Pemandangan ini mungkin sering Anda lihat di tempat umum: sekelompok teman berkumpul di sebuah tempat makan. Sehabis mengambil foto, semuanya langsung buru-buru mengunggah foto ke media sosial masing-masing.
Anda pernah atau malah sering melakukannya? Hati-hati, keranjingan media sosial justru membuat Anda kesepian dan terisolasi. Mengapa bisa?
Saat berinteraksi langsung (bertatap muka) dengan orang lain, Anda akan mengeluarkan bentuk komunikasi nonverbal. Seperti ekspresi wajah, nada suara, gestur, bahasa tubuh, kontak mata, dan jarak antara Anda dengan orang tersebut.
Komunikasi nonverbal sangat penting untuk membina hubungan interpersonal yang baik. Dengan demikian, lawan bicara paham dengan apa yang Anda pikirkan dan rasakan.
Sedangkan saat Anda berinteraksi melalui gadget, bentuk komunikasi nonverbal ini digantikan dengan emoticon. Anda pun lebih mudah menyembunyikan emosi di baliknya. Inilah yang bisa membuat orang terisolasi.
Bagi Anda yang kesulitan dengan komunikasi tatap langsung, tentu ‘terbantu’ dengan komunikasi virtual ini. Tak heran media sosial menjadi candu bagi kebanyakan orang. Tapi, apakah baik jika seseorang berkomunikasi secara virtual terus-menerus?
Teori lainnya, mengintip kehidupan teman-teman di media sosial kadang bisa menimbulkan rasa iri. Anda berpikir orang lain memiliki kehidupan yang lebih bahagia dan sukses. Ini mungkin bisa menjadi pemicu rasa terisolasi.
Jadi, mulailah dari sekarang: jauhkan ponsel saat sedang berbicara dengan orang lain, dengarkan lawan bicara Anda, berikan respek dan empati. Karena memiliki satu orang sahabat di dunia nyata jauh lebih berharga ketimbang memiliki ratusan teman virtual di media sosial.
[RS]