Setelah ramai kata anjay, kini ada “polusi visual” yang heboh dibicarakan. Istilah itu dilontarkan seorang influencer perempuan di media sosial saat ia tak nyaman melihat penampilan fisik perempuan lain di sekitarnya.
Tak butuh lama bagi kasus yang dianggap warganet sebagai body shaming itu viral. Melihat hal tersebut, sebenarnya apa yang membuat wanita cenderung senang mengomentari penampilan fisik wanita lain?
Penyebab Perempuan Lakukan Body Shaming pada Perempuan Lain
Menurut penelitian ZAP Beauty Index 2020, 62 persen wanita Indonesia pernah menjadi korban body shaming.
National Eating Disorders Association (NEDA), Amerika Serikat, juga pernah mengatakan bahwa penyebab 65 persen orang mengalami gangguan makan adalah karena pengalaman body shaming yang dialami di masa lalu.
Menurut mereka, perundungan dan penghinaan terhadap bagian tubuh tetap membekas hingga usia korbannya mencapai 50-an!
Sebenarnya, pelaku body shaming bukan cuma perempuan, laki-laki pun melakukan hal semacam ini. Hanya saja, body shaming akan terasa lebih menyakitkan bila dilakukan sesama gender. Bukankah sesama gender seharusnya saling memahami?
Ikhsan Bella Persada, M.Psi., Psikolog berpendapat, ada beberapa faktor mengapa seseorang – dalam hal ini kaum hawa – sampai hati melakukan body shaming perempuan dan bukan melakukan women support women. Adapun sederet faktor yang dimaksud, antara lain:
-
Tidak Suka dengan Badan Sendiri tapi Melampiaskan ke Orang Lain
Psikolog Ikhsan mengatakan, “Orang yang mem-bully penampilan sering kali memproyeksikan bagian yang ia tidak suka di tubuhnya ke tubuh orang lain. Misalnya, sebenarnya ia tidak suka area perut dan bokongnya, tetapi ia berhasil mengubahnya.”
“Ketika ia melihat orang lain punya nasib yang sama dengan dirinya dulu (berkaitan dengan bentuk perut dan bokong juga), area tersebut akan menjadi concern dari si pem-bully untuk menyerang orang lain,” jelasnya.
Hal ini disebabkan oleh ketakutan, kecemasan, atau rendahnya self-esteem terhadap tubuh mereka sendiri.
-
Kurang Toleransi terhadap Perbedaan
Apa yang kita lihat di depan mata pasti tak selalu sesuai dengan keinginan. Ada sebagian orang yang biasa saja dengan hal itu.
Sayangnya, ada juga yang tidak menoleransi kondisi tersebut dan langsung menghakimi. Minimnya toleransi ujung-ujungnya menjadi penyebab body shaming.
Artikel Lainnya: Hati-hati, Body Image Bisa Pengaruhi Kehidupan Seks Wanita
-
Kurangnya Kemampuan Interpersonal dan Intrapersonal
Tak bisa dimungkiri, ada saatnya kita tidak terlalu suka dengan apa yang kita lihat dan rasakan. Psikolog Ikhsan mengatakan, itu sangat wajar.
Tetapi, kewajaran tersebut berubah menjadi masalah ketika ia langsung mengutarakannya tanpa memikirkan perasaan orang tersebut.
“Bila kemampuan interpersonal dan intrapersonalnya kurang, si individu akan langsung mengutarakan apa yang ada dalam pikirannya tanpa mempertimbangkan apakah orang lain akan sakit hati atau tidak. Ia tidak memikirkan dulu bagaimana bisa mengoreksi tetapi dengan cara yang baik,” tambah Ikhsan.
-
Mencari Perhatian dan Pembenaran
Saat ini, media sosial sudah memiliki power yang cukup tinggi. Seorang individu pun menjadi lebih berani menyampaikan pemikiran meski sering kali tanpa memikirkan dampak ke depannya.
“Ini ibarat seperti ajang unjuk gigi atau mencari perhatian plus validasi. Jadi, orang tersebut seperti ingin menunjukkan dirinya sendiri kepada publik bahwa pemikirannya benar,” kata Ikhsan.
-
Tidak Tahu Mana yang Boleh Dikomentari dan yang Tidak
Dinilai sendiri dalam hati dan pikiran boleh, tetapi menurut Ikhsan ada beberapa hal yang memang sebaiknya tidak diutarakan langsung secara blak-blakan.
“Fisik atau penampilan, lalu kondisi saat perempuan hamil dan pasca melahirkan, tidak baik untuk dikomentari,” sarannya. Baik laki-laki maupun perempuan, wajib paham hal ini.
Artikel Lainnya: Kenali Ciri Tubuh Sehat pada Wanita
Cegah Body Shaming, 3 Hal Ini Sebaiknya Tak Anda Komentari!
Selain kondisi penampilan saat hamil dan habis melahirkan, ada tiga hal lagi yang sebaiknya tak langsung Anda komentari, apalagi di ruang publik secara blak-blakan.
Jika Anda tetap melakukan hal tersebut, maka kepercayaan diri seseorang mungkin bisa langsung menghilang. Tiga hal yang dimaksud meliputi:
-
Berat Badan
Mau kurus atau gemuk, tak usah luangkan waktu untuk mengomentari hal ini. Anda tak pernah tahu apa yang tengah dialami orang tersebut.
Kalau ingin tahu kenapa ada perubahan yang terlalu signifikan, obrolkan secara pribadi dan baik-baik. Jika ia minta pertolongan, maka jangan segan membantu.
-
Fitur Unik
Bintik-bintik hitam, bulu yang lebat, tompel di pipi, rambut yang memutih meski masih muda, dan lain sebagainya tidak perlu Anda jadikan highlight.
Biarkan ia percaya diri dengan apa yang ia miliki sedari lahir. Selama tidak mengganggu aktivitasnya, tak usah repot berkomentar apalagi menyuruh untuk menghilangkannya.
-
Raut Wajah Lelah atau Tidak Segar
Menurut Renee Engeln, profesor psikologi di Northwestern University dan penulis Beauty Sick: How the Cultural Obsession with Appearance Hurts Girls and Women, menanyakan seseorang apakah ia sakit atau lelah hanya dari tampilan wajahnya mungkin membuat Anda terkesan berempati.
Sayangnya, hal itu sebenarnya bernada menghakimi. Sering kali, ketika wanita ditanyai hal ini, penyebabnya adalah karena tidak memakai riasan.
Engeln mengatakan, sebenarnya tidak ada alasan untuk membicarakan apakah seorang wanita memakai riasan atau tidak.
Sekarang Anda sudah tahu, kan, kenapa seorang perempuan cenderung melakukan body shaming terhadap perempuan lain?
Mulai saat ini, hindari perilaku tersebut agar orang lain dan diri sendiri bisa hidup tenang serta percaya diri! Untuk informasi kesehatan mental lainnya, download aplikasi Klikdokter.
(FR/AYU)