Terapi hormon merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meringankan gejala menopause.
Saat melakukan terapi hormon, Anda akan diminta meminum obat pengganti hormon estrogen. Ini berguna untuk meringankan hot flashes atau rasa tidak nyaman pada vagina.
Meski begitu, dr. Alvin Nursalim mengungkapkan bahwa tidak semua wanita menopause membutuhkan terapi hormon.
“Tentunya indikasi yang tepat dan jelas harus diikuti. Tidak semua orang memerlukannya,” kata dr. Alvin.
Salah satu indikasinya adalah wanita yang menopause lebih cepat. Gejala yang parah menjadi alasan mereka disarankan untuk melakukan terapi hormon.
Artikel Lainnya: Masalah Kesehatan Wanita Menopause yang Mesti Waspadai
Risiko Terapi Hormon
Terapi hormon harus dilakukan sesuai dengan kondisi tubuh, karena terapi ini berisiko terhadap wanita menopause. Melansir Cleveland Clinic dan sumber lainnya, beberapa risikonya, yaitu:
- Meningkatkan risiko kanker endometrium (jika Anda masih memiliki rahim dan tidak menggunakan progestin bersama dengan estrogen).
- Meningkatkan risiko pembekuan darah dan stroke.
- Meningkatkan kemungkinan masalah kandung empedu atau batu empedu.
- Meningkatkan risiko demensia jika terapi hormon dimulai setelah memasuki usia paruh baya.
- Meningkatkan risiko kanker payudara saat terapi hormon dilakukan dalam jangka waktu panjang.
- Meningkatkan risiko tekanan darah tinggi
- Berisiko memperburuk fungsi hati
Oleh sebab itu, wanita dengan kondisi kesehatan tertentu dilarang melakukan terapi hormon.
Salah satunya adalah wanita penderita kanker. Kanker payudara, rahim, dan ovarium sering merespon estrogen. Setiap pertambahan estrogen pun kemudian dapat mendorong pertumbuhan sel kanker.
Karena berisiko meningkatkan tekanan darah, orang dengan riwayat keluarga yang memiliki kolesterol atau trigliserida tinggi, penyakit hati, atau masalah kandung kemih pun tidak disarankan melakukan terapi hormon.
Begitu pula bagi wanita perokok dan mereka dengan riwayat keluarga yang memiliki masalah pembekuan darah.
Artikel Lainnya: Cara Mengatasi Gejala Menopause
Di samping wanita dengan kondisi kesehatan di atas, risiko-risiko terapi hormon, seperti dilansir dari Mayo Clinic, bisa terjadi bila:
- dilakukan saat usia sudah di atas 60 tahun,
- dilakukan setelah mengalami menopause lebih dari 10 tahun,
- jenis dan dosis estrogen serta progestin yang tidak sesuai, dan
- memiliki riwayat penyakit jantung serta osteoporosis.
Meminimalisir Risiko dari Terapi Hormon
Terapi hormon memang berisiko, tapi tidak terjadi pada semua wanita yang menjalaninya.
Jika Anda berencana melakukan terapi hormon, konsultasikan secara mendalam kepada dokter.
Beberapa hal berikut ini juga membantu meminimalisir risiko terapi hormon saat menopause, yaitu:
- Menemukan produk serta metode yang tepat.
- Minimalkan konsumsi obat.
- Mencari erawatan tindak lanjut yang tepat.
- Menerapkan pola hidup sehat.
Itulah ulasan mengenai risiko terapi hormon yang dilakukan saat menopause. Penjelasan lebih mendalam mengenai hal ini bisa Anda lakukan lewat konsultasi dokter.
Untuk informasi menyangkut menopause atau informasi kesehatan lainnya, Anda bisa memanfaatkan fitur LiveChat 24 jam di aplikasi Klikdokter.
(PUT/AYU)