Hypomania adalah kondisi yang membuat seseorang jadi bersemangat dan lebih aktif dari biasanya. Hypomania dapat memengaruhi suasana hati, pikiran, dan perilaku seseorang.
Perubahan suasana hati dan perilaku ini masih berhubungan dengan gangguan bipolar tipe 2.
Hypomania atau hipomania memiliki banyak kesamaan dengan kondisi mania. Namun, gejala hipomania tidak terlalu parah dan episodenya dapat berlangsung dalam waktu lebih singkat.
Apa yang Menyebabkan Hipomania?
Menurut Ikhsan Bella Persada,M.Psi., Psikolog., belum diketahui pasti penyebab seseorang mengembangkan perilaku hypomania. Namun, ada beberapa hal yang dapat memicu munculnya hipomania.
“Bisa disebabkan oleh perubahan hormon di otak, terutama ketika hormon dopamin meningkat. Kemudian, penggunaan obat juga dapat memicu hipomania. Selain itu, misalnya seseorang tidak tahu bagaimana cara merespons suatu stres,” jelas psikolog Ikhsan.
Artikel Lainnya: Jangan Asal Sebut! Ini Perbedaan Moody dan Bipolar
Melansir dari Medical News Today, gejala dari beberapa kondisi kesehatan mental tertentu juga dapat menyebabkan seseorang mengalami hipomania
Sebuah tinjauan yang dikutip dari Pubmed menyatakan, ada beberapa kondisi kesehatan mental yang memiliki gejala seperti hipomania, seperti:
- Gangguan siklotimia.
- Skizofrenia.
- Gangguan kecemasan parah.
- Gangguan obsesif kompulsif parah (obsessive-compulsive disorder).
- Gangguan kepribadian histrionik.
- Gangguan kepribadian ambang (borderline personality disorder).
Apa saja Gejala Hypomania?
Melansir dari Psych Central, episode hipomania biasanya berlangsung sekitar 4 hari berturut-turut.
Orang yang mengalami hipomania tetap dapat melanjutkan aktivitas sehari-hari seperti biasa.
Akan tetapi, mereka dapat membuat keputusan atau melakukan hal-hal di luar kendali. Akibatnya, mereka dapat melakukan hal yang berbahaya atau merugikan dirinya sendiri.
Karena berisiko menunjukkan perilaku yang sulit dikontrol, orang dengan hipomania dapat memicu atau membuat konflik dengan orang lain di sekitarnya.
Orang yang mengalami hipomania juga cenderung meluapkan emosi yang ia rasakan tanpa menyaring atau meredamnya terlebih dahulu.
Melansir dari Very Well, gejala yang dialami orang dengan hipomania berbeda-beda. Contoh perilaku dan karakteristik hipomania meliputi:
- Berperilaku tidak pantas, seperti berkomentar kasar kepada orang lain.
- Berpakaian atau berperilaku tidak sopan.
- Hasrat seksualnya meningkat sehingga ia dapat menghabiskan uang untuk hal-hal pornografi, melakukan hubungan seks berisiko, atau terlibat perselingkuhan.
- Tidak fokus saat diajak bicara dan suka mengalihkan pembicaraan.
- Kurang tidur.
- Impulsif membelanjakan uang untuk barang atau hal kurang penting.
- Berbicara cepat sehingga sulit bagi orang lain untuk memahami apa yang diucapkannya.
Artikel Lainnya: Kenali Tanda dan Pencegahan Bunuh Diri pada Pengidap Bipolar
Gejala hipomania memang tidak separah kondisi mania. Namun bila tidak diberikan penanganan yang tepat, kondisi hipomania bisa berkembang menjadi mania.
Seseorang dapat mengalami gejala hipomania karena mengonsumsi obat-obatan tertentu, seperti kokain atau obat-obatan psikiatri seperti antidepresan.
Untuk mendiagnosis hipomania, psikiater atau psikolog akan menanyakan tentang obat-obatan yang sedang Anda konsumsi.
Jika konsumsi obat-obatan tertentu membuat Anda mengalami hipomania, dokter mungkin dapat memberikan resep obat lain.
Apabila Anda atau orang terdekat memiliki gejala seperti yang disebutkan di atas sebaiknya, segera berkonsultasi dengan dokter atau psikiater.
Untuk berkonsultasi langsung dengan psikiater atau psikolog, Anda bisa menggunakan fitur LiveChat di aplikasi Klikdokter.
(OVI/AYU)