Setiap bulan, wanita usia subur akan menghasilkan kista atau kantung berisi cairan (folikel) pada permukaan indung telur (ovarium). Hormon reproduksi wanita berperan membuat salah satu folikel menghasilkan sel telur yang matang untuk dilepaskan saat masa ovulasi tiba. Sayangnya, segala proses tersebut bisa mengalami gangguan apabila seorang wanita mengalami Polycystic Ovarian Syndrome alias PCOS.
Pada penderita PCOS, jumlah kista yang timbul pada indung telur sangat banyak. Kondisi ovarium polikistik itu sendiri ditentukan apabila ditemukan 12 atau lebih kista (folikel) pada satu ovarium. Kista ini tidak berbahaya, namun dapat mengganggu keseimbangan hormonal yang menyebabkan munculnya berbagai tanda dan gejala yang menurunkan kualitas kehidupan penderitanya.
Tanda dan gejala PCOS
Beberapa gejala yang bisa menjadi tanda bahwa seorang wanita mengalami Polycystic Ovarian Syndrome alias PCOS adalah:
-
Gangguan haid
Wanita dengan PCOS sangat mungkin untuk mengalami siklus haid yang tidak teratur, haid yang jarang, serta siklus haid lebih panjang dari biasanya. Misalnya, kurang dari sembilan kali haid dalam satu tahun, jarak antar haid lebih dari 35 hari, atau haid dengan volume darah lebih banyak dari biasanya.
-
Gangguan kesuburan dan sulit hamil
PCOS adalah salah satu penyebab gangguan kesuburan pada wanita. Sebab kondisi tersebut menyebabkan ovulasi tidak terjadi atau tidak teratur, sehingga pembuahan sel telur oleh sperma sulit didapatkan.
Kalaupun terjadi pembuahan, keadaan hormonal yang tidak seimbang akibat PCOS dapat memengaruhi lapisan rahim untuk berkembang. Sebagai akibatnya, telur yang sudah dibuahi tidak dapat menempel pada dinding rahim, sehingga kehamilan tidak berlanjut.
Jika nantinya wanita dengan PCOS berhasil hamil, maka dirinya lebih berisiko untuk terkena berbagai komplikasi kehamilan seperti diabetes gestasional, keguguran, persalinan prematur, dan hipertensi semasa kehamilan (preeklampsia).
-
Hiperandrogenisme
Berdasarkan studi, wanita dengan PCOS mengalami peradangan yang memicu ovarium polikistik memproduksi hormon androgen. Keadaan ini menimbulkan tanda yang dikenal dengan hiperandrogenisme, yaitu:
- Pertumbuhan pola rambut pria (hirsutisme) yang ditemukan pada bibir atas, dagu, sekitar puting, atau perut bawah
- Munculnya jerawat
- Kebotakan yang mengikuti pola kebotakan pria (alopesia androgenik).
-
Obesitas
Hampir setengah dari wanita dengan PCOS mengalami obesitas alias berat badan di atas normal. Selain itu, wanita yang mengalami kondisi tersebut juga memiliki ciri-ciri sindrom metabolik sebagai berikut:
- Kegemukan sentral, ditandai lingkar perut melebihi 88 centimeter
- Dislipidemia. Kondisi ini ditandai nilai trigliserida lebih dari 150 mg/dL, kolesterol baik (HDL) di bawah 50 mg/dL.
- Peningkatan tekanan darah.
Sebagai akibatnya, wanita dengan PCOS juga memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terkena penyakit kardiovaskular seperti serangan jantung.
-
Akantosis nigrikans
Kondisi ini ditandai perubahan warna kulit menjadi lebih gelap (hiperpigmentasi) dan penebalan kulit yang teraba seperti beludru. Umumnya, perubahan tersebut ditemukan pada area lipatan, seperti pada tengkuk, ketiak, lipatan di bawah payudara, serta selangkangan. Munculnya akantosis nigrikans dikaitkan dengan resistensi terhadap insulin, yang juga dapat menimbulkan diabetes melitus tipe 2.
Jika Anda curiga terkena PCOS, segera periksakan diri ke dokter. Dengan begitu, wawancara medis mengenai keluhan yang Anda rasakan dan pemeriksaan fisik yang sesuai bisa segera diterapkan. Meski Polycystic Ovarian Syndrome atau PCOS tidak bisa disembuhkan, kondisi ini bisa dikendalikan supaya gejala tak melulu datang dan mengganggu kehidupan.
(NB/ RVS)