Polycystic Ovary Syndrome (PCOS) adalah gangguan keseimbangan hormon yang bisa terjadi selama masa subur. Pada wanita pengidap PCOS, ovarium atau indung telur akan menghasilkan hormon pria (androgen) secara berlebihan.
Saat mengalami PCOS, hormon reproduksi biasanya tidak seimbang dan dapat mengganggu periode menstruasi, antara tidak tepat waktu atau malah tidak menstruasi sama sekali.
Gejalanya juga disertai nyeri panggul, muncul jerawat, pertumbuhan rambut berlebihan, peningkatan berat badan, dan bercak kulit gelap di belakang leher, ketiak, juga di bawah payudara.
Untuk menegakkan diagnosis sindrom ovarium polikistik, bisa dilakukan PCOS USG dan sejumlah tes lain yang bisa kamu jalani. Berikut di antaranya:
1. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik
Dokter biasanya melakukan anamnesis atau bertanya seputar gejala yang dirasakan, obat-obatan yang dikonsumsi, serta kondisi medis yang dialami.
Dokter juga akan menanyakan periode menstruasi serta perubahan berat badan. Pemeriksaan fisik seperti tanda-tanda pertumbuhan rambut berlebih, resistensi insulin, serta kemunculan jerawat juga akan dilakukan.
Artikel Lainnya: Hal tentang PCOS yang Perlu Diketahui Wanita
2. Pemeriksaan Panggul
Pemeriksaan panggul termasuk ke dalam tes rutin untuk deteksi dini PCOS. Dokter akan melakukan pemeriksaan panggul untuk melihat massa, pertumbuhan, atau perubahan pada organ reproduksi.
Biasanya, pemeriksaan ini meliputi vagina, leher rahim, rahim, saluran tuba, ovarium, dan rektum.
3. USG
Menurut dr. Arina Heidyana, pemeriksaan ultrasonografi (USG) akan dilakukan guna menentukan diagnosis PCOS.
Berdasarkan John Hopkins Medicine, pemeriksaan USG menggunakan gelombang suara. Dokter akan menggunakan alat yang memberikan gambaran pembuluh darah, jaringan, serta organ.
Selain itu, hasil USG PCOS juga akan menampilkan indung telur dan ketebalan lapisan rahim (endometrium).
Biasanya, dokter akan menginformasikan hasil USG. Jika ingin mengetahui cara membaca hasil USG PCOS, maka perlu mengetahui ciri-ciri dari hasil pemeriksaan tersebut.
“Pada hasil USG dengan PCOS, biasanya ditemukan gambar bulatan kecil yang berkumpul. Bulatan tersebut merupakan sel telur yang ukurannya kecil dan tidak matang,” tutur dr. Arina.
4. Tes Darah
Dokter mungkin menyarankan tes darah untuk menegakkan diagnosis sindrom ovarium polikistik. Disampaikan dr. Arina, biasanya dilakukan pemeriksaan kadar hormon anti-mullerian (AMH) dan kadar gula darah.
AMH merupakan tes untuk memeriksa seberapa baik kinerja indung telur dan memperkirakan seberapa jauh menopause akan terjadi. Umumnya, kadar AMH pada penderita PCOS akan tinggi.
Selain melakukan pemeriksaan kadar glukosa darah, penyedia layanan kesehatan juga mungkin akan memeriksakan kadar kolesterol dan trigliserida.
Artikel Lainnya: Mengenal Perbedaan PCOS dan PCOD pada Wanita
Sesungguhnya, tidak ada tes tunggal yang secara khusus dapat mendiagnosis sindrom ovarium polikistik. Dokter akan melakukan serangkaian pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis tersebut.
Jika hasilnya menandakan sindrom ovarium polikistik, kode diagnosis PCOS yang tertulis adalah ICD-9:256.4; ICD-10: E28.2. Kode ini akan memudahkan penyedia layanan kesehatan untuk mengelompokkan penyakit dan tindakan yang akan dilakukan.
Apabila punya pertanyaan lain seputar diagnosis PCOS, jangan sungkan untuk bertanya dengan ahlinya lewat layanan Tanya Dokter di KlikDokter.
Unduh juga aplikasi KlikDokter untuk mendapatkan informasi lain seputar kesehatan reproduksi. KlikDokter, solusi untuk #JagaSehatmu!
(DA/JKT)
- John Hopkins Medicine. Diakses 2022. Polycystic Ovary Syndrome (PCOS).
- National Health Service UK. Diakses 2022. Polycystic ovary syndrome.
- Mayo Clinic. Diakses 2022. Polycystic Ovary Syndrome (PCOS).