Zaman sekarang, media sosial seperti tak bisa dilepaskan dari kehidupan sehari-hari. Tidak dimungkiri, media sosial memang berperan penting dalam mengedarkan berbagai informasi, sekaligus sebagai media untuk berinteraksi. Ini membuat segala sesuatu terasa lebih mudah, sehingga dapat diraih hanya dari sentuhan jari. Namun di balik manfaat tersebut, tahukah Anda bahwa penggunaan media sosial secara berlebihan juga dapat meningkatkan risiko gangguan jiwa?
Media sosial dan gangguan jiwa
Gangguan jiwa merupakan kumpulan dari keadaan-keadaan tidak normal, baik yang berhubungan dengan fisik maupun mental. Keadaan ini menyerang sisi dalam diri (jiwa), sehingga cenderung lebih sulit untuk dideteksi.
Fakta menyebutkan, media sosial adalah salah satu pemicu gangguan jiwa. Adapun beberapa jenis gangguan jiwa akibat penggunaan media sosial secara tidak tepat, yaitu:
1. Munchausen syndrome
Ini adalah gangguan jiwa dimana penderita memiliki kebutuhan mendalam untuk mencari perhatian orang lain. Biasanya, penderita Munchausen syndrome akan menceritakan hal palsu mengenai kesehatannya, sehingga orang-orang yang mendengar akan merasa iba dan perhatian padanya. Penderitanya pun cenderung memiliki pengetahuan luas tentang berbagai penyakit, agar dirinya dapat menciptakan cerita bohong dengan lebih meyakinkan.
Salah satu perantara yang digunakan penderita Munchausen syndrome untuk melancarkan aksinya adalah media sosial.
2. Internet Asperger Syndrome
Gangguan jiwa ini menyebabkan hilangnya aturan sosial dan empati, akibat penggunaan internet yang berlebihan. Penderitanya akan tanpa sadar bertingkah aneh –seperti teriak, marah-marah, tertawa atau sedih– saat membuka internet atau sosial media. Di saat yang sama, mereka tidak merasa bahwa sikap tersebut dapat menganggu orang lain yang berada disekitarnya.
3. Internet Addiction Disorder
Internet addiction disorder merupakan nama lain dari kecanduan internet. Gejala yang dialami oleh penderita adalah terisolasi dari keluarga dan teman, memiliki manajemen waktu yang teratur, dan menghabiskan sebagian besar waktu miliknya untuk membuka internet, media sosial, atau bermain game online.
4. Low Frustration Tolerance
Gangguan jiwa ini menggambarkan seseorang yang tidak suka jika sesuatu yang ia unggah di sosial media miliknya mendapatkan “komentar pedas” dari orang lain yang melihatnya. Bahkan, penderita sampai rela membuat akun sosial media kedua (fake account) hanya untuk memberikan segala dukungan terhadap unggahan akun utama.
5. Online Obsessive – Compulsive Disorder
Seseorang yang punya gangguan jiwa ini akan menuntut orang lain untuk terus sependapat dengan dirinya. Jadi, ketika penderita menemukan kesalahan penulisan kata di sebuah kolom komentar, maka dirinya akan langsung protes dan berusaha memperbaiki kata-kata tersebut.
Itulah gangguan jiwa yang bisa terjadi akibat penggunaan media sosial secara tidak tepat. Mengetahui hal ini, Anda sebaiknya lebih berhati-hati dan bijaksana dalam menggunakan media sosial dan internet dalam kehidupan sehari-hari. Jangan biarkan teknologi yang seharusnya bisa membantu Anda justru menjerumuskan Anda pada masalah kejiwaan.
[NB/ RVS]