Pernahkah kamu merasa ada rasa “mengganjal” ketika melakukan sesuatu yang tidak sejalan dengan prinsip pribadi. Kondisi ini dinamakan disonansi kognitif.
Jangan langsung panik, cognitive dissonance bukan sebuah penyakit mental, kok. Hal ini pun bisa dialami siapa saja.
Apa saja contoh disonansi kognitif dalam kehidupan sehari-hari? Bagaimana mengatasi perasaan kontradiktif tersebut? Baca terus ulasan berikut, yuk.
Apa Itu Disonansi Kognitif?
Disonansi kognitif adalah perasaan tidak nyaman yang dirasakan saat tindakan yang dilakukan tidak sesuai dengan nilai ataupun keyakinan pribadi. Kondisi ini juga bisa terjadi saat kamu punya dua keyakinan yang bertentangan pada saat yang sama.
Misalnya, kamu percaya adanya COVID-19, tetapi enggan memakai masker, menikah karena tuntutan sosial atau paksaan, atau suka makan daging tapi merasa bersalah setelahnya.
Situasi tertentu bisa menjadi penyebab disonansi kognitif, misalnya:
- Informasi baru yang diterima
- Tekanan sosial
- Faktor lingkungan
- Perlu membuat keputusan
Ciri-ciri seseorang mengalami disonansi kognitif, antara lain:
- Merasa tidak nyaman saat harus membuat keputusan
- Perasaan bersalah atas keputusan yang pernah dibuat
- Malu atau menyembunyikan hasil dari keputusan yang pernah diambil
- Pembenaran atau rasionalisasi perilaku
- Melakukan sesuatu karena tekanan sosial, bukan karena keinginan pribadi
Efek disonansi kognitif bagi mental bisa berujung pada stres atau rasa tidak bahagia.
Artikel Lainnya: Pengertian dan Cara Self-Healing yang Tepat Menurut Psikolog
Contoh Disonansi Kognitif
Berikut beberapa contoh disonansi kognitif dalam kehidupan sehari-hari:
- Merokok meskipun tahu bahaya yang ditimbulkan, dan menjadikan stres sebagai alasan untuk merasionalisasikannya
- Ingin hidup sehat tetapi jarang berolahraga atau mengonsumsi makanan sehat, hingga akhirnya merasa bersalah di kemudian hari
- Ingin menabung tetapi malah membelanjakan uang berlebihan, hingga menyesali keputusan tersebut saat memerlukan uang tambahan
- Punya banyak tugas namun malah menghabiskan waktu untuk menonton acara favorit
Artikel Lainnya: Susah Percaya dengan Orang Lain? Bisa Jadi Itu Gejala Pistanthrophobia!
Cara Mengatasi dan Mencegah Disonansi Kognitif
Daripada merasa bersalah dan menyesal di kemudian hari, berikut beberapa cara agar terhindar dari cognitive dissonance:
1. Mengubah Tindakan
Ubah tindakanmu agar sejalan dengan prinsip (yang bersifat positif). Bila tidak memungkinkan untuk sepenuhnya mengubah tindakan, paling tidak coba kompromi untuk hal-hal tertentu.
2. Pikir Ulang Prinsip
Kalau sering melakukan hal yang sebenarnya tak sejalan dengan keyakinan pribadi, coba pertimbangkan lagi seberapa penting prinsip tersebut. Mungkin nantinya akan muncul prinsip baru yang menciptakan tindakan yang lebih selaras dengan pemikiran kita.
3. Ubah Perspektif
Jika kamu tidak bisa atau tidak ingin mengubah perilaku atau keyakinan yang menyebabkan disonansi kognitif, maka coba lihat kondisi ini dari cara pandang yang yang menurutnya benar.
Misalnya, kamu tidak bisa beli barang branded yang diinginkan. Daripada menyalahkan diri sendiri, lebih baik maafkan diri dan tanamkan di pikiran kalau kamu sudah berusaha.
4. Konsultasi Psikolog
Kalau kamu merasa cognitive dissonance sangat mengganggu kehidupan sehari-hari hingga menyebabkan stres, jangan ragu untuk bertemu psikolog.
Gunakan aplikasi KlikDokter untuk Tanya Dokter lebih cepat dan mudah. Pikiran mengganggu jangan dipendam, utarakan dan temukan solusinya agar kamu lebih bahagia!
(FR/NM)
- Frontiers in Psychology. Diakses 2022. A General Model of Dissonance Reduction: Unifying Past Accounts via an Emotion Regulation Perspective.
- Appetite. Diakses 2022. Neutralising the meat paradox: Cognitive dissonance, gender, and eating animals.
- Review of General Psychology. Diakses 2022. Disruption, Self-Presentation, and Defensive Tactics at the Threshold of Learning.
- Medical News Today. Diakses 2022. Cognitive dissonance: what to know.
- Healthline. Diakses 2022. 5 Everyday Examples of Cognitive Dissonance.