Infertilitas atau gangguan kesuburan merupakan masalah yang cukup umum ditemui. Salah satu penyebab dari infertilitas yang sering luput perhatian adalah gangguan atau kelainan pada sperma.
Untuk mengetahui gangguan tersebut, dokter dapat melakukan analisis sperma. Setelah proses analisis sperma, jenis kelainan sperma baru dapat ditentukan, untuk kemudiannya dapat ditentukan pula penanganannya.
Berikut adalah beberapa kelainan pada sperma yang perlu diketahui.
1. Azoospermia
Diperlukan satu sel sperma untuk membuahi sel telur. Namun, jumlah sperma yang diperlukan banyak, karena tidak semua sel sperma dapat bertahan hidup untuk membuahi sel telur.
Azoospermia adalah kelainan yang ditandai dengan tidak ditemukannya sel sperma pada semen atau air mani Kondisi ini dikaitkan dengan tingkat fertilitas yang rendah, bahkan sterilitas. Keadaan ini mempengaruhi 1 persen dari populasi pria.
Artikel Lainnya: Kenali Tanda-Tanda Oligospermia, Kondisi Jumlah Sperma Sedikit
Secara umum, penyebab azoospermia dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu:
- Penyebab pre-testikuler, kondisi ini berkaitan dengan gangguan hormonal yang diperlukan untuk pembentukan sperma.
- Penyebab testikular, kondisi ini disebabkan kelainan fungsi atau struktur dari testis atau buah zakar.
- Penyebab post-testikular, kondisi ini disebabkan oleh masalah ejakulasi karena adanya sumbatan di saluran reproduksi pria
Kelainan sperma azoospermia dapat diatasi sesuai dengan penyebabnya. Misalnya, jika ada sumbatan dapat diusahakan untuk diperbaiki dengan pembedahan atau jika ada masalah hormonal dapat dipertimbangkan terapi hormonal.
2. Oligozoospermia
Oligozoospermia ditandai ketika air mani mengandung sel sperma dalam jumlah sedikit. Kondisi ini dapat menyebabkan gangguan kesuburan.
Konsentrasi sperma di bawah 20 juta sperma/ml dapat dikatakan sebagai oligozoospermia. Pada kasus yang parah, oligozoospermia ditandai dengan jumlah sperma di bawah 5 juta sperma/ml.
Gangguan ini dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor, seperti varikokel, infeksi (misalnya infeksi menular seksual), masalah ejakulasi (ejakulasi retrograde), atau konsumsi obat-obatan tertentu.
Lalu, gangguan hormonal, paparan zat kimia atau logam tertentu, paparan suhu tinggi pada testis, konsumsi alkohol dan narkoba, dan kelebihan berat badan juga dapat menyebabkan oligozoospermia.
Gangguan ini dapat diatasi sesuai penyebabnya. Penanganan dapat dilakukan dengan pembedahan untuk kondisi varikokel, konsumsi obat untuk mengatasi infeksi, perubahan pola hidup (untuk kondisi obesitas atau kebiasaan merokok), juga terapi hormon.
3. Asthenozoospermia
Asthenozoospermia adalah kondisi kelainan berupa penurunan pergerakan sperma. Normalnya, sperma dapat bergerak cepat dan lurus ke depan. Apabila terdapat gangguan, maka kecepatan pergerakan sperma dapat menurun.
Kelainan ini dapat disebabkan berbagai masalah, seperti kondisi genetik tertentu, kebiasaan merokok, trauma di area panggul, atau varikokel. Kelainan sperma ini harus disesuaikan dengan penyebab yang mendasari.
4. Teratozoospermia
Teratozoospermia ditandai dengan kondisi bentuk sperma tidak normal. Hal ini mengakibatkan penurunan gerak sperma dan mencegah sperma masuk ke dalam sel telur.
Sebagian besar penyebab teratozoospermia tidak diketahui pasti. Namun, kelainan sperma ini dikaitkan dengan penyakit celiac, penyakit Hodgkin’s, dan penyakit Crohn.
Belum ada cara spesifik untuk mengatasi teratozoospermia. Pria dengan kondisi ini disarankan menjalani pola hidup sehat dengan mengonsumsi makanan bergizi seimbang, berhenti merokok, menjaga berat badan ideal, dan memperbanyak konsumsi antioksidan.
Artikel Lainnya: Wajib Tahu, Ini Bedanya Air Mani dan Sperma
5. Hypospermia
Hypospermia merupakan kondisi jumlah cairan mani yang sedikit, yaitu kurang dari 1,5 ml. Berbeda dengan oligozoospermia yang ditandai dengan konsentrasi sperma rendah.
Kondisi ini umumnya tidak menyebabkan infertilitas. Akan tetapi, jika cairan air mani sedikit dan diikuti dengan konsentrasi sperma yang rendah, maka kondisi ini dapat menyebabkan infertilitas.
Karena tidak selalu menyebabkan gangguan kesuburan, maka jumlah air mani yang sedikit tidak perlu ditangani secara khusus.
6. Hyperspermia
Hyperspermia adalah lawan dari kondisi hypospermia. Hyperspermia ditandai dengan jumlah cairan mani melebihi volume normal sampai lebih dari 15,5 ml.
Kelainan sperma ini sangat jarang ditemui, diperkirakan hanya kurang dari empat persen pria mengalaminya.
Kondisi ini tidak selalu menyebabkan masalah kesuburan. Gangguan ini dapat muncul jika jumlah air mani yang besar tidak seimbang dengan jumlah sel sperma yang dihasilkan.
Dampaknya, konsentrasi sperma saat pemeriksaan analisis sperma akan kurang dari normal. Jika tidak menyebabkan gangguan kesuburan, maka jumlah air mani yang banyak tidak perlu diobati.
Penyebab kelainan sperma ini tidak diketahui secara pasti. Beberapa ahli beranggapan kondisi ini berhubungan dengan infeksi atau peradangan pada prostat.
7. Kadar pH Tidak Normal
Kadar pH (keasaman) normal dari air mani adalah antara 7,2 hingga 7,8. Kadar pH yang lebih tinggi dari 8 dapat menandakan adanya infeksi, sementara pH yang lebih rendah dari 7 dapat menandakan adanya sumbatan di saluran reproduksi atau adanya kontaminasi.
Infeksi dapat diatasi dengan obat-obatan, sementara kelainan sperma akibat sumbatan dapat diatasi dengan pembedahan.
Artikel Lainnya: Manfaat Sperma bagi Wanita, Apakah Benar Adanya?
8. Waktu Pencairan
Saat pertama kali dikeluarkan, air mani umumnya memiliki konsistensi kental seperti gel. Namun pada keadaan normal, seharusnya air mani mencair dan konsistensinya berubah menjadi cairan dalam waktu 20-30 menit.
Air mani yang tidak mencair dalam waktu normal dapat menandakan adanya infeksi. Jika terbukti ada infeksi, kondisi tersebut dapat diatasi dengan pemberian obat-obatan.
9. Warna Abnormal
Warna air mani setelah dikeluarkan umumnya putih hingga keabu-abuan. Warna cairan mani dapat tidak normal.
Misalnya, air mani berwarna kemerahan dapat menandakan adanya darah dalam cairan mani. Sedangkan air mani warna kuning menandakan tingkat bilirubin tinggi atau dapat disebabkan oleh efek samping konsumsi obat.
Kelainan sperma yang menyebabkan gangguan kesuburan sebaiknya diperiksa dengan jelas sehingga diketahui penyebabnya. Dengan demikian, akan lebih mudah untuk mengobatinya.
Jika sudah ditangani secara maksimal namun masih sulit untuk mewujudkan kehamilan, dokter dapat mempertimbangkan teknologi reproduksi berbantu seperti bayi tabung untuk memperoleh keturunan.
Cari tahu informasi kesehatan lainnya dengan membaca artikel di aplikasi KlikDokter.
(OVI/JKT)
Referensi:
Healthline. Diakses 2021. Semen Analysis
Urology Associates. Diakses 2021. Abnormal Semen Analysis
Healthline. Diakses 2021. Azoospermia
Healthline. Diakses 2021. Oligospermia
Healthline. Diakses 2021. Sperm Motility
Healthline. Diakses 2021. Hyperspermia