Seperti Anda tahu, merokok adalah salah satu komponen gaya hidup tidak sehat. Bahaya merokok kerap dikampanyekan oleh berbagai pihak, seperti peningkatan risiko kanker, penyakit paru, bahkan gangguan kehamilan dan janin. Yang belum banyak diketahui, kandungan nikotin juga dapat berdampak buruk pada kuantitas dan kualitas tidur Anda.
Tidur yang terganggu dalam jangka panjang, tentu dapat berakibat buruk terhadap berbagai fungsi tubuh lainnya. Mau tak mau, Anda pun semakin berisiko mengalami berbagai komplikasi di luar bahaya rokok secara langsung yang telah banyak diketahui.
Tidur dan nikotin
Serupa dengan kafein, nikotin merupakan zat yang memiliki efek menstimulasi atau mengaktifkan berbagai fungsi saraf. Selain itu, nikotin juga memiliki efek meningkatkan mood secara umum.
Inilah alasannya, saat Anda merasa bosan, mengantuk, atau lelah, penggunaan nikotin, seperti mengisapnya melalui rokok, akan membuat Anda merasa lebih segar, terjaga, dan fokus. Bagi mereka yang terbiasa merokok untuk menjaga mood tetap stabil, nikotin juga memiliki efek menenangkan perasaan dan diri saat tubuh merasa cemas.
Efek rokok sebagai stimulan, tentu akan mengganggu proses alami tidur yang sejatinya bertujuan untuk mengistirahatkan tubuh. Terlebih, dampak nikotin pada tidur tak berhenti saat Anda berhenti merokok, melainkan dapat menetap hingga sementara waktu dan bahkan menyebabkan efek yang lebih buruk.
Saat Anda aktif merokok, efek nikotin terhadap sistem saraf akan menyebabkan berbagai gangguan tidur menyerupai gejala primer pada pasien dengan insomnia; sulit untuk jatuh tertidur, dan sering terbangun atau tidur yang tidak nyenyak. Anda juga dapat mengalami penurunan efisiensi tidur, serta rasa lelah dan mengantuk di siang hari.
Nikotin juga dapat menyebabkan berkurangnya fase rapid eye movement atau REM. Ini merupakan fase penting dari proses tidur untuk memperbaiki berbagai sel tubuh dan “me-restart” tubuh agar siap untuk kembali beraktivitas setelah bangun.
Tak berhenti di situ, saat Anda berhenti merokok pun berbagai gejala “sakau” dapat melanda. Beberapa hari pertama usai berhenti merokok, berbagai ujung saraf dan reseptor yang telah terbiasa berfungsi dengan stimulasi nikotin harus berjuang untuk beraktivitas tanpa nikotin dari rokok.
Kondisi ini dapat menimbulkan berbagai gejala, mulai dari diare atau sembelit, sakit kepala, rasa cemas dan mudah marah. Selain gejala-gejala tersebut, Anda juga akan merasa semakin terganggunya fungsi tidur, seperti sulit tertidur dan tidur yang tidak nyenyak.
Tentunya, efek ini lama-kelamaan akan hilang seiring dengan kembalinya fungsi tubuh ke kondisi awal, yakni dapat bekerja tanpa stimulasi nikotin yang terus-menerus. Itu sebabnya, memburuknya gejala gangguan tidur setelah berhenti merokok bukanlah sebuah alasan untuk tetap merokok.
Bukan berarti boleh konsumsi kafein berlebih
Di lain sisi, meski efek nikotin terhadap tidur bisa dikatakan lebih buruk daripada kafein, bukan berarti konsumsi kafein berlebihan menjadi diperbolehkan. Dalam sehari, Anda disarankan untuk tidak mengonsumsi kafein lebih dari 400 miligram (mg) atau sekitar empat cangkir kopi untuk orang dewasa sehat.
Tak hanya kopi, Anda juga harus ingat teh, minuman berenergi, dan soda yang juga punya kandungan kafein di dalamnya. Saat kafein dikonsumsi berlebihan, Anda dapat mengalami efek samping seperti sakit kepala, insomnia, hingga detak jantung meningkat.
Dampak nikotin pada kualitas dan kuantitas tidur ternyata besar. Karena itu, apabila Anda saat ini masih punya kebiasaan merokok, hentikan sekarang juga. Mulailah menjalani gaya hidup sehat dengan mengonsumsi makanan bergizi dan cukup istirahat. Atasi dan alihkan energi serta perhatian Anda dengan berolahraga rutin agar kondisi tubuh tetap sehat.
[HNS/RPA]