Kesehatan Mental

20 Perkataan Dad Shaming yang Menyakitkan

Merasa tertekan karena komentar negatif tentang cara mengasuh anak? "Dad shaming" bisa jadi penyebabnya. Psikolog Iswan Saputro akan mengungkap kalimat menyakitkan dan dampaknya pada kesehatan mental.

20 Perkataan Dad Shaming yang Menyakitkan

"Dad shaming" adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan kritik, komentar negatif, atau penilaian yang ditujukan kepada ayah tentang cara mereka mengasuh anak.

Seperti halnya "Mom shaming," dad shaming juga bisa sangat merugikan, menyebabkan rasa sakit emosional dan merusak rasa percaya diri.

Dalam artikel ini, Psikolog Iswan Saputro akan membahas 20 perkataan dad shaming yang menyakitkan, dampaknya terhadap kesehatan mental, serta cara menghadapinya dengan bijaksana.

Artikel lainnya: Ayah Sering Marah, Ini Dampak Buruk yang Dirasakan Anak

1. "Kamu Ayah yang Buruk"

Ucapan ini dapat menghancurkan rasa percaya diri dan harga diri seorang ayah. Kalimat ini dapat membuat ayah merasa tidak kompeten dan gagal menjalankan peran sebagai orangtua.

Cara menghadapi: Penting untuk diingat bahwa tidak ada orangtua yang sempurna. Setiap orang tua memiliki gaya asuh yang berbeda dan belajar dari pengalaman. Fokus pada hal-hal positif yang telah Papa capai dan upayakan sebagai ayah.

2. "Ayah Tidak Sebaik Ibu dalam Mengasuh Anak"

Perkataan ini memperkuat stereotip bahwa peran pengasuhan anak seharusnya lebih dominan dilakukan oleh ibu. Hal ini dapat membuat seorang ayah merasa tidak dihargai dan meremehkan kontribusi mereka dalam pengasuhan anak.

Cara menghadapi: Berbicara dengan pasangan tentang pembagian tugas atau tanggung jawab pengasuhan dan mencari dukungan dari komunitas ayah lainnya dapat membantu menguatkan keyakinan bahwa peran Papa sama pentingnya.

3. "Kenapa Kamu Tidak Bekerja Lebih Keras untuk Menghidupi Keluarga?"

Komentar ini menambah tekanan pada ayah untuk memberikan dukungan keuangan lebih keras untuk keluarga. Disisi lain, hal ini dapat menciptakan rasa bersalah, stres, dan kecemasan tentang apa yang sudah dilakukan.

Cara menghadapi: Bicarakan harapan dan peran dalam keluarga dengan pasangan untuk mencapai kesepakatan yang adil. Ingatkan diri sendiri bahwa kontribusi emosional dan fisik dalam keluarga juga sama pentingnya untuk dihargai.

4. "Kenapa Kamu Tidak Bisa Mengurus Anak Sendiri?"

Perkataan ini menimbulkan rasa rendah diri dan merasa tidak bisa diandalkan dalam pengasuhan. Hal ini juga dapat membuat seorang ayah fokus pada kekurangan dan keterbatasan yang dimiliki.

Cara menghadapi: Terima bahwa semua orang tua kadang membutuhkan bantuan dan saling bergantung. Jangan ragu untuk mencari bantuan dan belajar cara-cara baru dalam mengasuh anak.

5. "Kamu Tidak Tahu Apa-apa tentang Mengasuh Anak"

Ini adalah bentuk penghinaan langsung terhadap kemampuan seorang ayah. Ucapan ini dapat menghancurkan rasa percaya diri dan membuat ragu dalam mengambil keputusan pengasuhan.

Cara menghadapi: Komitmen terus edukasi diri sendiri tentang pengasuhan anak melalui buku, kelas, atau sumber online. Pengetahuan yang lebih baik dapat meningkatkan rasa percaya diri Papa dalam pengasuhan.

Artikel lainnya: Baru Punya Anak, Waspadai Depresi Akibat Dad Shaming

6. "Mengapa Kamu Membiarkan Anak Melakukan Itu?"

Pertanyaan ini dapat diartikan sebagai kritik terhadap metode pengasuhan dan membuat ayah merasa bersalah atas keputusan mereka. Kritik ini sering diterima ketika ditemui perbedaan dalam pengasuhan.

Cara menghadapi: Ingat bahwa setiap keluarga memiliki aturan dan batasan yang berbeda. Yang penting adalah konsistensi dan komunikasi dengan pasangan.

7. "Istri Kamu yang Seharusnya Melakukan Itu"

Perkataan ini mengimplikasikan bahwa tugas-tugas tertentu tidak pantas dilakukan oleh Papa dan memperkuat stereotip gender dalam pengasuhan.

Cara menghadapi: Bagikan tanggung jawab rumah tangga dan pengasuhan dengan pasangan secara adil untuk saling melengkapi. Komunikasikan bahwa pengasuhan anak adalah tanggung jawab bersama.

8. "Ayah Seharusnya Keras pada Anak-anak"

Ucapan ini memperkuat stereotip bahwa ayah harus menjadi figur otoritas yang keras dan dipatuhi. Hal ini juga dapat membuat ayah merasa kurang tegas dan tidak memiliki pendirian.

Cara menghadapi: Temukan gaya pengasuhan yang paling sesuai untuk Papa dan anak-anak. Jangan merasa tertekan untuk menyesuaikan diri dengan ekspektasi orang lain tentang ketegasan.

Artikel lainnya: Benarkah Anak Pemarah Diturunkan dari Ayah yang Galak?

9. "Kamu Terlalu Lembek pada Anak-anak"

Perkataan ini terkesan meremehkan pendekatan pengasuhan yang penuh kasih dan mendukung. Hal ini bisa membuat ayah merasa bahwa mereka terlalu lunak dan tidak tegas terhadap anak.

Cara menghadapi: Ingat bahwa pengasuhan yang penuh kasih dan dukungan adalah penting untuk perkembangan emosional anak-anak. Tegas tidak selalu berarti keras dan menakutkan.

10. "Kenapa Kamu Tidak Pernah Ada di Rumah?"

Komentar ini menambah rasa bersalah bagi ayah yang harus bekerja banyak untuk menghidupi keluarga. Ini bisa menyebabkan stres dan perasaan tidak cukup baik sebagai ayah.

Cara menghadapi: Jelaskan kepada keluarga alasan Papa bekerja keras dan usahakan untuk menghabiskan waktu berkualitas dengan anak-anak saat Papa ada di rumah.

11. "Kamu Tidak Tahu Cara Mengganti Popok?"

Perkataan ini meremehkan keterampilan pengasuhan dasar dan bisa membuat seorang ayah merasa tidak kompeten. Disisi lain dapat meningkatkan kecemasan dalam pengasuhan.

Cara menghadapi: Komitmen untuk terus belajar dan jangan takut meminta panduan atau bantuan saat perlu dapat menjaga harga diri sebagai seorang ayah.

12. "Kamu Hanya Mengasuh Anak Saat Nyaman Bagimu"

Ucapan ini menuduh seorang ayah hanya mengambil bagian dalam pengasuhan ketika mudah atau menyenangkan, yang bisa menimbulkan rasa bersalah dan ketidakadilan.

Cara menghadapi: Bagikan beban pengasuhan secara adil dengan pasangan dan pastikan untuk terlibat dalam semua aspek pengasuhan, termasuk yang menantang.

13. "Ayah Tidak Tahu Apa yang Terbaik untuk Anak-anak"

Perkataan ini mengurangi otoritas ayah dalam pengambilan keputusan pengasuhan dan bisa membuat mereka merasa diabaikan perannya.

Cara menghadapi: Komunikasikan dengan pasangan tentang keputusan pengasuhan dan pastikan bahwa pandangan ayah juga dihargai dalam mendidik anak.

14. "Kamu Terlalu Sibuk dengan Hobi dan Tidak Memikirkan Anak-anak"

Komentar ini menuduh seorang ayah tidak memprioritaskan keluarga mereka, yang bisa menimbulkan rasa bersalah dan konflik internal dengan pasangan.

Cara menghadapi: Temukan keseimbangan antara waktu pribadi dan waktu bersama keluarga. Komunikasikan pentingnya waktu pribadi kepada pasangan dan atur jadwal yang seimbang.

15. "Istri Kamu yang Seharusnya Menyusui, Bukan Kamu Memberi Susu Botol"

Ini menambah tekanan pada ibu untuk harus menyusui dan meremehkan peran ayah dalam memberi dukungan dalam merawat kebutuhan anak.

Cara menghadapi: Menyusui atau memberi susu botol adalah keputusan bersama. Fokus pada apa yang terbaik untuk kesehatan dan kenyamanan anak serta ibu.

16. "Kamu Tidak Seharusnya Terlibat dalam Pengasuhan Anak"

Komentar ini memperkuat stigma bahwa pengasuhan anak adalah domain ibu dan mengurangi peran ayah dalam pengasuhan sebagai figur yang tidak signifikan.

Cara menghadapi: Bicara terbuka dengan pasangan tentang pentingnya keterlibatan Papa dalam pengasuhan anak dan ciptakan ruang untuk terlibat secara aktif.

17. "Kamu Hanya Ayah Pengganti, Bukan yang Utama"

Perkataan ini meremehkan dan mengaburkan peran ayah dalam pengasuhan. Disisi lain dapat mengurangi rasa percaya diri ayah terlibat dalam mengasuh anak

Cara menghadapi: Ingatkan diri sendiri dan orang lain bahwa peran ayah sama pentingnya dalam pengasuhan anak. Terlibatlah secara aktif dan tunjukkan komitmen untuk terus belajar dalam mengasuh anak.

18. "Kenapa Kamu Membiarkan Anak Bermain dengan Mainan Perempuan?"

Komentar ini memperkuat stereotip gender dalam pengasuhan dan bisa membatasi eksplorasi anak dalam masa tumbuh kembang.

Cara menghadapi: Dukung anak-anak dalam eksplorasi kesenangan dan ketertarikan mereka. Fokus pada perkembangan kreatif dan emosional anak sesuai dengan usianya daripada tunduk pada stereotip gender.

19. "Ayah Seharusnya Tidak Menunjukkan Emosi"

Ini memperkuat stigma bahwa pria harus selalu kuat dan tidak boleh menunjukkan kerentanan. Ayah menjadi tidak terbiasa untuk mengekspresikan emosi dan isi pikirannya yang bisa mempengaruhi kesehatan mental.

Cara menghadapi: Jadilah teladan dengan menunjukkan bahwa mengekspresikan emosi adalah hal yang sehat dan normal. Ini juga membantu anak-anak memahami bahwa semua orang punya perasaan.

20. "Kamu Terlalu Mudah Menyerah pada Keinginan Anak-anak"

Komentar ini menuduh seorang ayah terlalu memanjakan anak-anak mereka dan bisa menyebabkan perasaan tidak cukup tegas sebagai orangtua.

Cara menghadapi: Pahami bahwa mendengarkan kebutuhan anak dan memberikan perhatian adalah bagian penting dari pengasuhan. Tetapkan batasan yang sehat dan konsisten dalam memenuhi keinginan anak.

Bisa disimpulkan bahwa dad shaming adalah isu yang serius dan dapat berdampak negatif pada kesehatan mental dan emosional seorang ayah.

Perkataan yang menyakitkan dapat mengurangi rasa percaya diri, meningkatkan stres, dan menciptakan konflik dalam keluarga. Penting bagi masyarakat untuk menghargai peran ayah dalam pengasuhan anak dan menghindari komentar-komentar yang merendahkan.

Bagi para ayah, menghadapi kritik dengan sikap positif, edukasi diri, dan komunikasi yang baik dengan pasangan adalah kunci untuk membangun lingkungan pengasuhan yang sehat dan mendukung.

Dapatkan pembahasan lebih lengkap seputar kesehatan pribadi, keluarga, parenting, kehamilan, hingga hewan peliharaan dengan mengunduh aplikasi KlikDokter atau memilih topik kesehatan secara langsung.