Reproduksi

8 Penyakit Rahim yang Harus Diwaspadai Wanita

dr. Sara Elise Wijono MRes, 31 Okt 2022

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Terdapat beberapa penyakit yang bisa menyerang rahim wanita, mulai dari mioma hingga endometritis. Apa sajakah penyebabnya?

8 Penyakit Rahim yang Harus Diwaspadai Wanita

Kamu mengalami nyeri perut bawah, siklus haid yang tidak teratur, perdarahan dari vagina, atau nyeri saat berhubungan intim? Waspadalah, keluhan-keluhan tersebut bisa menjadi tanda adanya penyakit rahim.

Walau demikian, tak semua penyakit pada rahim menimbulkan gejala. Banyak wanita tidak merasakan keluhan apa pun. Bahkan, masalah rahim kerap ditemukan tanpa disengaja saat pemeriksaan kesehatan. 

Berikut adalah macam-macam penyakit rahim dan ciri-cirinya: 

1. Perdarahan Rahim Abnormal

Perdarahan rahim abnormal kerap muncul sebagai haid yang tidak teratur. Kondisi ini bisa terjadi kapan saja. 

Namun, ada masa-masa tertentu dalam kehidupan wanita ketika haid memang cenderung tidak teratur, yaitu saat seorang gadis baru saja mulai haid atau fase perimenopause. 

Pada masa-masa ini, frekuensi haid yang memendek merupakan hal yang normal. Jumlah darah haid menjadi lebih sedikit atau malah lebih banyak dari biasanya. Tak jarang, siklus haid memanjang sehingga frekuensi haid menjadi lebih jarang.

Menurut The American College of Obstetricians and Gynecologists, perdarahan rahim abnormal terjadi apabila seorang wanita mengalami:

  • Perdarahan atau flek di antara dua siklus haid dan setelah berhubungan intim.
  • Volume darah haid berlebihan.
  • Siklus haid lebih panjang dari 38 hari atau lebih pendek dari 24 hari.
  • Haid tidak teratur, di mana perbedaan tiap siklus lebih dari 7-9 hari.
  • Perdarahan muncul setelah menopause.

Sebagian besar perdarahan rahim abnormal berakar pada ketidakseimbangan hormon reproduksi. Oleh sebab itu, pil KB kerap digunakan sebagai terapi lini pertama untuk mengatasinya.

Artikel lainnya: Kebiasaan Buruk Wanita yang Bisa Merusak Rahim

2. Mioma Rahim

Mioma rahim adalah tumor jinak yang berasal dari jaringan otot rahim. Kelainan yang paling sering dialami wanita usia 30-40 tahun ini bisa muncul di rongga rahim, permukaan rahim, di dalam dinding rahim, atau melekat ke dinding rahim. 

Ukuran, bentuk, dan lokasi mioma sangat bervariasi. Jumlahnya bisa hanya satu atau lebih dengan ukuran yang berbeda-beda. Sebagian mioma bertumbuh lambat atau ukuran cenderung tidak berubah, tapi ada pula yang cepat membesar.

Pada sebagian besar kasus, penyakit rahim ini tidak bergejala dan ditemukan secara tidak sengaja saat pemeriksaan medis. Faktanya, 70 persen wanita Indonesia memilikinya.

Apabila bergejala, keluhan dapat berupa volume darah haid lebih banyak, periode haid lebih panjang atau lebih dari satu minggu, kram perut hebat saat haid, sering buang air kecil, sulit buang air besar, serta nyeri punggung bawah atau paha.

Mioma rahim sangat jarang menjadi tumor ganas atau kanker. Karena itu, jika ukurannya kecil, tidak bertambah banyak, serta tidak menimbulkan gejala, mioma tidak perlu diangkat. Pengangkatan mioma justru jauh lebih berisiko pada kasus ini.

3. Adenomiosis

Dinding rahim terdalam dibentuk dari jaringan endometrium yang menebal dan menipis mengikuti siklus haid. Jaringan ini pula yang meluruh dan keluar sebagai darah haid. 

Jika endometrium menginvasi lapisan otot rahim (miometrium), muncullah penyakit pada rahim berupa adenomiosis.

Memiliki riwayat operasi caesar atau pengangkatan mioma bisa menjadi faktor risiko adenomiosis. Walau demikian, penyebab pastinya masih belum diketahui.

Yang pasti, kemunculannya bergantung pada hormon estrogen di dalam tubuh wanita. Saat menopause, yakni ketika produksi estrogen menurun, adenomiosis akan menghilang dengan sendirinya.

Seperti juga mioma, adenomiosis kadang tidak bergejala atau hanya sedikit menimbulkan rasa tidak nyaman. Jika bergejala, biasanya adenomiosis muncul di atas usia 35 tahun pada wanita yang telah memiliki anak.

Gejala biasanya berupa haid menjadi lebih lama, volume haid berlebihan, serta keluar dalam bentuk bekuan atau gumpalan darah. Juga dapat timbul kram dan nyeri perut yang terus-menerus. 

Gejala-gejala ini dapat dikurangi dengan pemberian terapi hormonal. Akan tetapi, satu-satunya cara untuk menyembuhkan hanyalah melalui histerektomi atau operasi pengangkatan rahim. 

Artikel lainnya:  Ciri-Ciri Rahim yang Sehat dan Subur, Wajib Diketahui Wanita

4. Prolaps Rahim

Secara awam, prolaps rahim dikenal dengan masalah turun rahim atau turun peranakan. Pada kondisi ini, rahim turun ke arah vagina, bahkan pada kasus berat bisa tampak keluar dari mulut vagina.

Penyebab dari prolaps rahim adalah kelemahan pada otot dasar panggul yang berfungsi untuk menyokong rahim. Lebih umum ditemui pada wanita berusia lanjut. 

Keluhan yang dirasakan meliputi merasa berat atau tertarik pada panggul, sensasi duduk di atas bola atau ada yang keluar dari vagina, mengompol atau bahkan kesulitan berkemih, masalah BAB, tampak benjolan yang keluar dari vagina, dll.

Penanganan untuk masalah ini bervariasi, bergantung pada keparahan kondisi. Penderitanya disarankan mengubah pola hidup, memakai alat pesarium dalam vagina, atau menjalani pembedahan.

Beberapa perbaikan pola hidup yang dapat dilakukan, misalnya senam Kegel, mengatasi sembelit, menghindari angkat beban berat, atau mengangkat beban dengan postur yang benar.

5. Polip Rahim

Polip rahim adalah pertumbuhan jaringan (benjolan) pada rahim. Lokasi polip rahim dapat ditemui di bagian dalam rahim (polip endometrium) ataupun pada mulut rahim.

Penyebab pasti dari penyakit rahim ini belum diketahui. Namun, pengaruh hormon reproduksi wanita, yaitu estrogen, turut berperan.

Gejala polip rahim yang paling umum adalah haid tidak teratur dan munculnya flek. Bisa timbul juga keluhan haid yang banyak atau kembali haid setelah menopause, meski kasusnya jarang. Pada banyak kasus, tidak ada keluhan yang dirasakan.

Untuk membuang polip, diperlukan pembedahan. Prosedur ini dikenal dengan istilah polipektomi. 

Tidak semua polip perlu dibuang, misalnya polip berukuran kecil yang tidak menimbulkan keluhan bisa dibiarkan saja, sambil diawasi perkembangannya secara berkala.

Artikel lainnya: Mengenal Tes IVA untuk Deteksi Kanker Serviks 

6. Kanker Rahim

Pada kebanyakan kasus kanker rahim, sel kanker berkembang di area endometrium (lapisan dalam rahim).

Gejala yang paling sering dikeluhkan adalah perdarahan rahim abnormal (terutama kembali haid setelah mengalami menopause). Dapat juga ditemui keputihan berair dan berbau. 

Gejala lain yang dapat muncul adalah penurunan berat badan, nyeri perut, dan kesulitan berkemih.

Penyakit pada rahim ini dapat ditangani dengan beberapa cara. Misalnya, pembedahan (angkat rahim atau histerektomi), kemoterapi, dan radioterapi. 

Pilihan terapi umumnya bergantung pada stadium kanker saat didiagnosis dan kondisi pasien.

7. Endometritis

Bagaimana Bentuk Rahim Normal dan Tidak normal?

Endometriris merupakan peradangan dari lapisan dalam rahim (endometrium). Infeksi merupakan penyebab utama dari peradangan ini. Kuman penyebabnya dapat beragam, misalnya karena kuman tuberkulosis, gonorea, atau klamidia.

Masalah rahim wanita ini dapat menimbulkan gejala seperti demam, perut membesar, nyeri perut bawah, perdarahan atau keluarnya cairan yang tidak normal dari vagina, bahkan rasa tidak nyaman saat BAB.

Karena sering kali disebabkan infeksi kuman, maka penanganannya umumnya dengan pemberian antibiotik. Pada beberapa kasus, diperlukan rawat inap untuk menanganinya.

Jika penyebabnya adalah kuman yang menular secara seksual, maka pasangan seksualmu juga perlu diobati.

Artikel Lainnya: Mitos Operasi Pengangkatan Rahim yang Tidak Perlu Dipercaya

8. Endometriosis

Walaupun namanya mirip, endometritis dan endometriosis merupakan dua kondisi yang berbeda. 

Jika yang pertama merupakan peradangan rahim, endometriosis merupakan kondisi di mana jaringan pelapis rahim justru tumbuh di luar rahim, misalnya pada indung telur (ovarium) atau salurannya (tuba falopi).

Pada penyakit rahim ini, gejala yang sering kali dirasakan adalah nyeri perut bawah (dapat bertambah parah saat haid), nyeri haid hebat hingga mengganggu aktivitas, nyeri BAB atau BAK saat haid, nyeri berhubungan intim, hingga kesulitan hamil.

Penanganan endometriosis bertujuan untuk meringankan gejala. Hal yang dapat disarankan adalah konsumsi pereda nyeri, terapi dengan obat berisi hormon atau pil KB, dan pembedahan.

Meski berbagai masalah rahim pada wanita tersebut tak selalu berbahaya, nyeri dan perdarahan berlebihan bisa mengganggu aktivitas dan kualitas hidup. Kamu pun berpotensi mengalami kekurangan darah atau anemia.

Karena itu, segeralah berkonsultasi dengan dokter bila mengalami keluhan-keluhan seperti di atas. Manfaatkan juga layanan Tanya Dokter di KlikDokter untuk bertanya kepada dokter. Yuk, #JagaSehatmu selalu!

[RS]

Rahim
Kesehatan Rahim