“Hai, cantik!” “Cewek, nengok dong.” “Mau ke mana, neng? Sini abang anterin, yuk.” Pelecehan seksual di jalan semacam itu biasa disebut catcalling. Bersiul, memberikan gestur, atau berkomentar kepada wanita, atau pria, yang lewat, sehingga menimbulkan ketidaknyamanan. Parahnya, hal ini kadang dimaklumi karena dianggap candaan biasa. Padahal pelecehan semacam ini juga bisa picu depresi.
Padahal, catcalling bisa berdampak lebih jauh untuk mental seseorang.
Catcalling picu depresi
Sebuah studi di Norwegia yang dilakukan pada hampir 3.000 siswa-siswi sekolah menengah atas, mengungkapkan bahwa pelecehan seksual nonfisik seperti catcalling dapat meningkatkan gangguan pada mental. Mulai dari depresi, kecemasan, rendah diri dan citra negatif terhadap tubuh.
Untuk studi tersebut, para peneliti membagi jenis pelecehan seksual menjadi dua kelompok: pelecehan nonfisik dan pelecehan fisik (seperti ciuman, meraba-raba dan sentuhan yang tidak diinginkan).
Hasilnya menunjukkan bahwa pelecehan seksual nonfisik lebih berdampak pada kondisi psikologis daripada pelecehan fisik. Selain itu, efek ini – meskipun bisa terjadi pada pria - ternyata lebih berpengaruh besar terhadap perempuan.
Jangan diam saja!
Lalu, bagaimana cara yang tepat untuk merespons dan menghentikan catcalling? Strategi yang dapat Anda lakukan adalah dengan melakukan konfrontasi secara langsung.
Memang, kebanyakan orang merasa takut dan risih untuk menghadapinya. Ini wajar. Ada banyak alasan di baliknya, seperti adanya kekhawatiran si peleceh akan membalas dendam. Meski begitu, menghadapinya secara langsung dapat memberikan efek yang positif untuk korban.
Studi yang dilakukan oleh Kimberly Fairchild dkk pada tahun 2008 menyatakan bahwa wanita yang berani mengonfrontasi pelecehnya tidak merasakan dampak negatif yang sama dengan wanita yang membiarkannya berlalu begitu saja.
Namun, jika Anda memang takut untuk menghadapinya sendirian, jangan ragu untuk meminta bantuan kepada pihak berwajib. Karena tentunya, keamanan adalah hal pertama yang harus Anda pikirkan.
Catcalling bukanlah pujian atau candaan biasa. Bentuk pelecehan seksual semacam ini mungkin tak dapat dihilangkan begitu saja, bahkan bisa memicu depresi, tetapi Anda tetap memiliki pilihan untuk berkata ‘Tidak!’.
[RS/ RVS]