Isu kesehatan mental tidak pernah meredup. Sering kali isu ini diperbincangkan di media sosial atau bahkan ditemukan pada film maupun buku yang kamu baca. Salah satu istilah yang cukup sering dibicarakan adalah gangguan psikosomatis (psikosomatik).
Walaupun sering kali dilontarkan, tidak semua orang paham mengenai penyakit mental ini. Supaya kamu tidak salah dalam memahaminya, simak penjelasan lengkap mulai dari definisi hingga penanganannya lewat ulasan berikut!
Apa Itu Gangguan Psikosomatis (Psikosomatik)?
Disampaikan oleh psikolog Iswan Saputro, gangguan psikosomatis (psikosomatik) adalah istilah yang mengacu pada keluhan gejala fisik akibat adanya pikiran atau emosi yang dirasakan oleh seseorang.
Pikiran atau emosi ini biasanya berupa kecemasan, ketakutan, perasaan tertekan, dan stres. Kondisi tersebut dapat memengaruhi kesehatan seseorang, namun setelah dilakukan pemeriksaan kesehatan, misalnya tes darah atau tensi darah, tidak ada kelainan yang ditemukan.
“Jadi, gejala fisik yang muncul disebabkan oleh faktor psikis”, ucap Iswan.
Artikel Lainnya: Awas, Gejala Gangguan Mental Ini Bisa Saja Kamu Alami
Tanda dan Gejala Gangguan Psikosomatis
Psikolog Iswan Saputro menjelaskan, ketika seseorang mengalami gangguan psikosomatis biasanya tubuh merespons dengan memunculkan gejala berikut:
- Sakit perut
- Jantung berdebar
- Tremor (tubuh gemetar)
- Telapak tangan berkeringat
- Nyeri otot
- Keluar keringat dingin (keringat jagung)
- Nyeri pada ulu hati
- Sakit kepala
- Sesak napas, napas pendek, atau napas terasa berat
- Mudah lelah
- Nyeri pinggang
Kondisi psikosomatis biasanya akan diperparah oleh penyakit mental lainnya, seperti depresi, fobia, dan gangguan kecemasan. “Gejalanya jadi lebih buruk dan ini akan memengaruhi kekebalan tubuh, ketika stres atau sumber tekanan tidak dikelola dengan baik”, papar Iswan.
Lebih buruknya lagi, gangguan psikosomatis juga memicu kekambuhan gejala dari masalah kesehatan lain yang dimiliki. Contohnya, memicu kambuhnya gejala maag, psoriasis, eksim, penyakit jantung, atau hipertensi.
Jika psikosomatis sudah akut, tentu frekuensi munculnya gejala bisa jadi lebih sering, bertahan lebih lama, atau menimbulkan masalah kesehatan lain yang mengganggu. Dampaknya, dapat merusak kualitas hidup seseorang.
Artikel Lainnya: Gangguan Mental Dapat Menurunkan Kemampuan Membaca
Penyebab dan Faktor Risiko Gangguan Psikosomatis
Penyebab psikosomatis tidak diketahui secara pasti. Namun ilmuwan percaya bahwa stres dan kecemasan melepaskan hormon dan bahan kimia dalam tubuh yang menyebabkan kerusakan atau disfungsi.
Bila dianalogikan, mekanisme stres dalam tubuh seperti panci presto. Bila uap yang dihasilkan saat memasak dikeluarkan dengan baik, panci dapat bekerja secara efisien.
Sebaliknya, jika uapnya tidak dikeluarkan, tekanan di dalam panci akan terus meningkat. Akibatnya, tutup panci dapat terlepas dan panci rusak. Ini karena tekanan di dalamnya mencari titik terlemah panci agar dapat keluar.
Nah, seseorang yang mengalami stres dan tidak mampu melampiaskan emosinya, pada akhirnya akan mencapai titik puncak emosional. Kondisi ini berkemungkinan besar mengakibatkan berbagai gejala fisik.
Siapa pun dapat mengalami psikosomatis. Akan tetapi, beberapa orang dengan kondisi berikut ini punya risiko lebih tinggi mengalami psikosomatis di kemudian hari:
- Gaya hidup kacau
- Kesulitan mengenali dan mengekspresikan emosi
- Pernah ditelantarkan semasa kecil
- Menjadi korban pelecehan seksual
- Penyalahgunaan zat, seperti alkoholisme atau kecanduan narkoba
- Pengangguran
Artikel Lainnya: Cara Mengatasi Trauma yang Bisa Anda Coba
Cara Mengatasi Gangguan Psikosomatis
Ada beberapa cara untuk mengatasi psikosomatis yang bisa kamu pilih, di antaranya:
1. CBT Therapy
Cara menyembuhkan psikosomatis bisa melalui psikoterapi, biasanya menggunakan pendekatan CBT Therapy (Cognitive Behavior Therapy). Tujuannya, agar pasien memiliki pola pikir yang lebih positif dalam mengelola stres atau tekanan.
“Diikuti dengan terapi pelaku, biasanya pasien diminta untuk bisa mengendalikan sensasi tubuh yang dirasakan, misalnya relaksasi, meditasi, atau body exercise yang lain”, papar Iswan.
2. Meditasi (Mindfullness)
Perawatan ini bertujuan untuk menurunkan tingkat stres, pikiran negatif, dan rasa cemas. “Jadi, meditasi bisa membantu menurunkan stres yang memicu munculnya gejala psikosomatis”, ujar Iswan.
3. Hipnoterapi (Hypnosis)
Ketika gangguan psikosomatis disebabkan oleh gangguan traumatis di masa lalu, hipnoterapi atau hipnosis bisa jadi salah satu pengobatannya.
“Hipnoterapi dapat membantu pasien menggali sumber masalahnya di alam bawah sadar seperti apa, dikelola, dan disikapi dengan lebih positif”, ucap Iswan.
4. Fisioterapi
Gangguan psikosomatis yang menimbulkan nyeri otot atau nyeri sendi bisa diatasi dengan perawatan ini. Terutama jika gejalanya sangat melemahkan.
Fisioterapi bisa membantu memperkuat struktur dan fungsi tubuh yang terganggu selama gejala muncul.
5. Farmakoterapi
“Pasien yang sangat-sangat terganggu dengan gejala psikosomatis dan kesulitan mengendalikan sumber stresnya, maka membutuhkan obat penenang, seperti antidepresan atau anticemas”, ujar Iswan lebih lanjut.
Farmakoterapi atau terapi obat-obatan bertujuan untuk menurunkan keparahan dan frekuensi gejala psikosomatis.
Artikel Lainnya: Sejumlah Fakta Obat Antidepresan yang Penting Diketahui
Sudah lengkap bukan pembahasan psikosomatis? Jadi, jangan salah lagi dalam memahaminya, ya.
Kamu bisa mendapatkan berbagai macam informasi seputar kesehatan mental dan #JagaSehatmu di aplikasi KlikDokter. Selain itu, tersedia juga fitur Tanya Dokter di aplikasi KlikDokter yang mempermudah kamu untuk konsultasi dengan dokter spesialis!
(NM)
- Very Well Mind. Diakses 2023. Psychosomatic Illness: Definition, Symptoms, and Treatment
- Mental Health America of Eastern Missouri. Diakses 2023. Psychosomatic Symptoms
- Cleveland Clinic. Diakses 2023. Psychosomatic Disorder