Tampon menjadi alternatif pembalut yang bisa digunakan saat haid. Benda ini terbagi menjadi beberapa jenis, salah satunya adalah yang beraroma atau mengandung wewangian.
Meski bikin indra penciuman lebih nyaman, penggunaan tampon beraroma sebaiknya dihindari. Pasalnya, jenis tampon ini mengandung bahan kimia rayon, poliester, bisphenol A, dioxin, dan klorin yang bisa membahayakan kesehatan vagina Anda.
Lantas, apa saja risiko kesehatan yang bisa terjadi akibat penggunaan tampon beraroma? Berikut ini beberapa di antaranya:
Artikel Lainnya: Lakukan Hal Ini Saat Tampon Tersangkut di Vagina!
1. Mengganggu Keseimbangan pH Vagina
Vagina memiliki pH alami untuk menjaga keseimbangan mikroorganisme yang hidup di sekitar organ tersebut. Keseimbangan pH vagina yang terjaga membuat organ tersebut mampu membersihkan dirinya secara otomatis.
Dengan kata lain, apabila keseimbangan pH vagina terganggu akibat penggunaan tampon berpewangi, mikroorganisme yang hidup di sekitar organ tersebut akan bermasalah. Hal ini pun dapat mengancam kesehatan vagina Anda.
2. Infeksi Bakteri Vaginosis
Seperti telah dibahas di poin sebelumnya, bahan kimia dalam tampon yang mengandung pewangi bisa mengganggu keseimbangan mikroorganisme di vagina.
Apabila kondisi tersebut terjadi, flora dan mikroorganisme bisa tumbuh secara tidak terkendali. Hal ini dapat menyebabkan vaginosis bakterialis dengan gejala keputihan berbau amis, berwarna putih atau abu-abu, nyeri, gatal, dan muncul sensasi terbakar.
3. Gangguan Endokrin
Studi dalam Environmental Health Perspective menyimpulkan, bahan kimia yang ada pada tampon beraroma bisa mengganggu kesehatan sistem reproduksi.
Beberapa masalah yang bisa terjadi akibat kondisi tersebut, seperti ketidakseimbangan hormon, perubahan siklus haid, hingga gangguan kesuburan.
Gangguan-gangguan tersebut terjadi akibat paparan bahan kimia ftalat, yang secara tersembunyi ada di dalam tampon berpewangi.
4. Risiko Terkena Neurotoksin
Neurotoksin merupakan zat kimia yang bisa merusak jaringan saraf pusat. Senyawa tersebut bisa masuk ke dalam tubuh Anda akibat terpapar logam berat.
Anda juga bisa terpapar neurotoksin apabila menggunakan tampon yang terbuat dari bahan-bahan mengandung logam berat, seperti merkuri, kromium, atau timah.
Artikel Lainnya: Pakai Tampon Saat Mentruasi, Hati-hati Toxic Shock Syndrome
5. Toxic Shock Syndrome (TSS)
Toxic Shock Syndrome (TSS) merupakan kondisi langka yang muncul akibat paparan bakteri staphylococcus aureus, streptococcus pyogenes, atau clostridium sordellii.
TTS dapat menyebabkan syok septik yang menurunkan tekanan darah dan memicu kegagalan organ. Kondisi tersebut bisa terjadi akibat penggunaan tampon dengan daya serap tinggi.
Namun, hingga kini belum ada studi yang menemukan kaitan antara penggunaan tampon beraroma dengan risiko toxic shock syndrome.
6. Iritasi
Penggunaan tampon beraroma bisa memicu iritasi dan reaksi alergi dengan gejala bengkak, gatal, serta ruam kemerahan.
Menurut dr. Arina Heidyana, kondisi itu terjadi karena adanya bahan kimia dalam tampon berpewangi.
“Aroma dari tampon berasal dari parfum yang terkandung di dalamnya. Parfum tersebut tersusun dari berbagai bahan kimia, yang bisa memicu iritasi dan reaksi alergi,” jelas dr. Arina.
Mengingat adanya efek samping tersebut, Anda sebaiknya menghindari penggunaan tampon beraroma. Sebagai alternatif, Anda bisa menggunakan pembalut biasa atau menstrual cup.
Namun, jika memang Anda merasa lebih nyaman menggunakan tampon, pastikan untuk memilih jenis yang tidak mengandung wewangian atau zat kimia apa pun.
Agar lebih aman dan nyaman, Anda pun bisa berkonsultasi terlebih dahulu kepada dokter melalui LiveChat 24 jam atau aplikasi KlikDokter sebelum membeli tampon.
(NB/NM)
Referensi:
- Verywell Health. Diakses 2022. The Problem With Scented Tampons
- Verywell Health. Diakses 2022. What Is Septic Shock?
- Cleveland Clinic. Diakses 2022. Are Scented Tampons and Pads Bad for You?
- Environmental Health Perspective. Diakses 2022. A Question for Women's Health: Chemicals in Feminine Hygiene Products and Personal Lubricants