Untuk kesekian kalinya, fenomena pick me girl syndrome kembali viral di media sosial dan diperbincangkan banyak orang.
Apa itu pick me girl? Ini merupakan istilah yang merepresentasikan seorang perempuan yang merendahkan pilihan, nilai, pandangan, selera, gaya, dan kepribadian feminin perempuan lainnya.
Mereka biasanya akan melontarkan celetukan dengan nada seperti, “Apaan, sih, ke salon, mending ke gunung. Gue mah antiribet-ribet club, sisiran doang juga udah cukup,” atau “Kenapa sih cewek-cewek suka boyband, gue sih lebih relate sama musik rock.”
Perempuan dengan sindrom pick me girl dapat merendahkan femininitas perempuan lain demi memperoleh validasi dari lingkungan pergaulan pria, tujuannya menunjukkan dia berbeda dengan perempuan umumnya.
Oleh karena itu, dahulu istilah ini dikenal pula sebagai “I am not the other girls.” Kendati fenomena ini merujuk kepada perempuan, pick me girl syndrome pada dasarnya bisa dialami oleh individu dengan orientasi seksual apa pun. Lantas, mengapa seseorang bisa memiliki pandangan tersebut? Yuk cari tahu.
Artikel Lainnya: Merendah untuk Meroket, Kenali Perilaku Humble Bragging
Penyebab Seseorang Mengidap Pick Me Girl Syndrome
Orang dengan pick me girl syndrome memiliki kecenderungan merasa dirinya lebih baik dengan merendahkan pilihan orang lain, utamanya individu dengan gender serupa. Hal ini dilakukan guna menarik minat lawan jenis, komunitas, atau lingkungan pergaulan.
Pada kasus perempuan, hal ini terjadi karena adanya faktor internalized misogyny, artinya secara sadar atau tidak, perempuan menerima stereotip seksis, kemudian melakukan konseptualisasi pandangan misoginis (rasa benci terhadap wanita) ke dalam dirinya.
Seksis adalah anggapan sebuah gender lebih unggul dan superior dibandingkan gender lainnya. Contoh stereotip seksis adalah perempuan harus kerja di dapur, sementara laki-laki yang mencari nafkah.
Ketika perempuan pick me girl syndrome menerima stereotip seksis, mereka bisa merasa benci dengan gender sendiri.
Kondisi tersebut utamanya dialami oleh perempuan yang tumbuh dalam budaya patriarki dan mendukung nilai-nilai maskulin.
Pada gilirannya, pemahaman ini membuat perempuan dengan sindrom pick me girl memiliki kecenderungan tomboi dan merasa lebih cakap berteman dengan banyak pria daripada wanita.
Artikel Lainnya: Ini Cara Menghadapi Orang Toxic
Menjadi tomboi dan berteman dengan banyak pria adalah hak semua perempuan. Tidak ada yang salah dengan pilihan tersebut. Sayangnya, orang dengan pick me girl syndrome diliputi pemahaman misoginis, sehingga cenderung merendahkan nilai feminin perempuan lainnya.
Merendahkan pilihan perempuan lain digunakan orang dengan pemahaman pick me girl, agar dia dapat diterima di lingkungan pergaulan laki-laki, ataupun menarik simpati seorang pria untuk menjadi pasangannya.
Selain itu, Ikhsan Bella Persada, M.Psi., Psikolog menambahkan pick me girl syndrome pada seseorang bisa tumbuh karena adanya perasaan harga diri yang terlalu tinggi.
“Sehingga ia jadi punya keyakinan yang keliru. Pasalnya, orang dengan sindrom pick me girl ingin terlihat superior di mata orang lain. Mereka ingin menjaga harga diri tetap tinggi dan merasa mampu berkompetisi dengan orang lain,” paparnya.
Selain itu, Ikhsan menambahkan, orang dengan sindrom ini meyakini bahwa dirinya adalah sosok yang kuat dan ingin menunjukkan bahwa orang lain berada di luar dari stereotype gendernya.
Artikel Lainnya: Tanda-Tanda Anda sedang Dimanfaatkan Orang Lain
Membatasi Diri Sendiri
Sayangnya, banyak orang dengan pemahaman pick me girl syndrome tidak menyadari bahwa mereka terkurung dalam standar yang dibentuk oleh pemahaman pribadi dan dianggap diterima oleh lingkungan komunitasnya.
Hal ini berlaku pula pada pria maupun individu dengan gender biner yang memiliki pandangan senada dengan pick me girl syndrome.
Pada kasus perempuan, secara sadar atau tidak, individu dengan sindrom pick me girl terjebak di dalam pemahaman patriarki. Pada gilirannya, kondisi ini boleh jadi membuat dia tersiksa karena tidak dapat mengenakan benda yang disukai dan berbau feminin.
Ia khawatir akan ditolak oleh pria dan lingkungan pergaulannya ataupun dicap “sama seperti perempuan umumnya” ketika ketahuan menyukai hal-hal yang feminin.
Mentalitas ini akan membatasi potensi perempuan pick me girl syndrome untuk mengembangkan dirinya. Pasalnya, dia terlalu fokus terhadap penilaian orang lain, dalam hal ini pria.
Artikel Lainnya: Cara Mengatasi Rasa Takut Dibenci Orang Lain
Itu dia serba-serbi arti pick me girl syndrome dan penyebabnya. Ingatlah, bahwa pandangan ini dapat dialami orang dengan orientasi seksual apa pun.
Karenanya, jika Anda memiliki teman dengan pemahaman pick me girl syndrome, bantu mereka keluar dari pandangan tersebut. Caranya dengan mengajak mereka berdiskusi.
Hal ini bertujuan membantu menumbuhkan kesadaran mereka untuk bisa menghargai pilihan orang lain.
Jika Anda sendiri memiliki pandangan senada dengan sindrom pick me girl, mulailah untuk menanamkan kepada diri sendiri bahwa menjadi berbeda bukanlah merupakan suatu masalah.
Berbeda merupakan hal yang sah saja, asalkan tidak merendahkan nilai orang lain yang tidak sejalan dengan Anda.
Jika ingin bertanya lebih lanjut seputar masalah kesehatan mental lainnya, konsultasi ke langsung dengan psikolog atau psikiater melalui fitur Live Chat KlikDokter.
(OVI/JKT)
Referensi:
Poosh. Diakses 2022. PICK ME GIRL Syndrome.
Modern Intimacy. Diakses 2022. The Psychology of the “Pick Me Girl”
Ditinjau oleh Ikhsan Bella Persada, M.Psi., Psikolog.