Gangguan stres pasca-trauma atau post-traumatic stress disorder (PTSD) adalah salah satu gangguan psikis yang bisa dialami oleh siapa saja. Kondisi ini biasanya dipengaruhi oleh peristiwa yang dialami oleh seseorang, ataupun “hanya” dilihat tapi memicu trauma. Ada sejumlah fakta yang bisa menjelaskan mengenai gangguan psikis PTSD ini.
Menurut dr. Resthie Rachmanta Putri. M.Epid dari KlikDokter, PTSD merupakan gangguan psikis yang rentan dialami oleh seseorang yang mengalami peristiwa mengerikan, terjadi mendadak, dan mengancam kehidupannya. PTSD juga bisa dialami oleh seseorang yang menyaksikan suatu kejadian mengerikan dialami oleh orang terdekatnya.
Contoh peristiwa yang bisa memicu gangguan PTSD ini adalah perang, kejahatan, kebakaran, kecelakaan, kematian orang yang dicintai, hingga bencana alam. Pikiran dan ingatan muncul kembali meskipun bahaya telah berlalu.
Gangguan psikis PTSD sendiri dapat mengganggu kehidupan seseorang selama bertahun-tahun. Meski demikian perawatan dapat membantu mereka pulih.
Terkait PTSD ada beberapa hal penting yang harus Anda ketahui mengenai gangguan psikis ini:
1. Beberapa gejala dan diagnosis
Seseorang bisa dikatakan terdiagnosis PTSD, jika mereka memenuhi kriteria yang ditetapkan oleh American Psychological Association's Diagnostic and Statistical Manual Fifth Edition. Menurut pedoman ini, orang tersebut:
- Pernah mengalami kejadian yang mengancam keselamatan, cedera serius atau kekerasan seksual baik secara langsung, atau terpaksa menyaksikannya. Kondisi ini biasanya terjadi pada seseorang yang dicintai atau kejadian ketika tengah bertugas.
- Mengalami pengalaman berikut ini selama lebih dari satu bulan:
- Satu atau lebih gejala intrusi (gejala kilas balik)
- Satu atau lebih gejala penghindaran
- Dua atau lebih gejala yang memengaruhi suasana hati dan pikiran
- Dua atau lebih gejala gairah dan reaktivitas yang dimulai setelah trauma
Gejala intrusi meliputi sulit tidur, lekas marah, hipersensitif terhadap kemungkinan bahaya, serta merasa tegang atau cemas. Sementara, gejala penghindaran biasanya berupa keengganan untuk mendiskusikan apa yang pernah terjadi, serta menghindari situasi yang mengingatkan pada kejadian yang traumatis. Gejala ketiga adalah gejala gairah dan reaktif yang mirip dengan gejala intrusi.
Selanjutnya
2. Gejala pada anak dan remaja
Kondisi PTSD ini juga bisa menimpa kelompok anak-anak. Ada sejumlah gejala yang bisa dialami oleh mereka yang berusia 6 tahun ke bawah, seperti mengompol, tidak mampu berbicara atau menempel terus pada orang tuanya.
Anak antara usia 5 sampai 12 tahun bisa saja tidak mengalami kesulitan mengingat bagian-bagian kejadian yang menimpa mereka atau mereka lihat. Akan tetapi, mereka mungkin mengingatnya dalam urutan yang berbeda.
Sedangkan, anak-anak usia 8 tahun ke atas, cenderung menampilkan reaksi yang sama dengan orang dewasa. Pada usia 12 sampai 18 tahun, anak mungkin menunjukkan perilaku yang mengganggu atau tidak sopan, impulsif atau agresif.
Sementara itu, anak-anak yang mengalami pelecehan seksual cenderung menujukkan beragam gejala seperti:
- Merasa takut, sedih, gelisah, dan terasing
- Memiliki rasa harga diri yang rendah
- Berperilaku agresif
- Menampilkan perilaku seksual yang tidak biasa
- Melukai diri sendiri
- Penyalahgunaan narkoba atau alkohol
Selanjutnya
3. Faktor risiko
Masih belum jelas mengapa beberapa orang mengalami PTSD, sementara yang lain tidak. Beberapa faktor risiko bisa meningkatkan kemungkinan mengalami gejala PTSD, seperti:
- Memiliki masalah lain setelah suatu kejadian, misalnya kehilangan orang yang dicintai dan kehilangan pekerjaan
- Kurang dukungan sosial setelah suatu peristiwa
- Memiliki riwayat gangguan mental atau penggunaan narkoba
- Pengalaman pelecehan di masa lalu, misalnya, saat kanak-kanak
- Memiliki kesehatan fisik yang buruk sebelumnya
4. Penyembuhan
Penyembuhan gangguan PTSD ini biasanya melibatkan psikoterapi, konseling, obat-obatan, atau kombinasi dari ketiganya. Jika pengobatan PTSD melalui psikoterapi, akan dirancang khusus untuk mengelola trauma. Metode pengobatan yang diterapkan termasuk:
-
Terapi pemrosesan kognitif
Ini dikenal juga sebagai metode CPT (Cognitive processing therapy). Individu yang menjalani terapi ini akan diajak belajar memikirkan berbagai hal dengan cara baru. Citra mental dari peristiwa traumatis tersebut bisa membantu mereka mengatasi trauma, untuk mendapatkan kendali atas rasa takut.
-
Terapi pemaparan
Berbicara berulang kali tentang peristiwa tersebut, atau menghadapi penyebab ketakutan di lingkungan yang aman dan terkontrol bisa membantu orang tersebut memiliki kontrol lebih besar atas pikiran dan perasaan mereka. Keefektifan terapi ini masih dipertanyakan, dan harus dilakukan dengan hati-hati.
Untuk penyembuhan dengan obat-obatan, beberapa obat biasanya digunakan untuk mengobati gejala PTSD. Obat yang diberikan biasanya ditujukan untuk membantu mengobati depresi, kecemasan dan masalah tidur, dan gejala-gejala lain yang sering dikaitkan dengan PTSD.
Stres pasca-trauma atau yang sering disebut sebagai post-traumatic disorder (PTSD) sebenarnya bisa menimpa siapa saja jika mengalami kejadian yang sangat memengaruhi emosi dan mental. Kenali beberapa hal yang berhubungan dengan gangguan psikis ini, agar Anda lebih waspada jika ternyata ada orang terdekat Anda yang mengalami kondisi PTSD ini. Segera bawa ke dokter atau psikiater untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
[RVS]