Rasanya seperti ada yang kurang apabila selama beberapa waktu tidak mengecek linimasa di media sosial. Tak heran, beragam platform media sosial sudah seperti candu. Bisa jadi hiburan, tapi media sosial bisa jadi “lingkungan” yang begitu toksik, apalagi mental sudah terganggu. Kalau sudah begini, detoks media sosial bisa dicoba. Apa itu dan kapan langkah tersebut perlu dilakukan?
Detoks media sosial biasanya dilakukan dengan mengurangi penggunaan media sosial atau bahkan menghentikannya sama sekali. Hal itu berguna untuk memutus rasa ketergantungan dan membantu Anda “hidup kembali” di dunia nyata.
Pengaruh media sosial pada fisik dan mental
Membatasi penggunaan media sosial sangat penting. Saat Anda kecanduan, media sosial bisa menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan, baik fisik maupun psikis.
Secara fisik, terus-terusan menatap layar gawai salah satunya dapat menyebabkan timbulnya sindrom text neck. Sindrom text neck adalah rasa kaku di area kepala, leher, jemari tangan, dan bahu, spesifiknya akibat terlalu sering menunduk memandangi gawai.
Ini disebabkan oleh tekanan berlebihan pada tulang belakang akibat posisi menggunakan perangkat elektronik yang salah. Orang yang terkena sindrom ini biasanya sering menatap layar gawai terlalu lama.
Adapun pada kesehatan mental, menurut dr. Reza Fahlevi dari KlikDokter, pengguna media sosial biasanya hanya memamerkan kebahagiaan.
“Padahal, kehidupan yang dia jalani tidaklah sebahagia seperti yang dipamerkan di linimasa media sosial,” tutur dr. Reza.
Jika hal itu dibiarkan berkelanjutan, media sosial dapat menyebabkan masalah percaya diri, tidak memiliki teman di duni nyata, merusak momen dan memori, serta mengganggu tidur dan produktivitas.
Kapan harus detoks media sosial?
Anda tentu tidak ingin mengalami keluhan-keluhan di atas, bukan? Menurut dr. Arina Heidyana dari KlikDokter, jika Anda mengalami tanda-tanda di bawah ini, berarti sudah waktu Anda harus melakukan detoks media sosial.
-
Sering gelisah ketika tidak mengecek media sosial
Apakah Anda sering merasa gelisah ketika tidak mengecek media sosial? Jika ya, Anda sudah dinyatakan kecanduan media sosial dan harus segera melakukan detoks.
“Tidak perlu langsung buru-buru menonaktifkan atau menghapus akun atau aplikasi dari gawai, tapi lakukan detoks secara perlahan dengan membatasi waktu beraktivitas di media sosial. Jika biasanya Anda menghabiskan 5 jam atau lebih untuk melihat berbagai konten media sosial, kurangi jadi hanya 1-2 jam saja,” kata dr. Arina.
Bila berhasil, kurangi lagi menjadi 30 menit. Lama-lama Anda akan terbiasa tidak membuka akun media sosial.
Sebagai gantinya, sibukkan diri dengan bertemu dengan teman, membaca buku, menonton film di bioskop, mencoba restoran atau tempat olahraga baru, dan lain-lain.
-
Merasakan nyeri pada bagian tangan, leher, kepala, dan punggung
Apabila Anda mulai merasakan nyeri dan pegal di area tangan, leher, kepala, dan punggung, pertimbangkan untuk melakukan detoks media sosial. Penggunaan gawai secara berlebihan bisa menyebabkan nyeri di area-area tersebut.
“Kondisi ini ditandai dengan adanya peradangan pada tendon jari, seringnya jempol, akibat scrolling menggunakan jari secara terus-menerus. Bila sudah demikian, Anda akan merasakan nyeri saat menekuk jari,” kata dr. Arina lagi.
-
Muncul keluhan lainnya pada area mata
Selain mengalami area tangan, leher, dan punggung, rasa nyeri juga bisa dirasakan pada area mata. Berlama-lama di media sosial secara tidak langsung berdampak pada kondisi kesehatan mata, yang membuatnya jadi lelah dan kering.
Tak hanya itu, orang-orang yang menatap layar gawai terlalu lama juga bisa mengalami mata minus atau kenaikan mata minus.
-
Aktivitas terganggu karena media sosial
Notifikasi media sosial yang tak hentinya berbunyi atau bergetar bisa mengaburkan konsentrasi, apalagi jika sedang melakukan pekerjaan penting atau sedang presentasi. Selain itu, pekerjaan juga bisa tidak selesai-selesai karena teralihkan dengan notifikasi tersebut, apalagi sedang terlibat obrolan penting.
Kualitas hangout dengan teman-teman pun juga bisa terganggu karena Anda terus-terusan memandangi dan asyik sendiri dengan gawai. Kalau begini terus, bukan tak mungkin mereka bisa perlahan menjauhi Anda.
Kalau itu terjadi, pertimbangkan untuk segera detoks media sosial agar tidak mengganggu kualitas dan produktivitas kerja.
“Mulailah untuk mengurangi bermain media sosial, terutama ketika sedang bekerja atau berkumpul dengan keluarga dan sahabat. Selain bisa dikatakan sebagai orang yang antisosial, produktivitas juga jadi terganggu dan membuat pekerjaan Anda tak kunjung selesai, ” jelas dr. Arina.
Sebetulnya tidak ada patokan waktu yang tepat untuk melakukan detoks media sosial. Namun bila mengalami tanda-tanda di atas dan membuat Anda tak nyaman, Anda perlu mempertimbangkan untuk melakukan detoks digital tersebut demi kesehatan fisik dan mental yang lebih baik.
[HNS/RN]