Silo mentality adalah fenomena perilaku karyawan yang sering ditemui di perusahaan. Karyawan dengan mentalitas ini cenderung memiliki ambisi yang tinggi dan oportunis dengan memanfaatkan peluang dan informasi yang dimiliki.
Jika silo mentality dimiliki oleh seseorang dapat berdampak pada kenyamanan dan produktivitas karyawan lain dalam perusahaan.
Hal ini disebabkan adanya sikap licik, kompetisi yang tidak sehat, dan mengambil keuntungan dari kesempatan yang ada untuk menonjolkan diri.
Fenomena ini dapat mengikis visi dan misi perusahaan untuk memiliki lingkungan kerja yang sehat secara mental bagi karyawannya.
Dalam artikel ini Psikolog Iswan Saputro akan membahas secara mendalam tentang pengertian silo mentality, ciri-cirinya, mengapa erat kaitannya dengan sikap licik, cara menghadapi orang dengan mentalitas ini, serta dampaknya terhadap budaya perusahaan.
Artikel lainnya: Kenali Bahaya Hustle Culture dalam Dunia Kerja
Pengertian Silo Mentality
Silo mentality diambil dari kata “silo” yang berarti sebuah bangunan tinggi untuk menyimpan hasil panen pertanian, namun tidak memiliki jendela atau pintu sehingga membuat akses untuk masuk dan terhubung menjadi sangat terbatas.
Silo mentality adalah sikap seseorang atau kelompok dalam organisasi yang enggan berbagi informasi, sumber daya, dan dukungan kepada rekan kerja atau departemen lain.
Mereka bekerja secara diam-diam, mengisolasi diri, dan menyimpan informasi untuk kepentingan pribadi atau kelompok sehingga tidak terbentuk kerjasama dan koordinasi yang efektif.
Fenomena ini sering dijumpai pada organisasi dengan pola komunikasi yang buruk. Silo mentality membentuk perilaku yang berfokus pada keuntungan pribadi atau kelompok mereka, dibandingkan mengutamakan kepentingan organisasi. Hal ini menghambat kolaborasi, inovasi, dan efisiensi operasional.
Artikel lainnya: Tetap Asyik di Lingkungan Kerja yang Toxic
Ciri-Ciri Orang yang Memiliki Silo Mentality
Beberapa ciri-ciri orang yang memiliki silo mentality dalam organisasi:
1. Enggan berbagi informasi
Mereka sering menyimpan informasi penting yang sebenarnya dapat bermanfaat bagi tim atau departemen lain.
2. Kurang kolaboratif
Mereka cenderung bekerja sendiri atau hanya dengan kelompok kecil mereka sehingga menghindari kolaborasi dengan pihak lain.
3. Kompetitif berlebihan
Mereka melihat rekan kerja sebagai pesaing yang harus dikalahkan daripada dirangkul untuk menuju tujuan organisasi.
4. Kurangnya transparansi
Mereka tidak transparan dalam pekerjaan mereka dan sering kali menutupi proses atau hasil kerja yang sudah dilakukan.
5. Menghindari pertanggungjawaban
Mereka cenderung menghindari tanggung jawab bersama dan lebih fokus pada pencapaian pribadi.
6. Mengambil kredit atau pengakuan sendiri
Mereka sering mengambil kredit atau pengakuan atas pekerjaan yang melibatkan tim, memperlihatkan diri sebagai "pahlawan" dalam organisasi.
7. Kurangnya empati
Mementingkan diri sendiri dengan merendahkan atau merugikan orang lain menunjukkan rendahnya empati dalam bekerja.
Artikel lainnya: Jenis-jenis Bahaya di Tempat Kerja yang Berisiko Tingkatkan Penyakit
Alasan Silo Mentality Erat dengan Sikap Licik dan Merendahkan
Silo mentality sering dikaitkan dengan sifat licik dan suka merendahkan orang lain karena beberapa alasan berikut:
1. Takut akan kompetisi sehat
Silo mentality dapat menjadi indikator kurangnya kepercayaan diri dan kematangan emosional seseorang dalam lingkungan sosial. Hal ini juga didorong dari rasa takut berkompetisi secara sehat sehingga cemas jika orang lain lebih unggul.
2. Keinginan untuk menonjol
Mentalitas ini dapat membentuk ego yang besar dan keinginan untuk dilihat sebagai yang terbaik. Mereka merasa bahwa menyimpan informasi penting dapat membuat mereka lebih berharga di mata atasan.
3. Krisis dan kurang mampu membangun kepercayaan
Mereka sering kali tidak mudah percaya pada kemampuan dan niat baik rekan kerja. Hal ini mendorong mereka untuk bekerja sendiri dan menghindari kolaborasi.
4. Manipulasi dan kontrol
Dengan menyimpan informasi, mereka dapat mengendalikan situasi dan memanipulasi hasil pekerjaan untuk keuntungan pribadi.
Menghadapi Orang dengan Silo Mentality
Menghadapi individu dengan silo mentality membutuhkan strategi khusus untuk memastikan bahwa budaya kerja yang sehat dan kolaboratif tetap terjaga. Berikut beberapa cara untuk menghadapi orang dengan mentalitas ini:
1. Membangun kepercayaan
Cobalah untuk membangun hubungan yang didasarkan pada kepercayaan dengan orang tersebut. Tunjukkan bahwa Kamu menghargai kontribusi mereka dan bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama.
2. Komunikasi terbuka
Dorong komunikasi yang terbuka dan transparan dalam membahas sesuatu. Buatlah pertemuan rutin dimana informasi dapat dibagikan secara bebas dan semua anggota tim merasa didengar.
3. Memberikan pengakuan yang adil
Pastikan bahwa setiap orang mendapatkan pengakuan yang adil atas kontribusi mereka. Ini akan membantu mengurangi rasa iri dan kompetisi yang tidak sehat.
4. Pelatihan dan pengembangan
Sediakan pelatihan dan pengembangan profesional untuk membantu individu dengan silo mentality mengembangkan keterampilan kolaboratif dan komunikasi.
5. Penghargaan dan pengakuan
Buatlah sistem penghargaan dan pengakuan baik secara materiil dan nonmaterial bagi karyawan untuk mendorong kerja tim dan kolaborasi. Misalnya, berikan penghargaan kepada tim, bukan individu, untuk proyek yang berhasil.
Artikel lainnya: Tidak Suka dengan Pekerjaan Anda Sekarang? Ini Cara Atasinya
Silo Mentality dapat Merusak Budaya Perusahaan
Silo mentality dianggap merusak budaya perusahaan karena beberapa alasan berikut:
1. Menghambat inovasi
Ketika informasi tidak dibagikan, ide-ide baru tidak dapat berkembang dengan baik. Hal ini menghambat inovasi dan kreativitas dalam organisasi.
2. Menurunkan efisiensi
Kurangnya kolaborasi dan komunikasi menyebabkan duplikasi pekerjaan dan berdampak pada operasional suatu perusahaan.
3. Merusak moral tim
Silo mentality dapat menurunkan moral tim karena menciptakan lingkungan kerja yang penuh dengan ketidakpercayaan dan kompetisi yang tidak sehat.
4. Buruknya pengambilan keputusan
Informasi yang tidak lengkap atau tidak tepat waktu dapat menghalangi pengambilan keputusan yang baik dan cepat bagi perusahaan.
5. Menurunkan kepuasan kerja
Karyawan yang merasa tidak dihargai atau terisolasi cenderung memiliki kepuasan kerja yang rendah, yang pada gilirannya dapat meningkatkan tingkat turnover.
6. Meningkatkan stres kerja dan burnout
Silo mentality membentuk lingkungan kerja yang tidak efektif dan efisien sehingga meningkatkan risiko stres kerja dan burnout.
Silo mentality adalah sikap di mana individu atau kelompok dalam sebuah organisasi enggan berbagi informasi dan sumber daya dengan rekan kerja atau departemen lain.
Mentalitas ini seringkali disertai dengan sifat licik, keinginan untuk menonjol, dan anggapan bahwa orang lain adalah pesaing.
Untuk menghadapi individu dengan mentalitas ini, penting untuk membangun kepercayaan, mendorong komunikasi terbuka, memberikan pengakuan yang adil, serta menciptakan sistem insentif yang mendorong kerja tim.
Mengatasi silo mentality sangat penting karena dapat merusak budaya perusahaan, menghambat inovasi, menurunkan efisiensi, dan merusak moral tim.
Temukan lebih banyak tips untuk menjaga kesehatan mental dan hubungan kerja di KlikDokter! Download aplikasi media kesehatan KlikDokter untuk akses topik kesehatan terlengkap, semuanya dalam satu aplikasi. Dapatkan informasi terpercaya kapan saja!
- Scholtes, P. R. (1998). The Leader's Handbook: Making Things Happen, Getting Things Done. McGraw-Hill.
- Tett, G., & Davies, H. (2015). The Silo Effect: The Peril of Expertise and the Promise of Breaking Down Barriers. Simon and Schuster.
- Cross, R., & Parker, A. (2004). The Hidden Power of Social Networks: Understanding How Work Really Gets Done in Organizations. Harvard Business Review Press.
- Jones, G. R., & George, J. M. (1998). The experience and evolution of trust: Implications for cooperation and teamwork. Academy of Management Review, 23(3), 531-546.
- Edmondson, A. C. (1999). Psychological safety and learning behavior in work teams. Administrative Science Quarterly, 44(2), 350-383.