Kesehatan Mental

Berbohong Bisa Pengaruhi Kesehatan, Apa Alasannya?

Krisna Octavianus Dwiputra, 11 Jan 2020

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Anda punya kebiasaan berbohong? Kalau iya, hentikan sekarang. Pasalnya, berbohong bisa mempengaruhi kesehatan Anda! Bagaimana bisa?

Berbohong Bisa Pengaruhi Kesehatan, Apa Alasannya?

Coba diingat-ingat lagi, pasti selama hidup Anda pernah setidaknya satu kali berbohong, bukan? Sekali atau dua kali, tidaklah mengapa. Namun, hati-hati kalau berbohong sudah jadi kebiasaan! Itu sebabnya, berbohong bisa pengaruhi kesehatan Anda.

Manusia Punya Kecenderungan untuk Berbohong

Percaya atau tidak, manusia secara alamiah ternyata punya kecenderungan untuk berbohong. Menurut studi yang dilakukan pada 2002, sebanyak 60% orang berbohong setidaknya sekali selama percakapan 10 menit.

Bahkan, dalam rentang itu, manusia rata-rata mengatakan 2-3 kebohongan. Soal alasannya, dr. Dyah Novita Anggraini dari KlikDOkter, menjelaskan kalau banyak hal yang melatari seseorang berkata bohong.

“Alasan yang paling umum adalah untuk menutupi kesalahan dan untuk menutupi kekurangan diri. Ini dilakukan semata agar dia diterima orang lain,” kata dr. Dyah Novita.

Pada anak-anak, berbohong juga dapat dilakukan karena ingin mendapatkan perhatian dari orang tua atau lingkungan sekitarnya. Mereka bisa membesar-besarkan suatu hal agar terlihat bombastis dan hebat.

Artikel Lainnya: Sering Berbohong? Waspada Penyakit Ini

Kebohongan sendiri bisa mencakup hal-hal sepele untuk membuat orang lain merasa lebih baik. Misalnya, saat Anda bilang sebuah makanan enak, padahal tidak, agar sang koki tak sakit hati.

1 dari 2

Berbohong Bikin Anda Stres!

Akan tetapi, kebohongan tahap lanjut yang lebih jahat, seperti menutupi kejahatan atau memfitnah orang lain, bisa berdampak sangat buruk. Salah satunya membuat otak stres.

Ketidakjujuran semacam ini membuat otak stres dan dalam kondisi "siaga tinggi". Stres ini meningkat seiring dengan besarnya kebohongan.

Tak hanya di otak, berbohong adalah kegiatan yang bahkan membuat tubuh Anda stres. Ketika berbohong, pernapasan dan detak jantung akan meningkat.

Anda pun mulai berkeringat, mulut mengering, dan suara bergetar. Perubahan fisiologis ini kerap digunakan sebagai dasar dari tes kebohongan klasik.

Artikel Lainnya: Sering Berbohong? Waspada Penyakit Ini

2 dari 2

Efek Jangka Pendek dan Panjang Berbohong

Berbohong memang bisa membuat Anda stres. Akan tetapi, apakah secara jangka pendek berbohong bisa menyebabkan muntah kronis?

Menjawab hal itu, ahli gastroenterologi dr. Kara Gross Margolis dan dr. David A. Johnson mengatakan bohong tidak secara langsung membuat muntah kronis.

Menurut kedua ahli, ada istilah “sumbu usus-otak” sebagai mekanisme di balik naiknya asam lambung ke kerongkongan atau mulut. Sumbu usus-otak sendiri mengacu pada komunikasi dua arah yang terjadi antara usus dan otak.

Hal ini, menurut mereka, adalah alasan mengapa manusia terkadang terasa mulas saat sedang gugup. Cemas dan gugup yang signifikan dapat menyebabkan mual dan muntah. Itu membuka pintu untuk kondisi seperti itu ada pada seseorang yang terus-menerus khawatir.

Ini tentu berhubungan dengan orang yang terus-menerus berbohong yang akan lebih sering stres dan cemas.

Selain efek jangka pendek, waspadai juga dampak jangka panjang kebiasaan berbohong. Sebab, menurut sebuah penelitian pada 2015, berbohong terus-menerus dikaitkan dengan berbagai hasil kesehatan negatif.

Misalnya saja, tekanan darah tinggi, peningkatan denyut jantung, vasokonstriksi, dan peningkatan hormon stres dalam darah. Selain itu, masih ada peningkatan kadar gula darah, gangguan sistem kardiovaskular, osteoporosis, obesitas, sampai depresi.

Nah, sudah jelas kan bahwa berbohong bisa pengaruhi kesehatan, baik jangka panjang maupun pendek. Makanya, kalau Anda saat ini terbiasa berbohong, hentikan sekarang juga! Bagaimanapun, jujur lebih baik, bukan? Kalau Anda ingin tahu lebih lanjut tentang berita kesehatan lainnya, jangan lupa unduh aplikasi KlikDokter!

[HNS/AYU]

psikologis
bohong