Akhir tahun hampir tiba! Saat inilah, sebagian besar toko, baik di mal maupun online, memberikan diskon besar-besaran. Belum lagi tawaran midnight sale di sejumlah mal. Anda pun terdorong belanja lebih banyak, bahkan untuk barang yang sebenarnya belum perlu-perlu amat. Pada akhirnya, belanja impulsif pun terjadi.
Belanja Bisa Meredakan Stres
Sebelum membahas lebih lanjut tentang belanja impulsif, Anda harus tahu kalau perasaan yang muncul ketika berbelanja barang identik dengan kesenangan. Sains pun membenarkan hal tersebut.
“Beberapa penelitian di bidang neurosains menunjukkan bahwa berbelanja, baik secara langsung maupun online, mengaktifkan area-area khusus dalam otak. Area tersebut meningkatkan mood, meredakan stres, dan membuat Anda merasa lebih baik,” ujar dr. Atika dari KlikDokter.
Dia menjelaskan, saat melihat barang yang diidam-idamkan dan mampu membelinya, akan terjadi pelepasan dopamin di otak. Dopamin sendiri berkaitan dengan perasaan senang dan puas. Zat kimia inilah yang menyebabkan timbulnya rasa mabuk belanja.
“Sayangnya, efek pelepasan dopamin bisa menyebabkan seseorang berbelanja tanpa keputusan yang rasional. Hal ini tampak ketika seseorang berkunjung ke arena sale dan diskon besar-besaran, atau momen diskon belanja,” kata dr. Atika.
Rasa excited dengan diskon besar, ditambah rasa penasaran dan tertantang mendapatkan barang baru, bisa membuat seseorang berbelanja dengan emosional. Akhirnya, belanja impulsif dapat terjadi.
Belanja Impulsif, Apa Itu?
Belanja impulsif adalah perilaku belanja tanpa perencanaan. Seseorang dengan kecenderungan belanja impulsif menyerah pada godaan dan membeli sesuatu tanpa mempertimbangkan konsekuensi dari pembelian tersebut.
Artikel Lainnya (Hobi Belanja Bisa Bikin Anda Lebih Sehat)
Kondisi ini kerap dikaitkan dengan kecemasan dan ketidakbahagiaan jika tidak membelinya. Dengan belajar mengendalikannya, Anda turut meningkatkan kesehatan mental Anda.
Dikutip dari Psychology Today, orang yang punya kebiasaan melakukan pembelian impulsif punya beberapa kecenderungan. Pertama, pembeli impulsif lebih bersifat sosial, sadar status, dan peduli citra. Karena itu, pembeli impulsif dapat berbelanja sesuatu sebagai cara untuk terlihat baik di mata orang lain.
Kedua, pembeli impulsif cenderung mengalami lebih banyak kecemasan dan kesulitan mengendalikan emosi. Ini membuat mereka lebih sulit untuk menolak dorongan emosional untuk secara impulsif menghabiskan uang.
Ketiga, pembeli impulsif mungkin cenderung tidak bahagia. Berbelanja dianggap sebagai cara untuk memperbaiki suasana hati mereka. Terakhir, pembeli jenis ini cenderung tidak mempertimbangkan konsekuensi dari pengeluaran pribadi. Mereka hanya ingin memiliki sesuatu barang untuk merasa puas.
Bagaimana Cara Mengontrolnya?
Belanja impulsif dapat dianggap sebagai perilaku yang irasional. Meskipun menyadari akan menyesal di kemudian hari, Anda tetap berbelanja. Lantas bagaimana mengontrol saat keinginan berbelanja berlebihan itu datang?
1. Buat Anggaran!
Seorang penasihat keuangan, Merrill Lynch Mary McDougall, mengatakan, "Banyak orang tidak menyadari bahwa mereka telah mengeluarkan uang terlalu banyak. Itulah sebabnya, membuat anggaran dan mengetahui berapa yang Anda habiskan harus menjadi prioritas pertama.”
Nah, salah satu trik yang bisa Anda lakukan adalah dengan menggunakan sistem amplop. Isi masing-masing amplop sesuai anggaran dalam satu bulan. Misalnya, amplop untuk beli baju, makan di luar, atau nonton film.
Saat amplop sudah kosong, Anda harus menunggu sampai gaji berikutnya untuk mengisi mereka. Dengan cara ini, Anda dapat lebih mengontrol pengeluaran Anda dan meminimalkan pembelian yang tidak perlu.
Artikel Lainnya 5 Kiat Belanja Lebih Sehat
2. Pakailah Uang Tunai
Hindari menggunakan kartu kredit untuk berbelanja. Terutama jika Anda termasuk pembeli impulsif. Membayar secara tunai saat membeli satu barang akan sedikit banyak akan membuat Anda berpikir lebih keras.
Ini ketimbang hanya menggesek kartu. Selain itu, membayar secara tunai adalah cara yang bagus untuk melacak arus keluar keuangan Anda.
3. Jujur Terhadap Diri Sendiri
Anda tergoda untuk membeli lagi satu sweater hitam meski sudah memilikinya tiga buah di lemari Anda? Saat mengalami perasaan ini, lebih baik jujur pada diri sendiri.
Tanyakan pada diri Anda apakah Anda benar-benar membutuhkannya? Tidakkah Anda akan menyesali keputusan membeli barang-barang ini di kemudian hari? Kalau iya, hentikan pembelian Anda! Pasalnya, jelas ada perbedaan besar antara menginginkan dan membutuhkan sesuatu.
4. Jangan Belanja Saat Sedang Emosi
Membeli barang ketika kondisi emosional tidak stabil, bukanlah ide yang baik. Alasannya, Anda akan menggunakan belanja sebagai sarana kepuasan instan. Usai sesi berbelanja selesai, Anda mungkin akan merasa lebih buruk.
Tak hanya terbatas pada perasaan negatif, saat memiliki berita bahagia (seperti mendapat promosi), Anda cenderung ingin memberikan “reward” pada diri sendiri. Reward boleh-boleh saja, tapi jangan berlebihan.
5. Membuat Daftar
Membuat daftar dapat membantu mengendalikan kecenderungan belanja impulsif Anda. Disiplin dan ketat pada diri sendiri dengan hanya membeli barang-barang yang tertulis di daftar tersebut.
Dengan “setia” pada daftar ini, diharapkan Anda dapat mengerem diri saat melakukan pembelian pada menit terakhir
Godaan diskon besar dan midnight sale memang bertebaran saat ini. Namun, tahan keinginan belanja impulsif Anda! Yakinkan kalau barang itu memang belum dibutuhkan. Dengan melakukan ini, Anda tak hanya akan menyimpan uang lebih banyak. Namun, juga menjadi konsumen yang pintar.
[AYU/RPA]