Tertawa adalah salah satu bentuk ekspresi emosi yang paling universal. Hampir semua orang tertawa, baik itu karena mendengar lelucon lucu, menonton acara komedi, atau bahkan karena situasi yang tidak disengaja.
Namun, setiap orang memiliki cara tertawa yang berbeda-beda. Ada yang tertawa dengan suara keras, ada yang tertawa kecil, ada yang tertawa sampai terengah-engah, bahkan ada yang tertawa dengan suara unik, hingga membuat orang lain ikut tertawa hanya karena suara tertawa tersebut.
Keunikan tertawa setiap individu sering kali menjadi bagian dari karakter atau ciri khas mereka. Kita semua pasti pernah mendengar tertawa seseorang yang begitu khas, hingga meski tanpa melihat wajahnya, kita tahu siapa yang tertawa.
Ada pula jenis tertawa yang begitu menular, membuat orang lain yang mendengar tertawa ikut terhibur tanpa mengetahui alasannya.
Fenomena tertawa yang bervariasi di antara manusia menimbulkan pertanyaan: Mengapa cara tertawa setiap orang bisa berbeda-beda? Apa yang menyebabkan jenis tertawa yang unik ini?
Dalam artikel ini, kita akan membahas mengapa tertawa manusia bisa berbeda dan unik, bagaimana mekanisme tertawa terjadi dalam tubuh, serta mengapa tertawa bisa begitu menular.
Artikel lainnya: Mengungkap Manfaat Kesehatan Yoga Tertawa
Mengapa Jenis dan Cara Tertawa Manusia Bisa Berbeda dan Unik?
Jenis dan cara tertawa manusia sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik dari aspek biologis, psikologis, maupun sosial. Berikut adalah beberapa alasan mengapa cara tertawa seseorang bisa berbeda dari yang lain:
1. Faktor biologis
Secara biologis, tertawa melibatkan berbagai komponen fisik dan neurologis yang unik pada setiap individu. Bentuk mulut, struktur pita suara, dan cara otot-otot wajah berkontraksi saat tertawa dapat menciptakan suara tertawa yang unik.
Beberapa orang memiliki suara tertawa yang keras karena saluran pernapasannya lebar, sementara yang lain memiliki suara tertawa yang lebih kecil atau teredam karena struktur pita suara atau mekanisme pernapasan yang berbeda.
Perbedaan genetis juga dapat memainkan peran dalam cara seseorang tertawa. Suara, bentuk wajah, dan kebiasaan motorik yang diturunkan dari orang tua bisa memengaruhi ekspresi tawa seseorang.
Itulah mengapa terkadang kita melihat anggota keluarga memiliki cara tertawa yang mirip atau sama-sama keras.
2. Pengaruh psikologis dan emosional
Cara tertawa seseorang juga dapat mencerminkan kondisi emosional mereka. Orang yang cenderung lebih terbuka dan ekspresif mungkin memiliki tertawa yang keras dan lepas, sedangkan mereka yang lebih introvert atau cenderung menahan diri mungkin tertawa dengan lebih lembut.
Selain itu, tertawa juga dipengaruhi oleh suasana hati dan tingkat kenyamanan seseorang dalam suatu situasi sosial. Seseorang mungkin tertawa lebih riang dalam situasi yang nyaman dibandingkan ketika berada dalam lingkungan yang dianggap lebih formal atau menegangkan.
Emosi yang kuat, seperti kegembiraan atau rasa terkejut, juga dapat memengaruhi bagaimana seseorang tertawa. Tertawa yang muncul karena euforia biasanya lebih keras dan tidak terkendali, sementara tertawa yang muncul karena sopan mungkin lebih pendek dan lebih tenang.
3. Lingkungan dan budaya
Lingkungan dan budaya juga memainkan peran penting dalam cara seseorang tertawa. Dalam beberapa budaya, tertawa dengan suara keras mungkin dianggap kurang sopan atau tidak pantas, sementara di budaya lain, tertawa dengan keras dan terbuka bisa jadi hal yang umum.
Kebiasaan tertawa ini dapat dipengaruhi oleh norma sosial yang diajarkan sejak kecil dan kemudian menjadi bagian dari kebiasaan seseorang. Lingkungan sosial di sekitar kita juga dapat membentuk cara kita tertawa.
Jika seseorang berada di antara teman-teman yang sering tertawa keras dan lepas, mereka mungkin cenderung meniru gaya tersebut. Sebaliknya, dalam lingkungan formal atau konservatif, orang mungkin akan menyesuaikan cara tertawa mereka agar lebih sesuai dengan norma yang berlaku.
Artikel lainnya: 5 Fakta Seputar Tertawa yang Perlu Anda Tahu
Bagaimana Mekanisme Tertawa dalam Tubuh Manusia?
Tertawa adalah respons kompleks yang melibatkan berbagai bagian tubuh, mulai dari otak hingga otot perut. Mekanisme tertawa dimulai di otak, tepatnya di sistem limbik, yang bertanggung jawab atas emosi.
Ketika seseorang menemukan sesuatu yang lucu atau menghibur, sinyal dikirim ke berbagai bagian otak yang mengontrol gerakan otot dan pernapasan. Berikut ini adalah tahapan mekanisme tertawa:
1. Otak menerima rangsangan lucu
Ketika kita mendengar atau melihat sesuatu yang lucu, otak kita merespons dengan mengaktifkan bagian otak yang bertanggung jawab atas emosi dan perasaan bahagia.
Area seperti korteks prefrontal, amigdala, dan sistem limbik memainkan peran penting dalam memproses humor dan tertawa.
2. Koordinasi otot dan pernapasan
Setelah otak memutuskan bahwa sesuatu itu lucu, ia mengirimkan sinyal ke otot-otot wajah, dada, dan perut untuk memulai respons tertawa.
Otot-otot di wajah bergerak untuk menciptakan ekspresi tertawa, sementara otot-otot di dada dan perut terlibat dalam pergerakan cepat udara dari paru-paru yang menghasilkan suara tawa.
3. Pernapasan yang tidak terkendali
Tertawa melibatkan serangkaian tarikan napas cepat yang diikuti oleh pelepasan udara yang cepat. Itulah mengapa saat seseorang tertawa terbahak-bahak, mereka bisa terengah-engah karena pernapasan yang tidak teratur.
Pernapasan ini dikontrol oleh otot-otot di sekitar diafragma, dan dalam beberapa kasus, tertawa yang terlalu intens bisa membuat seseorang merasa kehabisan napas.
4. Produksi suara
Pita suara di laring (kotak suara) menghasilkan suara tawa saat udara didorong keluar dari paru-paru. Cara pita suara ini bergetar dapat menentukan nada dan volume suara tawa seseorang. Itulah mengapa ada variasi tawa yang berbeda, mulai dari tawa ringan hingga tawa terbahak-bahak.
Artikel lainnya: Manfaat Sehat Tertawa yang Perlu Anda Tahu
Mengapa Tertawa Itu Menular?
Pernahkah Kamu berada di dalam ruangan di mana seseorang mulai tertawa, dan kemudian semua orang di sekitarnya ikut tertawa tanpa mengetahui alasan sebenarnya?
Fenomena ini dikenal sebagai tawa yang menular, dan ini adalah reaksi sosial yang sangat umum. Ada beberapa penjelasan mengapa tertawa bisa begitu menular:
1. Respon sosial dan emosi kolektif
Tertawa adalah bentuk komunikasi sosial yang sangat kuat. Ketika seseorang tertawa, otak orang lain yang berada di sekitar mereka dapat menangkap sinyal-sinyal sosial dan emosional tersebut.
Menurut penelitian, ketika seseorang mendengar tawa orang lain, area otak yang bertanggung jawab atas pengolahan emosi ikut aktif, dan ini mendorong mereka untuk tertawa juga. Ini adalah cara otak merespons sinyal sosial dan menciptakan rasa kebersamaan dalam kelompok.
2. Pengaruh cermin pada otak
Penelitian menunjukkan bahwa neuron cermin di otak berperan dalam fenomena ini. Neuron cermin adalah sel-sel saraf yang aktif ketika seseorang melihat tindakan yang dilakukan oleh orang lain, seolah-olah mereka sendiri yang melakukan tindakan tersebut.
Jadi, ketika seseorang melihat atau mendengar tawa orang lain, neuron cermin mereka ikut aktif dan menciptakan dorongan untuk tertawa juga. Ini menjelaskan mengapa tertawa begitu cepat menyebar di antara orang-orang dalam kelompok sosial.
3. Efek psikologis kebahagiaan bersama
Tertawa dalam kelompok juga memperkuat ikatan sosial dan menciptakan suasana kebersamaan yang positif. Saat tertawa bersama, tubuh kita melepaskan endorfin, yang dikenal sebagai hormon kebahagiaan.
Endorfin ini tidak hanya membuat kita merasa lebih baik secara individu, tetapi juga meningkatkan rasa keterikatan dan kedekatan dengan orang lain. Efek ini sangat penting dalam memperkuat hubungan sosial dan menciptakan perasaan harmoni dalam kelompok.
Tertawa adalah ekspresi emosi yang unik dan beragam di antara manusia. Faktor biologis, psikologis, dan sosial semuanya mempengaruhi bagaimana dan mengapa seseorang tertawa dengan cara yang berbeda.
Mekanisme tertawa melibatkan banyak aspek tubuh, mulai dari otak hingga otot, dan proses ini menghasilkan berbagai jenis suara tawa yang berbeda.
Selain itu, tertawa adalah fenomena sosial yang menular. Tawa dengan mudah menyebar di antara orang-orang, menciptakan kebersamaan dan memperkuat hubungan sosial.
Fenomena ini membuktikan bahwa tertawa tidak hanya sekadar ekspresi kebahagiaan, tetapi juga alat komunikasi yang penting dalam membangun ikatan di antara manusia.
Untuk informasi tambahan mengenai kesehatan pribadi, keluarga, parenting, kehamilan, dan hewan peliharaan, unduh aplikasi KlikDokter atau langsung pilih topik kesehatan yang Kamu inginkan.
- Provine, R. R. (2000). Laughter: A Scientific Investigation. Penguin Books.
- Scott, S. K., et al. (2014). "The social life of laughter." Trends in Cognitive Sciences, 18(12), 618-620.
- Warren, J. E., et al. (2006). "Positive emotions preferentially engage an auditory-motor 'mirror' system." Journal of Neuroscience, 26(50), 13067-13075.
- Wild, B., et al. (2003). "Are emotions contagious? Evoked emotions while viewing emotionally expressive faces: quality, quantity, time course, and gender differences." Psychiatry Research, 120(1), 91-106.
- Dunbar, R. I. M., et al. (2012). "Social laughter is correlated with an elevated pain threshold." Proceedings of the Royal Society B: Biological Sciences, 279(1731), 1161-1167.