Episiotomi adalah prosedur menggunting jaringan di antara vagina dan anus (disebut juga dengan perineum). Dahulu, proses ini merupakan tindakan rutin yang dilakukan pada persalinan normal karena dianggap lebih aman bagi ibu melahirkan dibandingkan dengan robekan alami perineum.
Manfaat episiotomi dinilai dapat mencegah robekan luas pada perineum selama proses melahirkan, mempercepat penyembuhan luka pada perineum, dan menjaga agar otot dasar panggul tetap kuat.
Namun, penelitian yang dilakukan masa kini malah membuktikan sebaliknya. Tindakan ini dapat berisiko menimbulkan luka yang lebih luas dan infeksi, penyembuhannya lebih lama, serta kesulitan menahan BAB.
Selain itu, sebagian wanita yang menjalani prosedur episiotomi juga mengalami nyeri saat berhubungan seks beberapa bulan setelah melahirkan. Lantas, apakah prosedur episiotomi masih perlu dilakukan?
Pada Kondisi Apa Saja Episiotomi Dilakukan?
Meskipun tidak lagi dijalani rutin akibat efek samping yang ditimbulkan, prosedur episiotomi ternyata perlu dilakukan pada keadaan-keadaan tertentu dalam persalinan. Beberapa kondisi yang memerlukan tindakan ini adalah:
- Perkiraan ukuran bayi yang besar.
- Wanita yang kesulitan melahirkan, dan sudah berada dalam fase tersebut dalam waktu yang cukup lama.
- Bayi yang perlu segera dilahirkan karena adanya fetal distress atau gawat janin.
- Apabila dilakukan prosedur lainnya seperti ekstraksi vakum atau forsep untuk membantu persalinan.
- Posisi bayi yang tidak sesuai, misalnya kondisi sungsang.
- Perineum yang bengkak atau tidak elastis.
- Riwayat adanya robekan perineum yang parah (derajat 3 atau 4).
Apabila ibu hamil yang akan melahirkan tidak memiliki kondisi di atas, tindakan ini tidak perlu dilakukan. Jadi, prosedur episiotomi bukan suatu kewajiban dalam proses melahirkan, ya.
Artikel Lainnya: Kenali 7 Cara Mengatasi Cemas Menjelang Persalinan
Bagaimana Prosedur Episiotomi?
Episiotomi merupakan salah satu prosedur bedah yang bertujuan untuk melebarkan jalan lahir dan umumnya dilakukan oleh dokter maupun bidan dalam menolong persalinan. Meski tampak menyeramkan, sejatinya sayatan yang dibuat tidaklah panjang.
1. Jenis Episiotomi
Sebelum mengetahui prosedur episiotomi, Anda perlu mengetahui bahwa terdapat dua jenis episiotomi, yaitu:
-
Episiotomi Midline atau Sayatan Garis Tengah
Jenis episiotomi ini membentuk sayatan lurus, memanjang tegak lurus dengan anus dan vagina. Jenis sayatan ini memang lebih mudah, tetapi risiko untuk robekan yang lebih besar juga meningkat.
-
Episiotomi Mediolateral
Episiotomi mediolateral umumnya merupakan yang paling sering digunakan. Sayatan yang dibuat mengarah diagonal seperti searah arah jarum jam 4. Meski lebih sulit, jenis ini mampu mengurangi risiko robekan yang parah.
Artikel Lainnya: 4 Fase Persalinan Normal yang Perlu Ibu Tahu
2. Prosedur Pelaksanaan Episiotomi
Pada prosesnya, episiotomi dilakukan dengan beberapa tahapan berikut ini:
- Sebelum melakukan prosedur episiotomi, dokter atau bidan akan melakukan pembersihan di sekitar perineum dengan menggunakan betadine.
- Dokter atau bidan akan melakukan pembiusan secara lokal guna mengurangi rasa sakit.
- Setelah obat bius bekerja, dokter atau bidan melakukan pengguntingan sekitar 3-4 cm di bagian perineum atau ujung vagina. Proses membuat sayatan dilakukan sesaat bayi akan dilahirkan, atau ketika kepala sudah tampak dan perineum melebar dan menipis.
- Setelah bayi lahir, dokter atau bidan akan melakukan penjahitan dengan menggunakan benang untuk membantu mempercepat pemulihan luka.
Itulah tahapan pelaksanaan prosedur episiotomi. Setelah efek samping obat bius hilang, Anda mungkin akan merasakan nyeri atau tak nyaman di area tersebut. Namun, tak perlu khawatir karena dengan perawatan yang tepat, pemulihan luka akan berlangsung cepat.
Artikel Lainnya: Gerakan Senam Ibu Hamil untuk Melancarkan Persalinan
Cara Merawat Luka Episiotomi
Jangan khawatir apabila Anda memerlukan episiotomi dalam proses persalinan. Percayalah bahwa dokter melakukan prosedur tersebut untuk hasil yang terbaik bagi Anda dan bayi.
Agar luka cepat kering dan tidak terinfeksi, berikut beberapa cara merawat luka episiotomi yang perlu Anda tahu:
- Kompres dingin di daerah tersebut. Gunakan handuk atau kantong untuk melapisi es batu agar tidak langsung menyentuh kulit dan membuat lebih nyaman.
- Setelah buang air kecil, ada baiknya Anda menyiram air hangat (akan lebih baik jika air matang) dari atas ke bawah.
- Usahakan daerah vagina dan bekas jahitan selalu kering. Pastikan Anda mengeringkannya dengan cara menepuk secara perlahan setelah membersihkannya.
- Sesekali Anda bisa memberikan udara bebas pada bekas luka jahitan. Lepaskan pakaian yang Anda kenakan, dan berbaringlah selama 5-10 menit. Tujuannya agar luka jahitan Anda tidak lembap dan tetap kering.
- Duduklah dengan hati-hati. Anda bisa menambahkan bantal atau ganjalan untuk duduk. Jika masih terasa nyeri dan bengkak, perbanyak berjalan atau berbaring terlebih dahulu.
- Konsumsi obat yang diresepkan dokter sesuai dengan aturan. Biasanya dokter akan memberikan obat antinyeri dan antibiotik untuk mengurangi risiko infeksi. Jangan khawatir karena obat-obatan yang diberikan aman bagi ibu menyusui.
- Lakukan olahraga ringan seperti senam Kegel untuk membantu menguatkan otot-otot vagina dan sekitarnya.
- Hindari berhubungan seksual saat luka masih basah. Umumnya dibutuhkan waktu 4-6 minggu hingga luka episiotomi benar-benar pulih. Namun, jika Anda merasa sudah siap dan luka sudah mengering, berhubungan seksual diperbolehkan.
Apabila luka jahitan timbul bengkak, keluar cairan nanah atau darah, nyeri tak tertahankan, serta muncul demam tinggi, sebaiknya periksakan segera ke dokter. Dikhawatirkan Anda mengalami infeksi pada luka jahitan sehingga perlu ditangani.
Jadi, tak semua proses persalinan normal memerlukan tindakan episiotomi. Prosedur episiotomi ini membutuhkan pertimbangan medis yang sesuai. Sebab, jika dilakukan tanpa indikasi, bisa saja kerugian yang dihasilkan akan lebih banyak dibandingkan keuntungannya.
Anda masih punya pertanyaan seputar tindakan episiotomi? Yuk, tanyakan saja pada dokter lewat fitur Live Chat 24 jam di aplikasi KlikDokter.
[WA]