Kesehatan Mental

Kamu Hobi Borong Baju dan Kue Lebaran? Ini Kata Psikolog!

Hobi borong baju dan kue Lebaran bisa jadi tanda perilaku konsumtif. Artikel ini mengulas pandangan psikolog tentang penyebabnya dan bagaimana mengelola keinginan belanja berlebihan saat Lebaran.

Kamu Hobi Borong Baju dan Kue Lebaran? Ini Kata Psikolog!

Hari raya Lebaran akan tiba, pastinya banyak hal yang ingin dibeli atau diganti baru. Bahkan, beberapa orang cenderung suka memborong di bulan Ramadan. Padahal, belanja menjelang Lebaran seperti itu merupakan kebiasaan yang tidak diperlukan, lho. Akan tetapi, mengapa tetap dilakukan, ya?

Mengapa Ada Orang Suka Memborong Barang atau Makanan saat akan Lebaran?

Kebiasaan untuk membeli sesuatu yang baru dalam jumlah yang banyak saat Lebaran sering dilakukan banyak orang. Hal ini tidak bisa lepas memang merupakan tradisi turun-temurun sejak lama.

Namun, segala sesuatu yang berlebihan memang tidak baik. Kebiasan membeli barang secara kalap harus segara dipikirkan ulang pada saat Lebaran, apalagi pada saat pandemi virus corona seperti sekarang ini.

Ada banyak faktor mengapa orang suka memborong baju atau kue menjelang Lebaran. Menurut psikolog Ikhsan Bella Persada, M.Psi, berikut daftarnya:

1. Sukacita menyambut hari raya

Hari raya Lebaran pastinya disambut sukacita oleh semua umat muslim. Ternyata dorongan ini bisa membuat Kamu memborong kue atau baju Lebaran.

"Bisa jadi, karena sukacita dari orang tersebut menanggapi lebaran, jadi mereka ingin punya makanan banyak dan beli baju pada saat ada tamu ada suasana baru. Tapi, di balik itu, umumnya memang ada perilaku konsumtif karena sebenarnya masih ada barang tahun lalu," ujar Ikhsan.

Artikel lainnya: 7 Penyakit yang Sering Menyerang Usai Libur Lebaran

2. Faktor tren terbaru

Banyak produsen mengeluarkan seri atau model barang terbaru menjelang Ramadan. Bagi yang tidak ‘kuat iman’, pastinya ingin selalu tampil up to date dengan membeli keluaran terbaru.

"Ada kecenderungan. Ketika ada produk baru, kita akan membeli yang baru. Pada dasarnya, beli ini dan itu pada saat lebaran bisa jadi untuk mengikuti perkembangan atau tren terbaru. Selain itu, mungkin beberapa orang merasa punya kekuatan finansial untuk membelinya," jela Ikhsan.

3. Faktor iklan

Kemudian, orang bisa memborong makanan dan baju lebaran dipengaruhi oleh iklan selama bulan Ramadan, baik pakaian atau makanan.

"Banyak orang yang melihat iklan tersebut jadi merasa sudah mau lebaran, berarti harus beli baju baru dan makanan. Faktor iklan itu memengaruhi orang beli makanan atau baju," ungkap Ikhsan.

4. Persaingan tetangga

"Bisa jadi, individu ini merasa ada persaingan dengan orang lain, misalnya tetangga. Melihat tetangga beli baju baru, jadi ikutan beli. Akhirnya timbul beli pakaian baru tidak mau kalah," kata Ikhsan.

Akhirnya, kebiasaan-kebiasaan seperti lebaran beli pakaian baru dan makanan, itu jadi kebiasaan turun temurun. Sudah jadi budaya.

5. FOMO (Fear of missing out)

FOMO (Fear of Missing Out) memang menjadi salah satu alasan utama mengapa orang suka memborong barang dan makanan saat Lebaran, terutama di era media sosial seperti sekarang ini.

6. Kepercayaan bahwa harga akan naik

Menjelang Lebaran, permintaan terhadap barang dan bahan makanan meningkat pesat. Hal ini dikhawatirkan dapat menyebabkan kelangkaan barang di pasaran. 

Oleh karena itu, orang-orang percaya bahwa dengan memborong barang dan makanan untuk memastikan bahwa mereka memiliki persediaan yang cukup untuk kebutuhan selama Lebaran dengan mendapatkan harga yang belum meningkat.

Apakah Kebiasaan Memborong Itu Negatif?

Apakah Kebiasaan Memborong Itu Negatif

Sayangnya, memborong atau membeli banyak barang secara kalap, merupakan kebiasaan negatif. Apalagi kalau Kamu sampai rela berhutang demi ngeborong.

"Kebiasaan sampai memborong itu negatif, sebenarnya mungkin baju tahun lalu masih bagus atau malah ada yang dibeli tapi tidak dipakai. Itu yang seperti ini negatif, artinya tidak mengontrol dirinya. Apakah ini memang dibutuhkan atau tidak," tutur Ikhsan.

"Terlebih kalau sampai rela utang atau rela kehabisan uang demi membeli itu semua. Jadi, cuma menuruti dorongan keinginannya saja," sambungnya. Semua harus berdasarkan apa yang dibutuhkan, bukan apa yang diinginkan. Kalau semua ingin, timbul rasa ingin membeli semuanya.

Terkait hal itu, Ikhsan coba memberi pandangan pada kita semua. Mengendalikan keinginan memborong sebenarnya bisa dilakukan. Kamu bisa mulai dengan mendata apa yang lebih dulu dibutuhkan, selain beli baju dan kue. Misalnya, ada kebutuhan mendesak lainnya, seperti biaya masuk sekolah.

Memikirkan hal yang lebih penting biasanya ampuh membuat Kamu tidak memborong banyak barang atau makanan. Walaupun, memang itu kembali pada pribadi masing-masing, ya.

Artikel lainnya: Mengatasi Pertanyaan Menyebalkan saat Berkumpul Bersama Saudara di Hari Lebaran

"Pertama, coba dipikirkan kembali apa yang lebih dibutuhkan. Mungkin ada anak yang mau masuk sekolah. Nah, justru butuh uang lebih besar. Pertimbangkan perihal butuh atau tidaknya beli baju baru atau makanan yang banyak," kata Ikhsan.

Satu hal lagi, bahwa sifat memborong sebenarnya sudah diajarkan sejak kita masih anak-anak, dan orang tua perlu memerhatikan hal ini.

"Sebenarnya beli sesuatu yang baru sudah dimulai sejak dulu, anak-anak akhirnya tahu kalau lebaran punya baju baru. Sebisa mungkin dari kecil anak diajarkan bahwa Lebaran bukan baju barunya, tapi menyambut sukacitanya. Jadi, kalau memang tidak bisa beli, jangan dipaksakan untuk beli," pungkas Ikhsan.

Tradisi borong baju dan kue pada saat lebaran memang satu sisi tidak bisa disalahkan. Akan tetapi, dalam kondisi seperti ini sebaiknya berpikir apa yang menjadi kebutuhan.

Dapatkan lebih banyak tips kesehatan mental dan pengelolaan keuangan dengan download aplikasi KlikDokter sekarang juga! Temukan juga berbagai artikel menarik lainnya seputar gaya hidup dan kesehatan hanya di KlikDokter.

Lebaran