Saat berada dalam tekanan atau ancaman, secara alami tubuh akan mengeluarkan hormon-hormon yang muncul kala stres. Selanjutnya, ini akan menimbulkan gejala dan tanda yang bisa Anda rasakan. Sungguh menarik untuk mengetahui apa saja yang terjadi pada tubuh saat stres.
Stres merupakan istilah untuk ketegangan mental atau emosional akibat situasi-situasi yang merugikan, traumatis atau menuntut. Segala macam situasi dapat menyebabkan stres, tetapi umumnya berkaitan dengan hubungan dengan pasangan, anak, atau anggota keluarga lain, beban kerja yang berlebihan, serta masalah ekonomi atau finansial. Kadang-kadang, penyakit kronis yang tak terkendali juga dapat menyebabkan stres.
Meski demikian, stres belum tentu terjadi jika tidak ada pemicunya. Beberapa pemicu yang umum antara lain perubahan dalam hidup, hubungan, atau hal-hal lainnya. Semakin besar perubahan, semakin besar potensi stresnya. Kemudian, adanya ketakutan, ketidakpastian, dan keraguan. Satu hal yang tak kalah penting adalah sikap atau persepsi seseorang terhadap hal-hal yang bisa menimbulkan stres. Ini bisa berhubungan dengan gaya hidup maupun keyakinan seseorang.
Inilah yang terjadi pada tubuh saat Anda stres
Saat Anda mengalami stres, tertekan, atau terancam, area di otak yang disebut hipotalamus bertindak sebagai alarm. Area ini mengeluarkan sejumlah perintah yang dirancang bagi tubuh untuk bersiap-siap melawan (fight) atau menghindar (flight)—dikenal sebagai respons fight-or-flight.
Bagian pertama yang menerima sinyal ini adalah kelenjar adrenal yang lalu mengeluarkan hormon adrenalin. Selanjutnya, hormon ini membuat jantung berdebar dan frekuensi napas meningkat.
Gejala lain yang muncul akibat peningkatan adrenalin yakni kaku otot di area leher, bahu, dan rahang. Keringat tiba-tiba bercucuran, timbul sakit kepala, dan gangguan saluran cerna seperti mual, nyeri ulu hati, diare, konstipasi, perubahan selera makan (baik meningkat maupun menurun), munculnya jerawat dan rasa gatal di tubuh, rasa lelah yang tak biasa, terdapat gangguan tidur, gangguan haid, hingga gairah seksual yang menurun.
Selain adrenalin, tubuh juga mengeluarkan hormon kortisol sebagai respons terhadap stres. Hormon ini memicu peningkatan kadar gula darah. Di otak, kortisol terikat dengan sel-sel saraf serta memengaruhi proses berpikir, termasuk bagaimana situasi-situasi yang membuat stres direkam dalam ingatan. Para pakar berpendapat bahwa keberadaan hormon ini dapat menjelaskan mengapa seseorang mampu mengingat situasi yang amat traumatis atau emosional dengan sangat jelas.
Lantas, apakah stres berbahaya?
Studi menyebutkan bahwa paparan stres sesungguhnya amat penting untuk mengembangkan ketahanan, yang memungkinkan Anda untuk mengatasi situasi yang tidak terduga dan menantang. Analoginya seperti vaksin yang mendorong kekebalan terhadap penyakit; adanya “suntikan” stres mendorong kekebalan terhadap berbagai stresor (penyebab stres) di kemudian hari. Baik suntikan vaksin maupun stres membuat Anda tidak nyaman pada awalnya, tapi sebetulnya Anda sedang membangun stamina dan kekuatan.
Oleh sebab itu, ada yang dinamakan stres positif (eustress) dan stres negatif (distress). Stres yang bersifat positif umumnya berlangsung singkat, memotivasi, dan memberikan suntikan energi secara instan. Efek lain yakni berkurangnya sensitivitas terhadap rasa sakit, meningkatkan kekebalan tubuh, dan menguatkan daya ingat.
Sebaliknya, stres yang bersifat negatif umumnya terjadi dalam waktu lama dan berkepanjangan. Biasanya ini didorong oleh rasa cemas yang terus-menerus dan pada akhirnya memengaruhi perilaku, produktivitas, dan hubungan sosial dengan orang lain. Dalam jangka panjang, stres negatif ini juga dapat menimbulkan penyakit seperti rentan infeksi karena kekebalan tubuh yang menurun, diabetes, penyakit jantung, dan depresi.
Itulah yang terjadi pada tubuh saat Anda sedang stres. Sejatinya, stres adalah reaksi alami terhadap berbagai situasi kehidupan. Selama dalam batas wajar, adanya stres akan membantu Anda tampil lebih baik dalam situasi-situasi yang menantang. Namun, perlu diingat bahwa stres yang berkepanjangan dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan, baik secara fisik maupun mental. Oleh sebab itu, berusahalah sebaik mungkin untuk mengelola stres dan menjaganya dalam kadar yang sehat.
(RN/ RVS)