Setiap orang memiliki respons yang berbeda dalam menghadapi kesedihan. Saat berduka, ada yang mencoba untuk menyibukkan diri agar bisa melupakan, tapi ada juga yang terlalu larut hingga menolak melakukan apa pun.
Satu hal yang pasti, rasa berkabung sering memengaruhi kondisi fisik dan mental seseorang. Lalu, apa yang terjadi pada tubuh saat seseorang mengalami kedukaan?
1. Detak jantung tidak teratur
Sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Open Heart mengungkapkan, mereka yang kehilangan pasangan cenderung mengalami detak jantung yang tidak teratur atau fibrilasi atrium. Hal ini umumnya terjadi pada mereka yang berusia di bawah 60 tahun. Bahkan, risiko fibrilasi atrium 41 persen lebih tinggi di antara orang-orang yang berduka atas kematian pasangannya.
Detak jantung tidak teratur ini biasanya berlangsung 8–14 hari setelah kematian dan dapat mereda sepenuhnya setelah 1 tahun. Oleh karena itu, mereka yang baru kehilangan orang yang sangat dicintainya harus mendapatkan dukungan yang positif.
2. Menurunnya sistem kekebalan tubuh
Sebuah penelitian di jurnal Age and Immunity menemukan, mereka yang kehilangan orang yang dicintai lebih rentan terhadap penyakit menular. Studi tersebut mengungkapkan, mereka yang telah lanjut usia mengalami penurunan fungsi neutrofil, sel darah putih yang digunakan untuk melawan infeksi
3. Mengalami kecemasan
Menurut British Psychological Society, kesedihan bisa membuat seseorang menjadi cemas. Dalam kasus kematian mendadak, pengaruh fisik yang dapat dirasakan adalah jantung berdegup kencang, menjadi hipersensitif terhadap suara dan membuat perut kembung.
4. Masalah kulit
Amanda Falkson, seorang psikoterapis asal Inggris, mengatakan bahwa kesedihan juga dapat memengaruhi kondisi fisik seseorang. Dalam hal ini, organ kulit dan pernapasan. Temuannya menjelaskan, masalah kulit lebih sering terjadi pada orang-orang yang sering memendam emosi.
Bagaimana cara mengatasi kesedihan?
Falkson menyarankan agar Anda selalu memperhatikan kondisi tubuh setiap saat. Biarkan air mata membasuhi pipi. Jika ingin marah, carilah tempat yang jauh dari keramaian untuk berteriak sekencang-kencangnya. Selain itu, janganlah mengisolasi diri sendiri terlalu lama.
“Tanyakan pada dokter Anda apakah mereka memiliki layanan konseling, atau pertimbangkan untuk bertemu dengan konselor secara pribadi. Jika Anda adalah orang yang beriman, konseling spiritual dapat ditawarkan melalui tempat ibadah,” kata Falkson.
Bagaimanapun juga, setiap orang memiliki cara yang berbeda-beda dalam mengatasi dukanya. Sering kali kematian membuat manusia takut untuk menjalani hidup. Maka jalan satu-satunya untuk menghadapi hal ini adalah hidup dengan berani dan penuh kesadaran.
[RS/ RVS]