Keberanian untuk tampil di muka umum tidak dimiliki semua orang. Begitu juga dengan kebiasaan selfie atau swafoto, tidak semua orang percaya diri mengunggah fotonya di media sosial. Nah, sering kali orang yang berani tampil tersebut dianggap narsis – benarkah?
Banyak yang mudah saja menuduh seseorang narsis karena ia dianggap mencintai diri sendiri. Misalnya, teman yang suka memerhatikan penampilan di cermin, mereka dengan galeri smartphone yang dipenuhi foto selfie, dan sebagainya.
Padahal, kata 'narsis' ini merujuk pada suatu kelainan mental yaitu kepribadian narsistik. Seharusnya, orang bisa disebut narsis apabila ia merasa dirinya jauh lebih penting dibanding orang lain. Orang itu butuh diperlakukan spesial, ingin selalu dipuja dan dikagumi orang lain, serta kekurangan empati.
Ciri Kepribadian Narsistik
Beberapa ciri di bawah ini sering kali ditemui pada mereka dengan kelainan kepribadian ini, yaitu:
- Merasa dirinya superior dibanding orang lain, unik, atau spesial. Sering merasa dirinya memiliki hal yang paling baik.
- Membutuhkan kekaguman dari orang lain secara terus-menerus dan berlebihan. Mereka dapat melebih-lebihkan pencapaiannya untuk membuat orang lain kagum.
- Kurang atau tidak berempati sama sekali pada orang lain. Tidak mampu atau tidak mau memahami perasaan dan kebutuhan orang lain.
- Memanfaatkan orang lain untuk kepentingan diri sendiri.
Artikel lainnya: Ini Ciri Anda Mengidap Gangguan Narsistik
Perbedaan Narsis dan Percaya Diri
Kepercayaan diri adalah suatu keyakinan akan diri sendiri (terutama dalam hal sukses menghadapi tantangan hidup), dan berperilaku sesuai dengan keyakinan tersebut.
Mereka yang percaya diri merasa nyaman dengan dirinya sendiri, serta mengetahui kemampuan dan kelebihannya secara realistis. Jadi, berbeda dengan sifat narsis.
Lantas, apa yang membedakan narsis dengan percaya diri?
1. Dasar dari Tindakannya
Mereka yang narsis akan berperilaku untuk menutupi ketakutannya akan kegagalan, atau rasa tidak nyaman karena kelemahan yang dimiliki. Mereka sering kali merasa tidak memadai dan insecure.
Untuk menutupinya, mereka akan menggembar-gemborkan keberhasilannya dan selalu ingin dilihat sebagai yang terbaik. Di sisi lain, rasa percaya diri timbul sebagai hasil dari keberhasilan yang telah dicapai, nilai-nilai yang dipertahankan, dan rasa perhatian yang ditunjukkan kepada orang lain.
2. Pandangan terhadap Diri Sendiri dan Orang Lain
Orang yang narsis memandang diri sendiri berdasarkan kacamata orang lain. Karena itu mereka selalu ingin dianggap hebat. Mereka merasa lebih dibanding orang di sekitarnya, namun belum tentu mereka mencintai dirinya sendiri.
Sebaliknya, orang yang percaya diri cenderung nyaman dengan diri sendiri. Sehingga, pendapat orang lain tidak memengaruhi citra dirinya. Mereka pun akan menganggap dirinya sama seperti orang di sekitarnya - tidak lebih dan tidak kurang.
3. Respons terhadap Kesalahan atau Kelemahan
Seseorang yang narsistik tidak bisa menerima kalau dirinya melakukan kesalahan, dan tidak mau bertanggung jawab. Mereka akan berusaha untuk menyalahkan orang lain atau situasi bila dikonfrontasi akan kekurangannya.
Sementara, orang dengan rasa percaya diri yang baik dapat menunjukkan penyesalan saat melakukan kesalahan. Lalu, ia akan berusaha untuk memperbaikinya.
Artikel lainnya: Kenali Dampak Orang Tua Narsis pada Kesehatan Mental Anak
4. Hubungan Sosial
Dalam hubungan sosial, si narsis akan merasa lingkungan pertemanannya berpusat pada dirinya. Sehingga, ia bisa menganggap orang lain 'kurang' atau berpendapat negatif mengenai mereka.
Orang narsis senang berdebat, mendominasi, sombong, bahkan merendahkan orang lain agar dianggap hebat. Tidak jarang penuh kecemburuan dan permusuhan.
Sebaliknya, si percaya diri akan merasa dekat dengan semuanya dalam lingkungan pertemanan. Ia juga berpendapat mengenai temannya secara positif. Selain itu, orang percaya diri akan menjunjung kesetaraan, kerendahan hati, menghargai sesama, serta suka kasih sayang dan kerjasama.
5. Hubungan Personal
Orang narsis sering kali memiliki hubungan personal yang bermasalah, karena ia tidak membutuhkan hubungan yang hangat dan intim. Di sisi lain, yang mereka butuhkan adalah dikagumi oleh orang lain.
Jika mendapatkannya, maka orang narsis akan merasa senang dan bangga. Namun, saat tidak dikagumi, ia akan malu dan malah bisa bereaksi marah atau agresif.
Lain halnya dengan orang percaya diri, ia mementingkan hubungan personal yang dekat dan intim. Ia sudah puas dengan dirinya sendiri, sehingga tidak butuh dikagumi terus-menerus. Kemarahan atau sikap agresif terhadap orang lain juga relatif jarang terjadi.
Berdasarkan beberapa perbandingan di atas, bisa dilihat bahwa narsis dan percaya diri jauh berbeda. Bahkan, sering kali sifat dan kelakuan di antara keduanya bertolak belakang!
Jadi, jangan mudah menganggap orang sebagai sosok narsis. Mungkin saja, tindakan yang dilakukan hanya menandakan rasa percaya diri yang tinggi.
Kelainan kepribadian narsistik membutuhkan penilaian oleh tenaga ahli terlatih. Jadi, jika Anda atau kenalan memiliki sifat-sifat yang sesuai dengan masalah kepribadian ini, segeralah berkonsultasi lebih lanjut.
Anda dapat berdiskusi seputar kepribadian narsis dengan seorang psikolog atau psikiater. Lebih mudah, kini ngobrol dengan psikolog bisa dilakukan lewat fitur Live Chat di aplikasi KlikDokter!
(FR/RPA)