Fenomena "Kaluna" mengacu pada pengalaman dan dilema yang dihadapi generasi saat ini, khususnya generasi yang berada di antara kewajiban merawat orang tua dan anak-anak mereka.
Film "Home Sweet Loan," yang disoroti dalam berita terbaru, menggambarkan bagaimana generasi ini, yang sering disebut "Sandwich Generation," berjuang dengan berbagai tantangan dalam memenuhi kebutuhan finansial mereka, termasuk memiliki rumah (sumber: CNN Indonesia).
Di tengah beban ini, muncul pula pandangan bahwa anak seharusnya tidak dipandang sebagai investasi masa depan keluarga.
Dalam artikel ini, Psikolog Iswan Saputro akan mengupas tentang apa itu Sandwich Generation, mengapa seorang anak bisa menjadi bagian dari fenomena ini, dan mengapa anak bukanlah sebuah "investasi" bagi masa depan keluarga.
Artikel lainnya: Sikap Orang Tua yang Bisa Merusak Anak
Apa Itu Sandwich Generation?
"Sandwich Generation" adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan orang dewasa yang terjepit di antara dua tanggung jawab besar: merawat orang tua yang sudah lanjut usia sekaligus mendukung anak-anak mereka.
Generasi ini umumnya terdiri dari individu yang berada di usia 30-an hingga 50-an, di mana mereka berperan sebagai pengasuh bagi orang tua mereka yang membutuhkan perhatian dan bantuan finansial, serta menjadi orang tua bagi anak-anak yang masih memerlukan dukungan, baik dalam pendidikan maupun kebutuhan hidup sehari-hari.
Fenomena ini diperparah oleh kondisi ekonomi saat ini yang semakin menantang. Banyak anggota Sandwich Generation menghadapi tekanan untuk memastikan kesejahteraan keluarga mereka sambil berusaha mencapai stabilitas finansial.
Bukan hanya biaya hidup sehari-hari yang menjadi beban, tetapi juga pengeluaran untuk pendidikan anak, asuransi kesehatan, dan biaya perawatan orang tua. Kombinasi tanggung jawab ini sering kali membuat mereka merasa terjebak dan mengalami stres yang berkepanjangan.
Artikel lainnya: Sikap Orang Tua yang Bikin Anak Membangkang
Mengapa Seorang Anak Bisa Menjadi Sandwich Generation?
Ada beberapa faktor yang menyebabkan seseorang menjadi bagian dari Sandwich Generation:
1. Harapan tradisional
Di banyak budaya, terutama di Asia, ada harapan bahwa anak-anak akan merawat orang tua mereka saat mereka menua. Orang tua cenderung menganggap bahwa anak-anak mereka adalah "jaminan sosial" yang akan menjaga dan mendukung mereka di masa tua.
2. Peningkatan usia harapan hidup
Kemajuan medis telah meningkatkan harapan hidup, menyebabkan lebih banyak orang tua yang membutuhkan dukungan lebih lama dari anak-anak mereka. Hal ini menambah beban finansial bagi generasi yang merawat mereka.
3. Kondisi ekonomi yang sulit
Biaya hidup yang terus meningkat, terutama dalam hal perumahan, pendidikan, dan kesehatan, memaksa generasi muda untuk lebih banyak bekerja dan menanggung beban finansial yang besar.
Sementara itu, banyak orang tua yang mungkin tidak memiliki tabungan yang cukup atau pensiun yang memadai untuk mendukung kehidupan mereka sendiri.
4. Anak yang bergantung lebih lama
Di zaman sekarang, anak-anak sering kali tetap tinggal bersama orang tua mereka lebih lama karena sulitnya mencari pekerjaan tetap atau biaya pendidikan yang tinggi.
Hal ini memperpanjang periode ketergantungan finansial anak pada orang tua, yang pada akhirnya membebani mereka sebagai Sandwich Generation.
5. Kurangnya persiapan finansial
Banyak orang tua yang tidak merencanakan keuangan mereka dengan baik untuk menghadapi masa tua. Akibatnya, beban tersebut jatuh pada anak-anak mereka yang harus mengambil alih tanggung jawab finansial.
Anak Bukan Sebuah Investasi Masa Depan Keluarga
Pandangan bahwa anak adalah investasi masa depan keluarga sering kali tumbuh dari harapan tradisional.
Banyak orang tua beranggapan bahwa dengan mendidik dan membesarkan anak-anak mereka, kelak mereka akan mendapatkan balasan dalam bentuk dukungan finansial dan perawatan di masa tua.
Meskipun wajar bagi anak untuk membantu orang tua, menempatkan anak sebagai "investasi" adalah pandangan yang perlu diperiksa ulang.
1. Tekanan dan beban mental
Melihat anak sebagai investasi menciptakan tekanan besar bagi anak tersebut. Mereka mungkin merasa terbebani oleh harapan untuk memberikan "pengembalian" atas apa yang telah diberikan oleh orang tua.
Tekanan ini bisa mempengaruhi kesehatan mental anak, menyebabkan stres, kecemasan, dan bahkan rasa bersalah jika mereka merasa tidak mampu memenuhi harapan tersebut.
2. Kemandirian anak
Anak perlu dididik untuk menjadi individu yang mandiri, baik secara finansial maupun emosional. Dengan menjadikan anak sebagai "jaminan" masa depan, orang tua mungkin tanpa sadar menghambat kemandirian anak karena mereka merasa bahwa anak selalu ada untuk mendukung mereka di masa depan.
3. Hubungan orang tua dan anak
Menempatkan anak sebagai investasi dapat merusak hubungan antara orang tua dan anak. Anak mungkin merasa bahwa kasih sayang orang tua bersyarat dan bergantung pada seberapa besar mereka mampu memberikan balasan. Hal ini bisa menciptakan jarak emosional dan menyebabkan konflik keluarga.
4. Realitas ekonomi
Kondisi ekonomi saat ini sering kali tidak memungkinkan bagi anak untuk menjadi penopang finansial orang tua mereka.
Biaya hidup yang tinggi, utang pendidikan, dan kebutuhan finansial pribadi sering kali membuat anak-anak kesulitan bahkan untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri. Harapan bahwa mereka juga harus mendukung orang tua bisa menjadi beban yang tidak realistis.
5. Membuat rencana keuangan sendiri
Orang tua perlu membuat perencanaan keuangan untuk masa tua mereka sendiri, seperti investasi, tabungan pensiun, atau asuransi kesehatan.
Dengan memiliki rencana finansial sendiri, mereka tidak perlu bergantung sepenuhnya pada anak-anak mereka dan dapat memberikan contoh yang baik tentang pengelolaan keuangan.
6. Pentingnya edukasi finansial
Mengedukasi anak tentang pengelolaan keuangan sejak dini adalah cara terbaik untuk membentuk generasi yang mandiri secara finansial.
Orang tua yang memberikan bekal pengetahuan keuangan kepada anak-anak mereka sebenarnya sedang melakukan investasi jangka panjang untuk membentuk generasi yang lebih siap menghadapi tantangan hidup, bukan sebagai penopang finansial mereka di masa depan.
Artikel lainnya: 8 Tanda Bahwa Kamu Telah Siap Menikah
Fenomena Kaluna dan Sandwich Generation adalah gambaran nyata dari tekanan yang dihadapi oleh generasi saat ini dalam mengelola tanggung jawab merawat orang tua dan anak-anak.
Pandangan tradisional bahwa anak adalah investasi masa depan keluarga harus ditinjau ulang karena hal ini menempatkan beban besar pada anak dan menghambat kemandirian mereka.
Sebagai orang tua, penting untuk merencanakan keuangan masa depan secara mandiri dan memberikan pendidikan finansial kepada anak-anak, sehingga mereka dapat tumbuh menjadi individu yang mandiri dan sehat secara emosional.
Dengan cara ini, hubungan antara orang tua dan anak akan lebih harmonis, dan generasi berikutnya akan lebih siap menghadapi tantangan finansial di masa depan.
Menjadi bagian dari sandwich generation penuh dengan tantangan. Pastikan Kamu menjaga kesehatan fisik dan mental. Unduh aplikasi KlikDokter untuk dapatkan tips kesehatan lainnya! Yuk, #JagaSehatmu selalu.
- The Sandwich Generation: Rising Financial Burdens for Middle-Aged Americans, Pew Research Center.
- Family Obligations and the ‘Sandwich Generation’, Journal of Marriage and Family.
- Financial Pressure and Well-being in the Sandwich Generation, American Journal of Public Health.
- Intergenerational Support and the Perception of Family Investment, Journal of Family Studies.