Kesehatan Mental

Generasi Milenial Lebih Mudah Cemas, Benarkah?

dr. Nitish Basant Adnani BMedSc MSc, 01 Jun 2018

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Pada kenyataannya, generasi milenial dikenal memiliki tingkat kecemasan yang lebih tinggi. Mengapa demikian?

Generasi Milenial Lebih Mudah Cemas, Benarkah?

Konon, generasi milenial dianggap mempunyai taraf kecemasan yang lebih dibandingkan dengan generasi-generasi sebelumnya. Bahkan, penelitian yang ada menunjukkan bahwa generasi milenial secara rata-rata menunjukkan taraf kecemasan yang lebih tinggi secara signifikan dibandingkan dua generasi sebelumnya.

Terdapat berbagai faktor yang dikaitkan dengan hal ini, termasuk perkembangan teknologi dan media sosial, ketidakpastian mengenai masa depan, dan berbagai faktor lainnya.

Media sosial dan tingkat kecemasan

Banyak hal diduga berhubungan dengan peningkatan kecemasan tersebut, salah satunya adalah obsesi anak di zaman modern terhadap perkembangan teknologi.

Hal tersebut dapat terlihat dari berbagai contoh ini. Generasi milenial senang menonton serial terbaru episode demi episode di laptop tanpa istirahat. Mereka juga terus-menerus memeriksa berapa likes yang didapat pada selfie yang terakhir diunggah. Selain itu, mereka juga gemar membaca tweet teman-teman tanpa henti hingga berjam-jam.

Para pakar mengatakan bahwa media sosial dan teknologi dapat memiliki berbagai dampak positif dan negatif terhadap generasi milenial. Salah satu dampak negatif akibat hal tersebut adalah meningkatnya kecemasan, karena mempermudah remaja untuk membandingkan performa dirinya dengan orang-orang di sekitarnya.

Dengan meningkatnya penggunaan media sosial di kalangan generasi milenial, semakin banyak remaja dan dewasa muda yang merasa bahwa dirinya harus mencapai target tertentu sesuai dengan apa yang dilihat di media sosial. Hal ini dapat membuat anak generasi milenial merasa cemas apabila mereka tidak dapat mencapai targetnya. Maka dari itu, media sosial penting untuk digunakan dengan bijak dan benar.

Masa depan yang belum pasti

Selain itu, generasi milenial yang rata-rata berada pada usia remaja dan dewasa muda dapat memiliki banyak ketidakpastian di dalam hidupnya pada usia saat ini. Generasi ini menghabiskan lebih banyak waktu dalam menempuh pendidikan formal, berpindah-pindah pekerjaan, dan mengosongkan jadwal untuk bepergian, dibandingkan dengan generasi-generasi sebelumnya.

Anak-anak generasi ini juga memiliki kecenderungan untuk menikah pada usia yang lebih tua dibandingkan orang tuanya. Dengan demikian, mereka menghabiskan lebih banyak waktu berada pada fase dimana pekerjaan bukan merupakan jaminan, dan masa depan tidak dapat diproyeksikan secara pasti.

Banyaknya perubahan yang berlangsung pada kehidupan generasi milenial di usia tersebut menyebabkan rasa cemas tentu juga dapat meningkat.

Di era modernisasi seperti saat ini, terdapat semakin banyak kesempatan dan peluang yang tersedia bagi generasi milenial, dibandingkan dengan pada generasi-generasi sebelumnya.

Hal ini dapat dilihat di bidang pendidikan dan karir, misalnya, dimana terdapat semakin banyak pilihan jurusan dan pekerjaan yang dapat ditempuh. Dengan berkembangnya industri dan teknologi, terdapat semakin banyak jenis pekerjaan baru yang memegang peran penting pada era saat ini.

Seiring dengan bertambahnya pilihan, generasi milenial dapat merasa semakin sulit untuk menentukan hal yang paling tepat dan sesuai bagi mereka.

Generasi milenial dianggap memiliki tingkat kecemasan yang lebih tinggi dibandingkan generasi sebelumnya. Namun, terdapat berbagai cara yang dapat diterapkan untuk membantu mengatasi hal ini. Salah satunya adalah dukungan dari anggota keluarga, teman-teman, dan orang lain yang berada di lingkungan sekitarnya.

Dengan dukungan yang tepat, kecemasan yang dialami oleh generasi milenial dapat mereda dan mereka dapat menjalani aktivitasnya dengan produktif tanpa rasa cemas. Selamat Hari Anak Internasional!

[NP/ RVS]

Cemas
Kecemasan
Milenial
generasi milenial
Hari Anak Internasional