perempuan berusia 9-13 tahun. Pada usia tersebut, vaksinasi HPV diberikan sebanyak dua kali dalam jarak 6-12 bulan. Lebih lanjut, Advisory Committee on Immunization Practices (ACIP) juga menyatakan bahwa vaksinasi ini juga boleh diberikan pada perempuan berusia 13-26 tahun yang belum pernah mendapatkan vaksin HPV sebelumnya. Pada usia ini, vaksin HPV sebaiknya dilakukan tiga kali.
Namun vaksin HPV pada dasarnya dianjurkan untuk diberikan pada orang yang belum pernah berhubungan seksual. Jika seseorang sudah pernah berhubungan seksual, efektivitas vaksinnya menurun, meskipun ia mendapatkan vaksin tersebut pada rentang usia yang direkomendasikan WHO. Jadi, vaksin HPV bukan satu-satunya pencegahan yang paling optimal, ya.
-
Skrining Kanker Serviks
Selain vaksin, ada juga skrining kanker serviks yang terbukti dapat membantu menurunkan angka kematian akibat kanker serviks secara drastis dan terbukti ampuh. Dengan melakukan skrining teratur, kelainan sel di leher rahim bisa dideteksi secara dini dan diobati lebih cepat.
WHO menganjurkan agar skrining kanker serviks dilakukan oleh setiap perempuan yang berusia 30-49 tahun. Skrining kanker serviks dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu dengan pap smear, inspeksi visual asetat (IVA), dan tes HPV.
-
IVA
Skrining IVA bertujuan untuk melihat ada tidaknya sel yang tidak normal di leher rahim. Metode IVA dilakukan dengan memasukkan spekulum ke dalam leher rahim, lalu dokter atau petugas kesehatan terlatih akan mengoleskan asam asetat ke lapisan permukaan leher rahim.
Jika warna pada leher rahim tidak berubah, maka bisa dikatakan tidak ada sel abnormal di vagina. Namun, apabila leher rahim warnanya berubah menjadi putih, maka kemungkinan menandakan ada sel yang abnormal. Perubahan sel abnormal bisa terjadi bukan hanya karena infeksi HPV saja.
-
Pap smear
Hampir sama dengan metode IVA, pap smear dilakukan dengan cara memasukkan spekulum ke dalam vagina, lalu dokter akan mengalami mengambil sampel (cairan di dinding vagina) menggunakan sikat kecil khusus. Nantinya sampel akan dibawa ke laboratorium dan dilihat dibawa mikroskop oleh dokter spesialis patologi anatomi untuk diperiksa ada atau tidaknya sel abnormal.
-
Tes HPV
Sementara itu, tujuan pemeriksaan HPV agak sedikit berbeda. Tes ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya virus penyebab kanker serviks di leher rahim, yaitu virus HPV.
Dokter akan mengambil sampel dan dibawa ke laboratorium untuk diproses menggunakan teknologi yang lebih modern dan canggih. Saat ini tes HPV sudah banyak digunakan untuk skrining terhadap kanker serviks karena memiliki hasil yang bisa dibilang sangat sensitif dan akurat.
Guna mencegah penyakit kanker serviks secara optimal, wanita berusia 30 tahun ke atas disarankan untuk melakukan pemeriksaan skrining kombinasi antara pap smear dan tes HPV (co-testing) secara berkala, umumnya setiap tiga tahun sekali. Untuk informasi atau prosedur lebih lanjut, jangan ragu ajukan pertanyaan pada dokter langsung lewat Live Chat di aplikasi KlikDokter.
(OVI/ RH)