Anatomi dan fisiologi tubuh wanita terbilang kompleks karena memiliki sistem reproduksi yang rumit. Dinding rahim terdalam dibentuk dari lapisan endometrium yang banyak mengandung pembuluh darah. Lapisan ini mengalami perubahan seiring dengan naik-turunnya hormon estrogen di sepanjang siklus haid.
Pada awal siklus, hormon estrogen yang dihasilkan oleh ovarium akan meningkat sehingga endometrium mengalami penebalan. Hal ini bertujuan agar rahim siap menerima embrio atau bakal janin jika terjadi pembuahan.
Saat ovulasi atau lepasnya sel telur dari salah satu ovarium, kadar hormon progresteron juga meningkat. Jika tidak terjadi kehamilan, maka kadar kedua hormon ini akan bersama-sama mengalami penurunan, sehingga memicu peluruhan endometriosis yang dikenal sebagai darah haid.
Artikel Lainnya: Apa Bedanya Kanker Serviks dan Kanker Ovarium?
Penyebab Penebalan Dinding Rahim yang Abnormal
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa penebalan dinding rahim merupakan sesuatu yang lumrah terjadi setiap bulannya pada wanita, selama dibarengi dengan proses luruhnya dinding rahim yang terjadi ketika haid.
Sementara, jika penebalan dinding rahim tidak terjadi layaknya fisiologi tubuh, maka dapat dikatakan telah terjadi hiperplasia endometrium. Kondisi ini terjadi akibat tingginya kadar hormon estrogen yang tidak diimbangi dengan hormon progresteron. Akibatnya bisa terjadi penebalan dinding rahim secara terus-menerus.
Gejala utama penebalan dinding rahim dapat berupa gangguan haid, di mana durasi haid menjadi lebih lama dan dengan volume yang lebih banyak dari biasanya. Selain itu, bisa juga terjadi siklus haid yang pendek, yaitu kurang dari 21 hari atau adanya perdarahan setelah menopause.
Beberapa penyebab penebalan dinding rahim yang abnormal adalah:
- Menopause karena ovulasi telah berhenti dan hormon progresteron tidak lagi terbentuk.
- Masa perimenopause (menjelang menopause) karena pada masa ini ovulasi menjadi tidak teratur.
- Penggunaan obat-obatan yang memicu naiknya hormon estrogen. Tingginya hormon estrogen akan memicu penebalan dinding secara terus-menerus.
- Penggunaan estrogen dosis tinggi secara jangka panjang setelah menopause pada wanita yang belum menjalani operasi pengangkatan rahim.
- Haid yang tidak teratur akibat sindrom ovarium polikistik (PCOS) atau gangguan kesuburan.
- Obesitas atau kelebihan berat badan.
Artikel Lainnya: Bisakah Wanita dengan Kanker Serviks Hamil?
Penanganan dan Dampak Penebalan Dinding Rahim
Pada kondisi abnormal di atas, maka penebalan dinding rahim harus diobati dengan benar. Salah satunya adalah dengan terapi hormon yang mengandung progrestin.
Selain itu, dapat pula dilakukan kuret atau kuretase, yaitu pengangkatan sebagian jaringan endometrium dengan cara dikerok. Pengobatan ini harus dikombinasikan dengan perubahan pola hidup menjadi lebih sehat, di mana pasien dengan obesitas atau kelebihan berat badan harus mengatasi kondisinya tersebut terlebih dulu. Jika tidak, maka pengobatan apa pun akan menjadi sia-sia.
Dampak serius penebalan dinding rahim tidak hanya gangguan haid, namun juga ada risiko bisa berkembang menjadi kanker rahim. Hal inilah yang paling dikhawatirkan.
Jika terdeteksi adanya sel ganas, maka biasanya dokter akan mengobati sesuai dengan terapi kegananasan. Salah satunya dengan operasi pengangkatan rahim atau histerektomi. Namun, perlu diperhatikan jika pasien masih ingin memiliki keturunan, maka pengangkatan rahim mungkin dapat menjadi alternatif terakhir.
Melihat adanya dampak berbahaya penebalan dinding rahim bagi kesehatan, maka penyakit ini tidak boleh disepelekan. Segera periksakan diri ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
[MS/RVS]