Hampir setiap orang pernah marah. Namun, setiap orang akan menjadi penentu bagi dirinya sendiri dalam mengekspresikan kemarahannya.
Cara seseorang dalam mengekspresikan marahnya bisa digolongkan menjadi tiga jenis, yakni:
- Agresivitas ke orang lain (directed toward others), yaitu ekspresi marah yang merusak dengan cara negatif, sehingga mengakibatkan timbulnya agresivitas secara fisik dan lisan, seperti berteriak, menjerit, memukul, menghancurkan barang, melempar buku atau kursi;
- Mengarah ke dalam diri (directed inward) atau ditekan (supressed), akibatnya dapat merusak diri seseorang, karena dapat meningkatkan risiko tekanan darah tinggi, depresi, bunuh diri, penyakit pernapasan, membuat seseorang menjadi lebih banyak merokok, minum alkohol, gagal di sekolah dan sebagainya;
- Mengontrol dengan baik (well controlled), yaitu dengan mengekspresikan marah secara positif.
Tahukah Anda apa yang terjadi pada saat marah? Mengekspresikan marah secara positif atau terkontrol merupakan emosi yang menyehatkan dan menjadi tujuan setiap orang, respons stres secara positif akan mampu meningkatkan kemampuan seseorang untuk tampil baik di bawah tekanan. Namun disaat Anda tidak dapat menahan rasa emosional, atau mengalami alam perasaan yang kacau dan tidak bisa Anda atasi, maka akan terjadi banyak perubahan negatif dalam tubuh.
Pada keadaan marah, terjadi peningkatan hormon-hormon stres – yaitu adrenalin dan kortisol – yaitu hormon yang bertanggung jawab atas stres yang Anda rasakan. Berikut penjelasannya:
- Adrenalin
Merupakan hormon yang diproduksi oleh kelenjar adrenal. Adrenalin keluar setelah otak memberikan sinyal akibat rangsangan emosional dan stres yang cukup. Adenalin biasanya bekejasama dengan hormon norepinephrin yang berfungsi untuk menentukan sikap dan reaksi pada saat marah, emosi, atau saat terancam. Efek positif dari adrenalin yang meningkat adalah kita menjadi lebih fokus, dan terjadi peningkatan energi yang luar biasa. Namun ternyata hormon ini juga memberikan dampak negatif bagi kesehatan. Peningkatan adrenalin dapat mengakibatkan peningkatan detak jantung, tekanan darah, glukosa darah, dan asam lambung. Hormon ini juga membuat otot-otot menjadi tegang dan produksi keringat menjadi berlebih.
- Kortisol
Merupakan jenis hormon steroid yang juga dihasilkan oleh kelenjar adrenal. Hormon ini menekan sistem kekebalan tubuh, meningkatkan tekanan darah dan gula darah, menyebabkan jerawat, obesitas, osteoporosis, dsb.
Stres jangka panjang yang tidak tertangani dengan baik dapat menyebabkan aliran hormon adrenalin dan kortisol secara terus-menerus masuk ke dalam darah. Aliran ini akan menyebabkan berbagai masalah kesehatan yang merugikan bagi tubuh.
Tingginya kadar hormon tersebut dalam darah akan semakin meningkatkan risiko Anda untuk terkena serangan jantung, stroke, maupun koma akibat diabetes mellitus yang tidak terkontrol.
Perlu diingat bahwa penyakit-penyakit tersebut merupakan penyebab kematian tertinggi. Untuk itu, mulai saat ini kendalikanlah perasaan amarah dan stres yang Anda alami.
Bersyukur, tersenyum, tertawa, berkumpul dengan orang-orang tercinta, serta berpikir mengenai kerugian akibat emosi tidak terkontrol, menjadi cara yang ampuh untuk menahan amarah yang berlebih. Orang yang memiliki kemampuan mengontrol emosi akan jauh lebih sehat, dan cenderung memiliki umur yang lebih panjang.