Apakah Anda termasuk orang yang mengharapkan segala hal berjalan sempurna? Tidak bisa melihat kekurangan dalam sebuah pekerjaan? Mungkin Anda menganggap diri seorang perfeksionis. Tak jarang, kondisi tersebut disamakan dengan obsessive compulsive disorder (OCD). Kedua hal ini mungkin berkaitan, tapi sebenarnya berbeda.
OCD sudah termasuk sebagai penyakit atau gangguan mental, sedangkan perfeksionis dapat disebut sebagai sifat atau kepribadian. Pada dasarnya, perfeksionis adalah sifat yang positif pada tahap tertentu dan bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.
Rata-rata orang yang perfeksionis lebih diterima dibandingkan orang yang malas. Dalam studi, perfeksionis dibagi ada dua tipe utama, yaitu:
-
Perfeksionis yang adaptif/sehat
Perfeksionis jenis ini membuat standar yang tinggi untuk diri sendiri dan orang lain. Mereka cenderung gigih dalam menghadapi kesulitan atau tantangan. Orang yang memiliki sifat perfeksionis yang sehat biasanya memiliki perilaku yang baik dan memiliki keterampilan berorganisasi dengan baik.
Pada umumnya, orang perfeksionis yang sehat memiliki kehidupan psikologis yang baik serta punya prestasi yang bagus pada sekolah dan tempat kerja.
-
Perfeksionis yang maladaptif atau tidak sehat
Tipe perfeksionis yang tidak sehat ini biasanya tidak bisa berpindah dari kesalahan di masa lalu. Mereka pun cenderung disibukkan secara berlebihan akibat masalah tersebut. Orang dengan perfeksionis maladaptif juga biasanya sangat takut membuat kesalahan baru.
Mereka selalu dipenuhi dengan rasa ragu-ragu untuk melakukan sesuatu dengan benar. Pengidap perfeksionis ini biasanya dibebani oleh orang tua atau atasan yang berekspektasi tinggi. Pada umumnya, orang perfeksionis yang tidak sehat berhubungan dengan stres, kepercayaan diri yang rendah, dan gejala gangguan mental.
Hubungan OCD dan perfeksionis
Perfeksionis yang tidak sehat memiliki hubungan yang erat dengan gangguan mental OCD. Adapun OCD adalah gangguan perilaku kronis yang menyebabkan penyandangnya tidak memiliki kontrol atas pikiran-pikiran obsesifnya dan perilakunya yang kompulsif atau berulang-ulang.
Dulu, kondisi ini dimasukkan ke dalam kategori gangguan kecemasan. Namun kini, OCD telah menjadi kategori tersendiri.
Perfeksionis yang tidak sehat menjadi sangat kuat jika mereka memiliki kebutuhan yang kuat untuk melakukan sesuatu dengan benar atau membutuhkan kepastian. Sebagai contoh, perfeksionis yang tidak sehat sangat kuat jika mereka merasa sifat kompulsi harus dilakukan dengan cara yang benar.
Selain itu, perfeksionis maladaptif cenderung tinggi tingkat kecemasannya jika gejala OCD berputar di sekitar “pemeriksaan”. Contohnya, jika penderita merasa tidak memiliki kepastian sempurna bahwa mereka telah mengunci pintu atau mematikan kompor. Mereka mungkin kembali untuk memeriksa barang-barang ini berulang kali.
Rasa takut yang berlebihan itu dapat menciptakan kesalahan besar, seperti membiarkan pintu terbuka sepanjang hari atau membakar rumah dengan membiarkan kompor menyala. Ironisnya, memeriksa berulang kali memperkuat gagasan bahwa mereka tidak sempurna atau bahkan mungkin “kehilangan akal”.
Hal ini dapat membuat mereka merasa lebih buruk dan kurang percaya diri. Tentu saja, situasi itu membuat mereka siap untuk melakukan lebih banyak pemeriksaan.
OCD memiliki obsesi yang tidak sehat
Perfeksionis yang tidak sehat juga berhubungan erat dengan obsesi. Misalnya, banyak orang dengan OCD mungkin percaya bahwa mereka harus memiliki kendali penuh atas pikirannya.
Jadi, ketika pikiran aneh atau menyedihkan muncul secara intrusi ke dalam pikiran, mereka melabeli pemikiran ini “berbahaya” karena berada di luar kendalinya. Ini menyebabkan mereka memantau pikiran itu lebih serius, yang dapat membantu menciptakan obsesi.
Meski memiliki hubungan, OCD dan perfeksionis adalah dua kondisi kejiwaan yang berbeda. Kalau perfeksionis adalah salah satu kepribadian, OCD berhubungan erat dengan gangguan mental. Bila Anda memiliki sifat perfeksionis, tapi dengan kecenderungan obsesif dan tidak sehat, Anda bisa berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater.
[HNS/ RVS]