Akuarium memang memiliki sisi magis tersendiri. Suara gemericik air, ikan yang bergerak lambat-lambat, dengan liukan indah, bisa membuat Anda terhanyut saat melihatnya. Dan siapa sangka, hanya dengan mengamati ikan berenang di akuarium ternyata berguna untuk menghilangkan stres.
Dilansir Tonic Vice, studi tahun 2016 yang diterbitkan di jurnal Environment and Behavior menunjukkan bahwa melihat ikan berenang di akuarium selama sepuluh menit dapat menurunkan tekanan darah dan denyut jantung. Studi tersebut menilai respons fisik dan mental dari 112 partisipan, terhadap akuarium yang berisi beragam jenis ikan.
Temuan menunjukkan bahwa mereka lebih rileks, bahkan meskipun tidak ada ikan di dalam akuarium. Denyut jantung mereka menurun hingga tiga persen. Lalu saat ditambahkan ikan, denyut jantung dan tekanan darah menyusut hingga tujuh persen. Makin banyak ikan, makin membaik suasana hati mereka.
“Ketika menggunakan akuarium yang lebih besar dengan jenis ikan yang beragam, kami menemukan bahwa peningkatan mood orang jauh lebih besar,” kata Deborah Cracknell, peneliti independen yang terlibat dalam studi tersebut.
Manfaat terapi akuarium
Penelitian sebelumnya, yang dilakukan di Purdue University tahun 1999, menunjukkan bahwa terapi akuarium dapat memperbaiki pola makan dan perilaku pasien Alzheimer.
Studi tersebut diikuti 62 pasien Alzheimer di tiga fasilitas kesehatan selama 16 minggu. Periset mengamati perilaku pasien sebelum, saat, dan setelah sesi terapi akuarium. Hasilnya memperlihatkan bahwa terapi akuarium ini dapat meningkatkan asupan nutrisi pasien Alzheimer sebesar 21,1 persen dan membuat mereka lebih fokus.
Beberapa studi tambahan mengonfirmasi bahwa terapi akuarium efektif dalam mengurangi kecemasan pada pasien yang hendak operasi gigi, serta dapat membantu pasien autisme dan ADHD.
Menurut Steve Feldman, direktur eksekutif Human Animal Bond Research Institute, dengan meningkatnya bukti ilmiah yang mendukung efektivitas terapi yang dibantu hewan – termasuk terapi akuarium – membuat makin banyak rumah sakit, panti jompo, dan sekolah yang menggunakan terapi ini.
Terapi menggunakan hewan
Jika terapi akuarium “hanya” mengajak Anda untuk menikmati perilaku hewan dari satu sisi, berbeda halnya dengan terapi kesehatan dengan menggunakan hewan. Terapi dengan bantuan hewan melibatkan interaksi pasien dengan hewan untuk membantu mengatasi masalah kesehatan mereka.
Menurut laporan yang ditulis di National Public Radio, terapi menggunakan hewan ini sudah dilakukan sejak lebih dari 150 tahun lalu. Namun, baru pada akhir 1970-an, para peneliti mulai mengungkap dasar-dasar ilmiah di baliknya.
Satu dari studi awal, yang dipublikasikan tahun 1980, menemukan bahwa pasien serangan jantung yang memiliki hewan peliharaan hidup lebih lama ketimbang mereka yang tidak memiliki hewan peliharaan. Penelitian awal lainnya menunjukkan bahwa bermain dengan hewan peliharaan dapat menurunkan tekanan darah.
Sementara pada tahun-tahun belakangan, penelitian banyak menghubungkan terapi hewan dengan naiknya kadar oksitosin. Demikian kata Rebecca Johnson, perawat yang mengepalai Research Center for Human/Animal Interaction di University of Missouri College of Veterinary Medicine.
“Ini sangat menguntungkan bagi kita,” ujar Johnson. “Oksitosin membantu kita untuk merasa bahagia.”
Anjing dan kucing adalah dua hewan yang sering digunakan dalam terapi hewan. Namun, ikan, babi, kuda, dan hewan lainnya yang memenuhi kriteria juga dapat digunakan.
Di Jakarta, tepatnya di Lost Kingdom (sekarang Gelanggang Samudra Ancol), lumba-lumba pernah dijadikan terapi untuk membantu penyembuhan penderita autisme, dikutip dari buku Dahsyatnya Pengobatan Hewan oleh Dini Nuris Nuraini. Kala itu, dokter yang terlibat yakin bahwa tubuh lumba-lumba mengandung potensi yang dapat menyelaraskan kerja saraf motorik dan sensorik penderita autisme.
Hal yang menjadi perhatian utama dari terapi hewan adalah keamanan dan sanitasi. Namun, jangan khawatir, kebanyakan rumah sakit yang menggunakan terapi ini memiliki peraturan ketat yang memastikan bahwa hewan-hewan tersebut bersih, divaksinasi, terlatih dengan baik, dan berperilaku sesuai.
Stres dapat berdampak buruk bagi kesehatan fisik dan mental. Mungkin kondisi ini tak dapat sepenuhnya dihindari. Namun, Anda tetap memiliki kapasitas untuk mengelolanya dengan baik. Di samping terapi akuarium, maupun terapi hewan lainnya, ada banyak cara lain untuk menghilangkan stres. Salah satunya adalah dengan berolahraga.
Terapi akuarium diyakini bermanfaat untuk meningkatkan suasana hati. Melihat manfaatnya untuk mengusir stres, mungkin Anda dapat kembali memelihara ikan hias di rumah. Bila sedang suntuk, cukup dengan melihat ikan-ikan berenang, kepenatan Anda pun bisa hilang seketika. Yuk, coba!
[RVS]