Reproduksi

Perdarahan Saat Perimenopause, Apakah Normal?

Endah Murniaseh, 23 Okt 2021

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Perdarahan menjelang menopause dapat terjadi pada wanita. Apa penyebabnya dan apakah normal? Ketahui selengkapnya di sini.

Perdarahan Saat Perimenopause, Apakah Normal?

Sebelum memasuki masa menopause, wanita akan melalui suatu periode yang dikenal dengan istilah perimenopause.

Rata-rata gejala perimenopause terjadi selama empat tahun. Namun, periode ini dapat berlangsung beberapa bulan hingga sepuluh tahun.

Pada masa perimenopause, wanita dapat mengalami gejala hot flashes, perubahan hasrat atau kepuasan seksual, bahkan perdarahan.

Apakah perdarahan menjelang menopause tergolong berbahaya? Mari simak ulasannya di bawah ini.

 

1 dari 2

Normalkah Perdarahan Saat Perimenopause?

Secara umum, bercak darah (spotting) dan kemunculan darah menstruasi dalam jumlah banyak sepanjang periode perimenopause cukup umum terjadi. Bercak darah terjadi karena perubahan hormonal pada tubuh dan penumpukan endometrium (lapisan terdalam pada rahim). 

Artikel lainnya: Perubahan Menstruasi yang Terjadi Selama Perimenopause

Sementara, perdarahan menstruasi berat berkaitan dengan hormon estrogen dan progesteron.

Menjelang menopause, ovarium terus mengeluarkan estrogen. Namun, tidak ada cukup progesteron untuk menyeimbangkan efek estrogen. Akhirnya, darah menstruasi menjadi lebih banyak.

Ciri perdarahan berat ini antara lain ada darah yang sangat banyak di pembalut atau tampon (hingga harus lebih sering diganti dari biasanya), dan berlangsung lebih dari tujuh hari. Kondisi ini penting untuk dikonsultasikan dengan dokter.

Meskipun hal itu normal terjadi pada saat perimenopause, tetap perhatikan durasi munculnya bercak ataupun perdarahan. Melansir Healthline, jika bercak darah terjadi setiap dua minggu, Anda perlu memeriksakannya ke dokter. Hal ini mungkin menandakan ketidakseimbangan hormon.

Dokter Devia Irine Putri mengingatkan, “Segera ke dokter apabila perdarahan yang muncul semakin banyak dan lebih panjang [durasinya], serta terdapat darah usai berhubungan seksual.”

Dilansir dari Flo Health, berikut tanda-tanda yang harus Anda waspadai dan diperiksakan ke dokter:

  • Perdarahan saat menstruasi yang sangat berat, yang mengharuskan untuk mengganti tampon atau pembalut setiap jam, selama beberapa jam berturut-turut.
  • Mengalami siklus menstruasi pendek
  • Periode menstruasi berlangsung lebih lama dari biasanya
  • Perdarahan setelah satu tahun tidak menstruasi sama sekali

Artikel lainnya: 6 Gejala Anda Memasuki Masa Transisi Menopause

2 dari 2

Penanganan Bercak dan Perdarahan Selama Perimenopause

Cara mengatasi perdarahan saat perimenopause yang efektif umumnya ditentukan dari faktor penyebabnya. Namun, obat golongan antifibrinolitik seperti asam traneksamat dapat mengurangi aliran darah secara signifikan.

Kontrasepsi oral juga berpotensi mampu mengatur siklus dan mengatasi pendarahan. Namun, penggunaannya untuk menghambat perdarahan perimenopause masih perlu penelitian lebih dalam.

Ketika obat yang diresepkan tidak cukup untuk menghentikan pendarahan, prosedur medis mungkin diperlukan. Jika penyebab perdarahan hebat adalah polip endometrium, maka dokter kemungkinan akan menyarankan operasi pengangkatan.

Jika terjadi endometrial hyperplasia (penebalan dinding rahim), dokter akan merekomendasikan pengobatan dengan terapi progestin dalam bentuk alat kontrasepsi IUD. Daerah endometrium yang menebal juga dapat dihilangkan dengan dilatasi dan kuretase.

Berikut tadi informasi tentang perdarahan saat perimenopause. Jika Anda ingin bertanya lebih lanjut seputar menstruasi dan menopause, konsultasi dokter online lewat fitur Live Chat Klikdokter.

(FR/JKT)

hormon
Siklus Menstruasi
Menopause