Merasa iri akibat melihat posting-an (unggahan) influencer, teman, atau orang lain di media sosial? Anda tak sendiran. Perasaan tersebut bisa wajar karena merupakan sifat dasar manusia. Namun bila terus-terusan iri atau kesal, itu bisa berdampak buruk pada kesehatan mental.
Media sosial telah mengubah pola dan cara seseorang berbagi informasi serta berinteraksi. Lewat beragam platform media sosial, Anda bisa dengan mudah terkoneksi dengan teman di kampung halaman setelah lama tak bersua, kakak kelas yang dulu disuka waktu masih di bangku sekolah, orang asing dari berbagai penjuru dunia, aktor kesayangan, dan masih banyak lagi.
Media sosial: manfaat vs mudarat
Bila dikelola dengan baik, media sosial sebenarnya dapat memberikan dampak positif. Namun di sisi lain, penggunaan secara berlebihan dapat melahirkan masalah, terutama berkaitan dengan kesehatan mental.
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa penggunaan media sosial yang berlebihan dapat menyebabkan gangguan tidur, gangguan cemas, bahkan depresi.
Dalam hal bertukar informasi, banyak sekali yang memanfaatkan media sosial sebagai ajang pamer berbagai aktivitas. Bahkan ini sudah menjadi sumber pendapatan. Misalnya pamer aktivitas liburan, pacar, kelucuan anak, nongkrong dengan teman-teman, makanan dan minuman, baju yang dipakai, kosmetik baru, dan lain-lain. Ini tak salah, karena memang itulah salah satu tujuan media sosial.
Melihat posting-an menyenangkan seperti itu, bisa timbul rasa iri jika itu semua jauh dari kenyataan hidup yang dimiliki. Selain iri, bisa juga timbul perasaan diri tak berguna, tidak bahagia, atau berakhir dengan meratapi nasib.
Tips mengatasi rasa iri akibat unggahan konten di media sosial
Apabila perasaan iri ini terjadi berlarut-larut, bukan tidak mungkin bisa timbul kecemasan dan depresi. Karenanya, pengguna media sosial media, apalagi yang punya lebih dari satu, harus bisa mengelola diri. Lakukan tips di bawah ini:
1. Kenali pemicu perasaan negatif
Perasaan negatif umumnya muncul ketika melihat unggahan tertentu di media sosial. Cari tahu konten seperti apa pemicunya. Misalnya pakaian atau produk perawatan kulit terbaru, pasangan, anak, liburan ke luar negeri, dan sebagainya.
Identifikasi hal-hal khusus yang membuat perasaan iri muncul. Jika sudah, sebaiknya atur pengaturan media sosial untuk mengurangi atau meminimalkan paparan konten seperti itu.
2. Akui perasaan iri
Jika merasa sedih atau iri, tak perlu sok cool atau berusaha memendam perasaan tersebut. Akui saja rasa iri atau perasaan negatif lainnya yang Anda rasakan. Setelah Anda menerimanya, lepaskan perasaan negatif tersebut dan ganti dengan emosi positif, misalnya rasa syukur.
3. Sadar realitas yang tidak tampak di media sosial
Seseorang akan cenderung menampilkan sesuatu menarik atau terlihat menyenangkan di akun media sosialnya (well, siapa juga yang mau posting konten seperti swafoto (selfie) dengan piyama bolong, makan malam dengan nasi kecap dan telur ceplok sendirian, atau aktivitas yang itu-itu saja?). Nah, Anda harus menyadari realitas tersebut—bahwa kebanyakan orang hanya ingin menampilkan yang terbaik tentang citra dirinya.
Apabila ada teman, influencer, atau orang lain yang laman media sosialnya tampak sempurna, ingatlah bahwa apa yang Anda lihat itu tidak merefleksikan seluruh kehidupannya. Bisa jadi orang tersebut juga mengalami masalah berat yang tak Anda tahu, bahkan bukan tak mungkin lebih berat dan permasalahan hidup Anda. Dengan demikian, rasa iri akan perlahan hilang.
Selanjutnya
4. Fokus pada hal-hal baik dalam hidup
Saat melihat kesuksesan orang lain yang dipamerkan di media sosial, mungkin ada perasaan iri, miris, atau merasa belum mencapai apa pun. Alih-alih merasa iri, lihatlah hal-hal positif yang terjadi dalam hidup Anda.
Coba lihat kehidupan Anda sejauh ini, keluarga, pendidikan, karier, dan orang-orang yang selalu ada untuk Anda. Hitung berkat yang sudah Anda terima sepanjang hidup. Penelitian menyebut, orang-orang yang kerap menulis jurnal yang berisi rasa syukur akan memiliki kualitas hidup yang lebih baik. Ini karena mereka terbiasa melihat sisi positif dalam hidup.
5. Ubah menjadi semangat
Anda dapat mengubah perasaan iri menjadi motivasi untuk belajar dan bekerja lebih baik lagi. Jangan biarkan perasaan iri tersebut membuat Anda mengurung diri dan meratapi nasib. Sebaliknya, manfaatkan untuk memacu diri lebih baik demi meraih kesuksesan.
6. Detoks media sosial
Bila memang perlu, coba, deh detoks media sosial, yakni rehat selama beberapa waktu dengan tidak menggunakan media sosial apa pun. Selama waktu tersebut, Anda bisa fokus berinteraksi tatap muka dengan teman dan/atau keluarga, membangun relasi (networking) secara offline, atau lebih peduli dengan hal-hal yang terjadi di kehidupan nyata.
Jika sudah siap, Anda bisa kembali menggunakan media sosial dengan perspektif yang baru.
Demikianlah tips mengatasi rasa iri yang timbul akibat melihat posting-an media sosial, yang penting dilakukan untuk menjaga kesehatan mental. Ingat, baik buruknya media sosial ada di tangan penggunanya. Apabila setelah melakukan tips di atas perasaan negatif tak juga hilang, bahkan memburuk, sebaiknya pertimbangkan untuk berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater supaya bisa ditangani dengan tepat.
(RN)