Depresi bukan hanya sekadar perasaan sedih yang terjadi berkepanjangan. Kondisi ini bisa lebih parah dari itu, dan karenanya membutuhkan bantuan tenaga profesional seperti psikiater atau psikolog.
Saking parahnya, penderita depresi bahkan membutuhkan rangkulan dari orang-orang terdekat. Tidak sekadar untuk ‘menemani’, kehadiran orang terdekat bagi penderita depresi juga bisa menjadi sumber motivasi.
Sayangnya, tidak sedikit orang-orang yang bermaksud menolong penderita depresi malah membuat kondisi makin runyam. Salah satu penyebabnya adalah karena mereka —orang yang hendak menolong—tidak mengontrol perkataan yang dilontarkan pada penderita depresi.
Perkataan yang bikin depresi makin parah
Beberapa perkataan atau ungkapan yang bisa membuat penderita depresi ‘tenggelam’ dalam kesedihan yang lebih dalam lagi, antara lain:
-
“Banyak yang lebih menderita,” “Banyak yang lebih kesusahan,” “Anda kurang bersyukur.”
Setiap orang punya masalah masing-masing. Kemampuan untuk menyelesaikan masalah tersebut juga tidak bisa disamaratakan. Maka, sebagai seseorang yang sedang menolong penderita depresi, hindari membanding-bandingkan kondisi rekan Anda dengan keadaan di luar sana.
Selain itu, Anda juga sebaiknya tidak menyinggung tentang sikap bersyukur. Hal ini malah akan membuat kesehatan mental rekan Anda yang depresi lebih jatuh lagi.
-
“Kok terlihat biasa-biasa saja?”, “Kok tidak terlihat depresi?”, “Kok tidak terlihat sedih?”
Orang paling bahagia yang ada di samping Anda bisa saja sedang menutupi kondisi depresi yang dialaminya. Ini karena orang dengan depresi cenderung malu, bingung atau takut jika orang lain mengetahui tentang perasaannya tersebut. Mereka juga mungkin takut dianggap ‘sakit’, aneh atau ditinggalkan jika mengaku sedang depresi.
Perlu dipahami bahwa orang yang depresi butuh keberanian besar untuk mengakui kondisinya. Perkataan seperti di atas dapat membuat penderita depresi merasa bahwa Anda meragukannya. Karena itu, penderita depresi bisa saja kehilangan rasa percaya pada Anda sehingga enggan meminta tolong lebih lanjut.
-
“Ayo, ceria!”, “Lebih sering senyum dan tertawa.”, “Jangan sedih terus!”
Penderita depresi sangat sulit untuk kembali ceria atau merasa bahagia. Bahkan, untuk sekadar tersenyum, penderita depresi mungkin butuh lebih banyak energi.
Perlu dimengerti bahwa penderita depresi pasti sudah berusaha keras untuk membuang kesedihannya. Karena itu, perkataan yang mengajak penderita depresi untuk segera kembali ceria malah terkesan memaksa sehingga bisa menambah bebannya.
Pada dasarnya, depresi adalah masalah kesehatan mental. Tersenyum, tertawa atau terlihat ceria bukanlah parameter kesembuhan depresi. Bisa saja, hal-hal tersebut hanya ‘topeng’ untuk menutupi kesedihan yang mendalam.
-
“Masalah hanya ada di pikiran saja”
Perkataan ini dapat membuat penderita depresi merasa diserang atau dituduh berbohong mengenai kondisinya. Lagi pula, depresi itu sendiri bukan hanya masalah pikiran.
Anda tidak dapat menyembuhkan depresi hanya dengan mengubah pikiran agar tidak berpikir tentang kesedihan. Seperti dikatakan sebelumnya, penanganan depresi membutuhkan bantuan seorang psikolog atau psikiater. Bahkan, banyak kasus membutuhkan bantuan obat-obatan.
Membantu penderita depresi untuk terbebas dari perasaan sedih yang menyelimutinya memang merupakan perbuatan yang mulia. Namun, Anda mesti tahu cara bertindak yang tepat agar tidak salah langkah dan membuat keluhan semakin parah.
Jika memang tidak tahu betul cara menolong orang depresi, akan lebih bijak bila Anda mengajaknya untuk berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater. Jangan sampai bertindak ceroboh dan membuat kondisi makin menjadi-jadi.
(NB/RPA)