Kesehatan Mental

Mengenal Gaya Hidup Slow Living dan Cara Menerapkannya

Christovel Ramot, 13 Nov 2024

Ditinjau oleh dr. Gia Pratama

Bosan dengan rutinitas yang menjemukan? Saatnya Slow Living. Pelajari cara hidup lebih santai, nikmati setiap momen, dan tingkatkan kualitas hidupmu.

Mengenal Gaya Hidup Slow Living dan Cara Menerapkannya

Di tengah ritme kehidupan modern yang serba cepat dan penuh tekanan, muncul sebuah gaya hidup alternatif yang semakin populer, yaitu slow living.

Slow living adalah konsep hidup yang mendorong kita untuk memperlambat laju kehidupan, fokus pada kualitas daripada kuantitas, dan lebih menghargai setiap momen yang kita miliki.

Gaya hidup ini menjadi semakin relevan, terutama setelah pandemi COVID-19, ketika banyak orang mulai merasakan kelelahan akibat tekanan untuk selalu produktif dan sibuk.

Slow living dianggap mampu memberikan keseimbangan, mengurangi stres, dan membawa kebahagiaan yang lebih mendalam.

Bersama dr. Gia Pratama, artikel ini akan membahas secara mendalam tentang slow living, sejarahnya, serta cara-cara praktis untuk menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Artikel lainnya: Manfaat Slow Living untuk Mental dan Tips Melakukannya

Apa Itu Slow Living dan Sejarahnya?

Slow living adalah sebuah filosofi hidup yang mengajak kita untuk memperlambat ritme kehidupan, menikmati setiap momen, dan fokus pada hal-hal yang benar-benar penting.

Gaya hidup ini menekankan pada kualitas daripada kuantitas, keseimbangan hidup, serta koneksi yang lebih mendalam dengan diri sendiri, keluarga, dan lingkungan sekitar.

Slow living tidak hanya tentang memperlambat aktivitas fisik, tetapi juga tentang cara berpikir, merasakan, dan berinteraksi dengan dunia di sekitar kita.

Sejarah Slow Living

Slow living berakar dari gerakan "slow movement" yang muncul pada akhir abad ke-20. Gerakan ini bermula dari protes terhadap budaya fast food yang semakin mendominasi pada saat itu.

Pada tahun 1986, seorang jurnalis Italia bernama Carlo Petrini memulai gerakan "Slow Food" sebagai reaksi terhadap pembukaan restoran McDonald's di Piazza di Spagna, Roma.

Petrini dan para pendukungnya percaya bahwa makanan harus dinikmati dengan santai, menggunakan bahan-bahan lokal yang berkualitas, dan disiapkan dengan cinta serta perhatian.

Gerakan Slow Food kemudian berkembang menjadi filosofi yang lebih luas yang dikenal sebagai slow living. Filosofi ini mencakup berbagai aspek kehidupan, termasuk cara bekerja, berbelanja, berkomunikasi, dan bahkan cara berpikir.

Slow living menentang budaya serba cepat dan konsumsi berlebihan yang seringkali menyebabkan stres, kelelahan, dan ketidakpuasan. Sebaliknya, slow living mendorong hidup yang lebih sederhana, autentik, dan bermakna.

Bagaimana Menerapkan Hidup Slow Living?

Menerapkan slow living dalam kehidupan sehari-hari membutuhkan perubahan pola pikir dan kebiasaan. Berikut adalah beberapa cara untuk mulai menjalani gaya hidup slow living:

1. Mengurangi konsumsi yang berlebihan

Salah satu prinsip utama slow living adalah mengurangi konsumsi yang berlebihan. Dalam kehidupan modern, kita sering kali terjebak dalam siklus konsumsi yang tidak ada habisnya.

Slow living mengajak kita untuk membeli dan menggunakan barang-barang yang benar-benar kita butuhkan dan menghargai kualitas daripada kuantitas.

Misalnya, daripada membeli pakaian dalam jumlah banyak yang cepat rusak, lebih baik berinvestasi pada pakaian berkualitas yang tahan lama dan nyaman dipakai. Selain itu, slow living juga mendorong kita untuk mendukung produk lokal dan ramah lingkungan.

Dengan demikian, kita tidak hanya mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan tetapi juga mendukung komunitas lokal karena pengiriman barang impor dari tempat yang jauh jelas memiliki jejak karbon yang sangat tebal.

2. Meluangkan waktu untuk diri sendiri

Dalam slow living, meluangkan waktu untuk diri sendiri adalah hal yang fundamental. Ini adalah momen untuk berhenti sejenak dari rutinitas, refleksi, dan merawat diri.

Bisa mulai dengan mengalokasikan waktu setiap hari untuk aktivitas yang membuat merasa tenang dan bahagia, seperti membaca buku, berjalan-jalan di alam, bermeditasi, atau sekadar duduk dan menikmati secangkir teh.

Waktu untuk diri sendiri juga berarti mengurangi multitasking. Fokuslah pada satu kegiatan dalam satu waktu dan nikmati prosesnya. Misalnya, saat makan, coba untuk benar-benar menikmati setiap suapan tanpa terganggu oleh ponsel atau televisi.

3. Mengurangi ketergantungan pada teknologi

Teknologi modern memang memberikan banyak kemudahan, namun juga bisa menjadi sumber stres jika tidak dikelola dengan baik. Slow living mendorong kita untuk mengurangi ketergantungan pada teknologi dan lebih hadir dalam setiap momen.

Misalnya, mencoba untuk mengurangi waktu layar (screen time), terutama di malam hari sebelum tidur. Alih-alih menghabiskan waktu dengan ponsel, cobalah untuk membaca buku atau menulis jurnal.

Selain itu, tetapkan batasan dalam penggunaan teknologi, seperti menentukan waktu kapan Kamu akan memeriksa email atau media sosial, dan kapan Kamu akan benar-benar mematikan perangkat elektronik untuk menikmati waktu bebas teknologi.

4. Mempraktikkan mindfulness

Mindfulness atau kesadaran penuh adalah inti dari slow living. Mindfulness berarti hadir sepenuhnya dalam setiap momen, tanpa menghakimi atau tergesa-gesa.

Ini bisa diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan, seperti saat makan, berbicara dengan orang lain, atau bahkan dalam pekerjaan sehari-hari.

Misalnya, ketika makan, cobalah untuk benar-benar fokus pada rasa, tekstur, dan aroma makanan. Saat berbicara dengan orang lain, dengarkan dengan penuh perhatian tanpa tergesa-gesa memberikan respon.

Mindfulness membantu kita untuk lebih menghargai setiap momen dan mengurangi stres yang disebabkan oleh pikiran yang terus berlarian.

Artikel lainnya: Mengenal Mindfulness, Konsep Berpikir Buat Mental Kamu Lebih Sehat

5. Memperkuat ikatan dengan alam

Slow living juga menekankan pentingnya koneksi dengan alam. Di tengah kehidupan kota yang sibuk, kita sering kali lupa untuk meluangkan waktu menikmati keindahan alam. Padahal, berada di alam dapat memberikan banyak manfaat, seperti mengurangi stres, dan meningkatkan mood.

Cara sederhana untuk memperkuat koneksi dengan alam adalah dengan rutin menghabiskan waktu di luar ruangan, seperti berjalan-jalan di taman, berkebun, atau bahkan hanya duduk di bawah pohon.

Aktivitas ini tidak hanya menyegarkan pikiran, tetapi juga membantu kita merasa lebih terhubung dengan dunia di sekitar kita.

6. Menghargai Keseimbangan Hidup

Keseimbangan hidup adalah salah satu kunci dalam slow living. Ini berarti kita tidak hanya fokus pada pekerjaan atau aktivitas produktif, tetapi juga memberi ruang untuk istirahat, bersosialisasi, dan melakukan hobi yang kita cintai.

Slow living mengajarkan kita untuk tidak merasa bersalah saat mengambil waktu untuk diri sendiri atau saat memutuskan untuk tidak melakukan apa-apa.

Menciptakan keseimbangan hidup juga berarti mengatur prioritas dan membuat batasan. Jangan ragu untuk mengatakan "tidak" pada hal-hal yang tidak sejalan dengan nilai dan tujuan hidup. Fokuslah pada hal-hal yang benar-benar penting dan membuat Kamu bahagia.

7. Menghargai proses daripada hasil

Dalam budaya yang sering kali terlalu fokus pada hasil akhir, slow living mengajak kita untuk menghargai proses.

Apapun yang kita lakukan, baik itu bekerja, memasak, atau melakukan hobi, cobalah untuk menikmati setiap langkahnya tanpa terlalu terburu-buru menuju hasil akhir. Ini membantu kita untuk merasa lebih puas dan bahagia dengan apa yang kita lakukan.

8. Membangun hubungan yang lebih mendalam

Slow living juga menekankan pentingnya hubungan yang mendalam dengan orang-orang di sekitar kita. Daripada memiliki banyak hubungan yang superfisial, slow living mendorong kita untuk membangun dan memelihara hubungan yang lebih dekat dan bermakna.

Luangkan waktu untuk benar-benar hadir dalam percakapan dengan teman atau keluarga, dengarkan dengan penuh perhatian, dan tunjukkan bahwa Kamu peduli.

Artikel lainnya: Kenali Karakteristik dan Cara Membangun Hubungan yang Sehat

Slow living adalah sebuah gaya hidup yang menawarkan solusi bagi mereka yang merasa terbebani oleh tekanan hidup modern yang serba cepat.

Dengan memperlambat ritme kehidupan, fokus pada kualitas daripada kuantitas, dan lebih menghargai setiap momen, slow living bisa menjadi jalan menuju keseimbangan hidup yang lebih baik, mengurangi stres, dan menemukan kebahagiaan yang lebih mendalam.

Meskipun menerapkan slow living membutuhkan perubahan pola pikir dan kebiasaan, manfaat yang didapatkan sangatlah berharga.

Dengan meluangkan waktu untuk diri sendiri, memperkuat koneksi dengan alam, dan membangun hubungan yang lebih mendalam, kita bisa menemukan kedamaian dan kebahagiaan yang sejati.

Temukan cara mudah untuk memulai gaya hidup slow living dan tingkatkan kualitas hidup Kamu. Unduh aplikasi KlikDokter di sini sekarang untuk tips kesehatan, mental, dan kebugaran. Jangan lewatkan informasi kesehatan lainnya. Jadikan hari-hari Kamu lebih bermakna dan seimbang! Yuk, jangan lupa untuk #JagaSehatmu selalu!

  • Honoré, C. (2004). In Praise of Slow: How a Worldwide Movement is Challenging the Cult of Speed. HarperCollins.
  • Tranter, P. J., & Malone, K. (2004). Slow Cities: Conquering our Speed Addiction for Health and Sustainability. Melbourne: Blackwell Publishing.
  • Parkins, W., & Craig, G. (2006). Slow Living. Berg Publishers.
  • Heitmann, S. (2010). Tourism, Fast Food and Slow Food: Ethics and Aesthetics in the Tourist Gaze. Journal of Sustainable Tourism, 18(6), 789-806.
  • Website The Slow Living Movement (2024). "What is Slow Living?". https://www.slowlivingmovement.org.
  • Website Mindful (2024). "The Benefits of Slow Living and How to Get Started". https://www.mindful.org/slow-living.
  • Liputan6 (2024). "Mengenal Slow Living, Gaya Hidup Perlahan yang Bikin Hidup Lebih Bahagia". https://www.liputan6.com/slow-living.