KlikDokter.com - Tamu bulanan atau menstruasi merupakan hal rutin yang harus diadaptasi kaum hawa agar tidak mengganggu aktivitas sehari-hari. Untuk itulah pemilihan sanitasi adalah salah satu hal yang sangat krusial. Di pasaran terdapat dua jenis alat sanitasi untuk menghadapi menstruasi, pembalut dan tampon.
Pembalut, si pipih yang lebih populer, tersedia dalam berbagai macam ukuran panjang serta daya serap. Pilihan produk yang sangat bervariasi mampu menjawab kebutuhan wanita di hari-hari banyak hingga akhir masa menstruasi yang biasanya hanya berupa bercak kecoklatan saja. Alat sanitasi dengan cara pemakaian seperti popok ini memang dirasa relative lebih aman dan nyaman, karena sifatnya hanya menampung darah yang keluar, tidak dimasukkan ke dalam vagina. Sayangnya, bila dipakai terlalu lama, pembalut ini akan berinteraksi terlalu lama pula dengan kulit sekitar daerah kewanitaan serta meningkatkan kelembapan vagina, yang dapat memicu timbulnya alergi, gatal atau pun iritasi.
Sesuaikan dengan Kondisi
Berhati-hatilah bila Anda memiliki aktivitas yang cukup padat di masa awal kedatangan menstruasi. Apabila tidak memilih jenis pembalut yang tepat, si pipih dapat bergeser dan berakhir dengan kebocoran. Pilihlah pembalut yang sesuai dengan bentuk tubuh dan jenis aktivitas Anda. Bahan nilon atau katun menurut para ahli lebih aman untuk kulit. Gantilah pembalut setiap 3 jam sekali di hari-hari awal menstruasi, dan maksimal 5 jam sekali di akhir masa menstruasi.
Sedangkan tampon adalah alat sanitasi berbentuk silinder yang tidak disarankan bagi mereka yang belum menikah, karena cara pemakaian tampon yang dimasukkan ke dalam liang vagina dapat berisiko merusak selaput dara. Bagi mereka yang beraktivitas berat, terutama berhubungan dengan air, tampon mungkin pillihan yang tepat karena sifatnya yang tahan air. Kendati nyaman, seperti tidak memakai alat sanitasi apapun, tampon merupakan salah satu sumber kuman yang baik. Posisinya yang berada di dalam liang vagina, menyerap darah menstruasi selama berjam-jam lamanya, dapat menjadikan tampon yang tidak steril ini menjadi sarang tumbuhnya bakteri dan memicu terjadinya infeksi.